Tiga Hal Khusus: Batik sebagai Produk Unggulan Bangsa
Dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional, Ketua PW Ansor Jawa Timur, Musaffa Safril, mengunjungi sentra pengrajin batik tradisional di Pamekasan.
Kunjungan ini merupakan bentuk dukungan Ansor terhadap pelestarian batik tulis, salah satu warisan budaya Nusantara yang kini menghadapi tantangan besar dari produksi massal batik printing.
Dalam kunjungannya, Musaffa Safril menyoroti tiga poin penting yang menjadi harapannya untuk masa depan batik tradisional, terutama batik tulis:
1. Pelestarian Batik Tulis
Batik tulis, sebagai salah satu produk budaya unggulan Indonesia, harus dilestarikan.
"Batik tulis adalah warisan nenek moyang yang memiliki nilai seni dan budaya tinggi. Melestarikannya berarti menjaga identitas dan kekayaan budaya kita," ujar Musaffa Safril.
2. Akses Pemasaran yang Lebih Luas
Musaffa mendesak agar pemerintah memberikan dukungan lebih besar dalam hal pemasaran untuk batik tulis.
“Pengrajin batik tradisional harus dibantu agar memiliki akses pasar yang lebih luas, terutama di tengah persaingan dengan batik printing yang produksinya massal dan lebih murah. Tanpa intervensi yang memadai, batik printing bisa membunuh batik tulis yang memiliki nilai lebih dari segi seni dan budaya,” tegasnya.
3. Peningkatan Literasi tentang Batik
Musaffa Safril juga menekankan pentingnya literasi tentang batik di masyarakat. Menurutnya, masyarakat perlu memahami perbedaan antara batik tulis yang asli dan kain yang hanya bermotif batik. “Dengan literasi yang baik, masyarakat bisa lebih menghargai dan memilih batik tulis, bukan hanya sekadar kain bermotif batik yang sebenarnya tidak memiliki nilai sejarah dan budaya seperti batik asli,” jelasnya.
Selain tiga hal tersebut, Musaffa Safril juga menyampaikan pesan tegas kepada masyarakat luas: "Jangan ngaku cinta batik, jangan pura-pura bangga dengan batik jika yang dipakai adalah batik printing. Itu bukan cinta batik, melainkan tindakan yang justru membunuh batik tulis yang sebenarnya."
Musaffa menegaskan bahwa dukungan terhadap batik tulis tidak hanya bersifat simbolis, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata dengan menggunakan dan mempromosikan batik tulis sebagai bentuk pelestarian budaya serta pemberdayaan ekonomi pengrajin.
“Batik adalah identitas budaya kita. Mari kita jaga dan dukung pengrajin batik tradisional agar tetap berdaya secara ekonomi, dan batik tulis sebagai warisan Nusantara terus lestari,” pungkas Musaffa Safril. Demikian laporan Imam Kusnin Ahmad.
Advertisement