Tiga Hal Muhammadiyah Tetap Berjaya, Saat Pergerakan Islam Kandas
Ketika Muhammadiyah baru didirikan Kiai Ahmad Dahlan, banyak kalangan yang menilai Muhammadiyah mewarisi semangat gerakan Islam modern Aligarh di India.
Akan tetapi setelah berlalu lewat satu abad, gerakan Aligarh tidak lagi terdengar. Sebaliknya Muhammadiyah yang datang lebih akhir justru hidup lebih dari satu abad dan menjelma semakin besar menjadi organisasi Islam modern terbesar di dunia.
Dalam Dialog Kader “Majelis Pendidikan Kader”, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti menyebut ada tiga hal yang membuat Muhammadiyah eksis dan terus berkembang.
Tiga Hal Penting Strategi Bertahan
Pertama, Mu’ti mengutip pendapat antropolog Amerika, James L Peacock yang menilai Muhammadiyah bisa bertahan karena konsistensi memelihara Islam yang murni.
Kedua, Mu’ti mengutip pendapat antropolog asal Amerika lainnya, Robert Hefner yang menilai Muhammadiyah bisa bertahan karena terus melakukan tajdid dan memiliki amal usaha di berbagai bidang.
Ketiga, adalah pendapat Mu’ti sendiri bahwa proses kaderisasi berjalan baik di Muhammadiyah. Kaderisasi di Muhammadiyah sendiri menurutnya berjalan lewat tiga hal, yakni organisasi otonom (ortom), lembaga pendidikan Muhammadiyah, dan terakhir secara kultural lewat keluarga berlatar belakang Muhammadiyah.
Di samping itu, eksistensi Muhammadiyah menurut Mu’ti ditopang oleh karakter warga Persyarikatan yang ulet dan militan dalam menghidupkan gerakan Persyarikatan.
“Kekuatan Muhammadiyah itu tidak terletak pada jumlah masa di Muhammadiyah. Tapi terletak pada kekuatan dan militansi warga Persyarikatan Muhammadiyah. Dan kedua adalah karakter pelayanan yang tumbuh di kalangan warga Persyarikatan Muhammadiyah, dan ketiga adalah kekuatan dengan jaringan nama baik dan amal baik Muhammadiyah,” jelasnya.
“Jadi Muhammadiyah itu punya bekal dan modal nama baik,” imbuh Mu’ti.
Tak Sekadar Papan Nama
Di lain hal, keberadaan Muhammadiyah hingga di daerah-daerah menurutnya tidak sekadar papan nama, namun gerakan yang hidup dan memberi manfaat pada masyarakat umum tanpa melihat latar belakang apapun.
“Kalau kita pakai pendekatan fungsionalisme, Muhammadiyah itu tetap dibutuhkan dan memiliki peranan yang penting karena kehadirannya memberikan manfaat yang diberikan langsung pada masyarakat,” kata Mu’ti.
“Muhammadiyah itu organisasi yang kehadirannya tidak mungkin ditolak meskipun orang itu tidak suka dengan organisasi itu. Indispensable. Tidak bisa dihilangkan atau tidak bisa ditiadakan karena kehadirannya sangat diperlukan dan kalau tidak ada, akan banyak hal yang bermasalah,” pungkas Mu’ti mengutip jasa Muhammadiyah di bidang pendidikan, amal sosial dan kesehatan di tanah air.