Tiga Hal Penting Amalan dan Tradisi Masyarakat Santri
Dakwah yang dikembangkan para ulama pada zaman Walisongo, menempuh jalan damai mengedepankan pendekatan kultural di masyarakat. Yang paling selaras dengan pendekatan ini tak lain adalah jalan tasawuf, dimensi kerohanian terdalam.
Di tengah masyarakat, khususnya kaum santri, masih terlihat jejaknya dengan menanamkan nilai ibadah yang menjadi tradisi masyarakat.
Guna memahami hal itu, KH Moh Ma'ruf Khozin, Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, Suramadu Bangkalan, menyampaikan catatannya terkait tiga hal penting dalam tradisi masyarakat.
Berikut terlebih dahulu disampaikan tentang “KH Ahmad Muhammad Hasan, Pasuruan, Santri Kinasih Pendiri Pondok Ploso”:
Ketika saya masuk jenjang Musyawirin (Takhasus Ilmu Fikih) di Pondok Ploso, saya menerima sebuah kitab 4 jilid hasil keputusan Bahtsul Masail Pondok Ploso. Sosok Kiai yang memberi kata Pengantar adalah KH Ahmad Muhammad Hasan dari Pasuruan. Saya cuma bersuara dalam hati: "Betapa istimewa Kiai alumni Ploso ini hingga namanya diabadikan di Kitab Tuhfah Ar-Rahabah".
Rupanya beliau adalah santri kinasih dari KH Jazuli Utsman, Pendiri Pondok Ploso dan kakek Gus Kautsar. Beliau sejak di Pondok hingga terjun di masyarakat dan mendirikan PP Al Falah, Lebak Winongan Pasuruan, dikenal alim.
Bagi kami para santri yang datang sesudahnya, sosok Kiai Jazuli dan Kiai Ahmad Muhammad, guru-murid adalah teladan dalam menapaki jenjang ilmu yang ideal. Menurut Imam Al Ghazali kesempurnaan nikmat bagi guru dan murid ada 6 hal:
إذا جمع المعلم ثلاثاً تمت النعمة بها على المتعلم: الصبر والتواضع وحسن الخلق. وإذا جمع المتعلم ثلاثاً تمت النعمة بها على المعلم: العقل والأدب وحسن الفهم
Jika guru memiliki 3 hal maka nikmat yang sempurna bagi murid, sabar, rendah hati dan akhlak yang mulia. Jika murid memiliki 3 hal maka nikmat yang sempurna bagi guru, berakal, akhlak dan kecerdasan (Ihya’, 1/81)
Hubungan guru-murid yang sangat dekat dan kecintaan yang luhur ini mengingatkan saya pada 2 sosok ahli hadis yang juga memiliki hubungan guru-murid, yakni Al-Hafidz Al-Iraqi dan muridnya, Al Hafidz Al Haitsami. Berikut di antara biografinya:
الهيثمي، المصري القاهري. محدّث حافظ صحب زين الدين العراقي في جميع رحلاته وحج معه حجاته، ولم يكن يفارقه حضرًا ولا سفرًا وتزوج ابنته فسمع جميع ماسمعه العراقي. وكان يبالغ في خدمة العراقي، وكان العراقي يحبه كثيرًا
Al-Haitsami dari Mesir, ahli hadis dan bergelar Hafidz. Ia menemani Al Iraqi di semua perjalanan ilmunya, haji bersama dan tidak pernah berpisah selama perjalanan atau berdomisili. Ia juga menikahi putri Al-Iraqi. Ia mendengar semua ilmu yang dimiliki gurunya, dan sangat tinggi berkhidmah untuk gurunya. Dan Al Iraqi sangat mencintainya. (Syasyatul Muallifin, Maktabah Syamilah).
Karena saya pecinta kitab-kitab Al Hafidz Al Haitsami, maka selama Haul Ahad kemarin saya sampaikan dalil-dalil Aswaja dengan merujuk ke Kitab Majma' az-Zawaid yang menjadi takhrij hadis-hadis Imam Ahmad, Thabarani dan Al-Bazzar.
1. Dalil Yasinan
عن معقل بن يسار أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال ... ويس قلب القرآن لا يقرؤها أحد يريد الله والدار الآخرة إلا غفر له واقرؤوها على موتاكم . رواه أحمد ورواه الطبراني (مجمع الزوائد ومنبع الفوائد ج 3 / ص 136)
Hadis: “Yasin adalah hati dari Al-Quran, tidak ada yang membaca Yasin mengharap rida Allah dan akhirat kecuali Allah ampuni. Maka bacakan Yasin untuk orang mati dari kalian” (HR Ahmad dan Thabarani dari dari Ma’qil bin Yasar)
2. Baca Fatihah dan Al Baqarah di Kubur
وعن ابن عمر رضي الله عنهما قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول إذا مات أحدكم فلا تحبسوه وأسرعوا به إلى قبره. وليقرأ عند رأسه بفاتحة الكتاب وعند رجليه بخاتمة سورة البقرة في قبره. رواه الطبراني في الكبير (مجمع الزوائد ومنبع الفوائد - ج 1 / ص 467)
Hadis: “Jika ada yang meninggal di antara kalian maka jangan ditunda, segerakan bawa ke kuburnya. Bacakan Fatihah di dekat kepalanya, dan akhir surat Baqarah di bagian kakinya di kuburnya” (HR Thabrani dari Ibnu Umar)
3. Baca Kalimat Zikir, Tasbih dan Takbir, di Kuburan
وعن جابر بن عبد الله قال لما دفن سعد بن معاذ ونحن مع رسول الله صلى الله عليه وسلم سبح رسول الله صلى الله عليه وسلم فسبح الناس معه طويلاً ثم كبر وكبر الناس ثم قالوا يا رسول الله لم سبحت قال لقد تضايق على هذا الرجل الصالح قبره حتى فرج الله عز وجل عنه. رواه أحمد والطبراني في الكبير (مجمع الزوائد ومنبع الفوائد ج 1 / ص 469)
Jabir: “Kami bersama Nabi datang saat wafat Sa’ad bin Muadz. Nabi menya-latinya. Kemudian dikubur. Setelah tanahnya ditutup lalu Rasulullah membaca tasbih. ... Kami bertasbih lama. Lalu Nabi bertakbir dan kami pun bertakbir. Ada yang tanya: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau bertasbih dan ber-takbir?” Nabi: “Kubur hamba yang saleh ini menyempit, hingga Allah luaskan darinya” (HR Ahmad dan Tabrani)
● Disampaikan pada Haul juga dihadiri Habib Taufiq Assegaf, Habib Kholid Madihid, Gus Kautsar dan Gawagis Ploso.