Tiga Kenangan Indah tentang KH Azizi, Ulama Pesantren dari Blitar
Wafat seorang ulama, adalah padamnya ilmu keagamaan. Tapi, Allah Ta'ala selalu menjaga agama-Nya. Akan tetap muncul orang-orang alim dari generasi kemudian.
Wafat KH Azizi Hasbullah, Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), pada Minggu, 21 Mei 2023 sekitar pukul 08.00 WIB, pun menyisakan duka mendalam dari kalangan ulama dan tokoh-tokoh pesantren.
Kiai Azizi Hasbullah, Pengasuh Pondok Pesantren Barran, Selopuro, Blitar ini, mengembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit (RS) Hasan Sadikin, Bandung. KH Azizi Hasbullah dikenal sebagai pakar dalam masalah-masala keagamaan dan aktif di forum-forum Bahtsul Masail (Pembahasan Masalah Agama).
Dalam aktivitas keagamaan itulah, ia sebelumnya mengalami kecelakaan di Jalan Tol Cipali KM 142, Jawa Barat, Sabtu 6 Mei 2023, pagi.
Berikut ada tiga catatan penting dari sejumlah tokoh pesantren yang ditulis secara serius yang sengaja ditampilkan di Ngopibareng.id. Yakni: 1) KH Azizi Hasbullah Berpulang, Kesan Ust Ma'ruf Khozin, Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Suramadu; 2) KH Azizi Sosok Faqih Inspiratif Nusantara, oleh Ahmad Muntaha AM, Founder Aswaja Muda; dan 3) Kiai Jamal Ma'mur Asmani.
1. KH Azizi Hasbullah Berpulang, Kesan Ust Ma'ruf Khozin
Perintah menyebut kebaikan orang yang telah wafat dari hadis yang sudah masyhur memang dihukumi daif. Namun Al-Hafidz Al-Iraqi memberi penilaian jayid pada hadis berikut:
ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﻗﺎﻟﺖ: ﺫﻛﺮ ﻋﻨﺪ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻫﺎﻟﻚ ﺑﺴﻮء ﻓﻘﺎﻝ: «ﻻ ﺗﺬﻛﺮﻭا ﻫﻠﻜﺎﻛﻢ ﺇﻻ ﺑﺨﻴﺮ»
Aisyah berkata bahwa ada orang yang meninggal lalu disebut keburukannya di depan Nabi shalallahu alaihi wasallam. Nabi bersabda: "Janganlah menyebut orang yang wafat di antara kalian kecuali kebaikan" (HR An-Nasai).
Di FB saya sejak kemarin bertebaran kabar wafatnya Kiai Azizi, baik sekadar doa atau sambil diimbuhi tulisan dan kisah bersama beliau, terkhusus para gus dan ustaz yang pernah belajar kepada beliau saat di Lirboyo. Semua menyaksikan beliau adalah ahli ilmu dan ibadah.
1. Keilmuannya
Saya bersyukur sekali pernah ditunjuk menjadi notulen di LBM PWNU selama 10 tahun, 2008-2018. Sehingga saya tahu dapur redaksi penyortiran masalah hukum, proses debatnya dan finalisasi ketetapannya.
Para kiai, gus atau ustaz biasanya aktif di salah satu penyaringan pertanyaan, atau saat pembahasan atau saat penyusunan redaksi. Beda sama Kiai Azizi. Di semua proses tersebut beliau selalu bersuara dan menyampaikan argumen.
Saat hendak akan dilangsungkan Bahtsul Masail ada beberapa PCNU yang mengajukan pertanyaan, oleh Tim LBM dipilih mana yang layak dibahas dan tidak. Saat pertanyaan dibaca itulah Kiai Azizi langsung menjawab. Ini tidak sekali dua kali, tapi sering. Hingga Gus Atho' Lirboyo dawuh: "Sudah Azizi, gak usah dijawab sekarang, malah gak jadi Bahtsul Masail nanti", disertai gelak tawa anggota LBM PWNU Jatim.
Ketika di arena Bahtsul Masail Kiai Azizi sering jadi moderator sendiri. Di momen seperti ini beliau seperti menjadi pemain tunggal. Pernah beliau bercanda: "Kalau begini ceritanya saya sendiri yang jawab, saya sendiri yang merumuskan dan saya sendiri yang mentashih. Jadi Bahtsul Masail sendirian".
Luasnya keilmuan dan bacaan kitab-kitab klasik dari Kiai Azizi akan terlihat saat beliau memberi tamsil, contoh-contoh kasus. Saya beberapa kali menyaksikan itu dan saya bilang dalam hati: "Ya Allah, ini seperti memberi tamsil dalam kaedah dan pengecualiannya yang ditulis oleh As-Suyuthi dalam Asybah wa Nadzair".
Saya tidak mampu merekam kealiman beliau selama mengikuti Bahtsul Masail bersama Kiai Azizi.
2. Ibadahnya
Karena para kiai dari berbagai daerah tentu saat melakukan Bahtsul Masail di daerah lain berstatus Musafir. Dalam kondisi seperti ini saya tidak melakukan salat sunah rawatib atau lainnya.
Setahu saya berdasarkan riwayat berikut:
ﺳﺎﻓﺮ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ، ﻓﻘﺎﻝ: ﺻﺤﺒﺖ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻠﻢ ﺃﺭﻩ ﻳﺴﺒﺢ ﻓﻲ اﻟﺴﻔﺮ
Ibnu Umar melakukan perjalanan dan berkata: "Saya menemani Nabi shalallahu alaihi wasallam maka saya tidak melihat beliau salat sunah selama perjalanan" (HR Al-Bukhari)
Tapi saat saya berjamaah dengan Kiai Azizi ternyata beliau melakukan salat sunah, apakah Qabliyah atau Ba'diyah. Kiai Azizi pernah mengalami kecelakaan sebelumnya sehingga mengalami patah tulang di kaki dan ketika Tahiyat akhir terlihat berat bagi beliau tapi masih tetap melakukan salat sunah. Saya pun tersadar dan berbisik dalam hati: "Ya Allah, Kiai Azizi yang dalam kondisi masyaqah masih menjalankan ibadah sunah, sementara saya yang sehat dan normal kok tidak menjalankan salat sunah?". Sejak saat itu saya berusaha menjalankan ibadah sunah.
Waakhiran
Keterkejutan saya akan wafatnya Kiai Azizi karena beliau relatif muda dan keilmuan beliau belum tertulis secara lengkap. Sebab semua ilmu yang beliau miliki akan terkubur sebagaimana sabda Nabi shalallahu alaihi wasallam:
ﺇﻥ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻻ ﻳﻘﺒﺾ اﻟﻌﻠﻢ اﻧﺘﺰاﻋﺎ ﻳﻨﺘﺰﻋﻪ ﻣﻦ اﻟﻌﺒﺎﺩ ﻭﻟﻜﻦ ﻳﻘﺒﺾ اﻟﻌﻠﻢ ﺑﻘﺒﺾ اﻟﻌﻠﻤﺎء
Sungguh Allah tidak mengambil ilmu dengan cara mencabutnya dari hamba-hambaNya. Tapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama (Muttafaq Alaih dari Abdullah bin Amr)
Semoga Pondok Lirboyo dan pesantren lainnya melahirkan kembali sosok ulama yang ahli ilmu dan ibadah seperti Kiai Azizi. Amin.
2. KH Azizi Sosok Faqih Inspiratif Nusantara, oleh Ust Ahmad Muntaha AM
Kiai Azizi atau yang bernama lengkap KH Azizi Hasbulloh Pengasuh Pondok Pesantren Barran Selopuro Blitar Jawa Timur, bagi penulis merupakan sosok Faqih atau ahli fikih Nusantara yang inspiratif.
Tabahhur atau kedalaman penguasanya atas ilmu-ilmu syariat: fiqh, ushul fiqh, akidah, tasawuf dan lainnya mendapatkan apresiasi luas dari Kiai-kiai lain, bahkan di kalangan para masyayikh di Pondok Pesantren Lirboyo.
Sejak mengenal dan mengaji kitab Tausyih 'ala Ibnul Qasim karya Syekh Muhammad Nawawi Banten kepadanya pada tahun 2001 di Rumah Tua Lirboyo, hingga bermu'amalah dengannya secara langsung hingga sekarang, 20 tahunan, tak hentinya Penulis mendapat inspirasi dan keteladanan untuk secara terus-menerus mengaji, mengkaji, dan meng-upgrade study keilmuan Islam.
Terbuka, tegas dan lugas berdiskusi adu argumentasi dalam forum-forum bahtsul masail pesantren dan Nahdlatul Ulama (NU), seperti di Lirboyo, Forum Musyawarah Pondok Pesantren (FMPP) Se-Jawa Madura, Bahtsul Masail Syuriyah PWNU Jawa Timur, dan forum-forum bahtsul masail PBNU, membuat orang-orang yang terlibat tak dapat melupakan sosoknya, yang sangat kuat secara referensi dan kokoh dalam idrak atau analisis kasus-kasus kontemporer (waqi'ah haditsah).
Sebagaimana Penulis simak secara langsung saat satu majelis seminar dan bedah buku seperti di Oku Timur Sumatera Selatan, Sampang dan Pamekasan Madura, dan yang terakhir di Mlangi Yogyakarta, kepiawaian santri kinasih KH Ahmad Idris Marzuki Lirboyo dalam menyajikan materi-materi berat dengan bahasa dan gaya bebas, juga membuat para audien enggan beranjak dari majelis meski sudah menghabiskan waktu berjam-jam. Apalagi bila forum sudah memasuki acara tanya jawab yang semakin mengeksplor keluasan ilmunya.
Sosoknya yang low profil dan egaliter membuat Penulis secara pribadi tidak sungkan-sungkan untuk istifadah, matur-matur dan bila perlu mengujikan ide-ide penulis kepadanya. Mulai beberapa bagian isu tentang rumusan Islam Nusantara PWNU Jawa Timur, Fikih Kebangsaan karya Himpunan Alumni Santri Lirboyo (HIMASAL), dan yang terbaru rumusan Relasi Sosial Muslim dan Non-Muslim Perspektif Nahdlatul Ulama, atau موقف نهضة العلماء في العلاقة الاجتماعية بين المسلمين وغيرهم.
Sebagai Musahhih dan Perumus bahtsul masail, Kiai Azizi merupakan sosok sangat independen dalam pendapatnya sebagaimana tercermin dalam dawuhnya di sela-sela diskusi online tentang hal ihwal zakat fitrah hari-hari ini:
لا تخافوا لومة لائمين. إن قولكم ورأيكم لا يبال عليه. ومن بعدكم يتبحثون من غير نظر إلى علمكم بل إلى رأيكم وقولكم.
"Jangan takut dengan celaan (disalahkan) oleh para pencela. Sungguh ucapan dan pendapat kalian (sebenarnya) tak dipedulikan. Orang-orang setelah (generasi) kalian pun membahasnya tanpa melihat keilmuan kalian, namun hanya melihat ucapan dan pendapat kalian."
Pun demikian, Tim Ahli Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PBNU juga tidak anti terhadap perbedaan, bahkan mengapresiasinya sebagai wujud kerahmatan Tuhan, sebagaimana dawuhnya bahtsul masail bersama Kiai-kiai NU:
والمسالة الفقهية لا تخلو من اختلاف الرأء لان مبناها الظن. والذي يظن الرجل قد لا يظن الآخر. والحكم تابع لظن المجتهد. فما ظنه حكما فهو حكم عند الله ... ولو فرض خطاء من غير قصد، فله أجر واحد. فعليكم بعمل ظنكم ولا تقتض غيركم أن يعمل بظنكم. واختلاف أمة محمد رحمة لا تبدلها عذابا. والله اعلم.
"Permasalahan fikih tak terlepas dari perbedaan pendapat, sebab dasarnya adalah dugaan kuat para ulama. Pendapat yang diduga (sebagai suatu hukum yang benar) menurut seorang ulama terkadang tidak diduga seperti itu oleh ulama yang lain, dan hukum fikih itu mengikuti dugaan ulama yang berijtihad. Apa yang diduganya sebagai suatu hukum maka hal itu merupakan hukum di sisi Allah ... Andaikan diumpamakan ada kesalahan tanpa kesengajaan dari seorang ulama yang berijtihad, maka ia tetap mendapatkan satu pahala. Karenanya, pedomanilah pendapat kalian namun jangan kalian paksakan orang lain untuk mengamalkannya. Perbedaan (ulama dari) umat Muhammad Saw adalah Rahmat dari Tuhan, jangan anda ganti dengan menjadi azab. Wallahu a'lam."
Tidak hanya menginspirasi Penulis saja tentunya. Di luar sana ribuan santri pun terinspirasi oleh totalitasnya dalam mengabdikan dan mewakafkan diri untuk melayani keilmuan-keilmuan Islam.
"Hidupku itu untuk khidmah dan melayani ilmu", tandasnya dalam satu kesempatan.
Sungkem jauh Kiai Azizi. Semoga berkesempatan untuk istifadah, matur-matur, ndereaken dan bersua dengan jenengan dalam forum resmi maupun perjumpaan informal lainnya. Para santri, bahtsul masail NU, kaum muslimin dan bangsa ini masih sangat membutuhkan rumusan-rumusan fikih jenengan yang kontekstual dan berkesesuaian dengan zaman.
Demikian kesan terhadap sosok Faqih yang independen dan inspiratif ini sejauh relasi dan interaksi Penulis dengannya di berbagai kesempatan.
Nah bila demikian, bagaimana dengan kesan kalian semua, Kawan?
3. Faqih Ushuli Berpulang, Catatan DR KH Jamal Ma'mur Asmani
Ketika studi di Jombang, penulis ketemu dengan Kiai Azizi dalam forum diskusi. Penguasaannya dalam bidang fiqh-ushul fiqh luar biasa. Ketika diskusi di IKAHA (sekarang menjadi UNHASY) beliau tegas menyatakan bahwa kemaslahatan ukurannya adalah syariat.
Hal ini bisa kita baca dalam kitab al-Mustashfa karya Imam Ghazali.
Beliau dikenal sebagai bintang bahtsul masail dari Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Jika menjawab masalah-masalah dengan tepat dan tuntas.
Beliau menurut sumber adalah salah satu santri kinaseh KH. Idris Marzuqi. Beliau termasuk santri ndalem.
Kesungguhan, ketekunan, dan totalitasnya dalam thalabul ilmi mengantarkannya pada posisi mulia. Beliau adalah salah satu Rais Syuriyah PBNU yang sudah malang melintang di forum bahtsul masail dari Jawa Timur sampai nasional.
Penulis sesekali konsultasi dengan beliau jika ada masalah-masalah fiqh yang harus dipecahkan.
Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya, dikucurkan kasih sayangNya dan ditempatkan surgaNya, amiin amiin amiin.