Tiga Catatan Khas, Berbeda tapi Satu dan Tradisi Tasawuf
Di tengah persoalan kemasyarakat, uma Islam ditunjukkan untuk tetap bersatu dalam menggalang kebaikan. Persatuan juga ditekankan para ulama terdahulu, khususnya Pendiri Nahdlatul Ulama, Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari.
Berikut merupakan renungan khas KH Husein Muhammad, yang mencerminkan pandangan ulama pesantren dan tradisi tasawuf, dalam mengaca diri dan melihat fenomena alam dan kemanusiaan.
1. Berbeda tapi Satu
Ketika tak sedang menulis, aku membaca lagi buku "Fihi Ma Fihi". (Di dalamnya apa yang ada di dalam), karya penyair sekaligus Sufi besar: Maulana Jalaluddin Rumi.
Pada Pasal 2 aku terpana oleh kata-kata Mawlana :
اَلْحَقِيْقَةُ اَنَّ الْجَاذِبَ وَاحِدٌ وَلَكِنَّهُ يَتَرَاءَى مُتَعَدِّداً. أَلاَ تَرَى أَنَّ الْاِنْسَانَ تَسْتَبِدُّ بِهِ مِائَةً مِنَ الرَّغَائِبِ الْمُخْتَلِفَةِ . يَقُوْلُ : أُرِيْدُ تُتْمَاج , أُرِيْدُ بُوْرِك , أُرِيْدُ حُلْوًى , أُرِيْدُ فَطَائِرَ مَقْلِيَّة , أُرِيْدُ فَاكِهَةً , أُرِيْدُ رُطَباً. يُعَدِّدُ هذِهِ اْلاَشْيآء وَيُسَمِّيهَا وَاحِداً وَاحِداً. لَكِنْ أَصْلُهَا جَمِيْعاً شَيْئٌ وَاحِدٌ. وَهُوَ الْجُوعُ. وَذلِكَ شَيْئٌ وَاحِدٌ. أَلَا تَرَى كَيْفَ أَنَّهُ عِنْدَمَا يَشْبَعُ مِنْ وَاحِدٍ مِنْهَا يَقُولُ : لَا ضَرُورَةَ لِى لِشَيْئٍ مِنْ هَذِهِ اْلاَشْيآء.
Hakikat, hal yang sebenarnya ada/eksis yang memesona atau dirindukan adalah satu, tapi tampak beraneka, beragam dan betmacam-macam. Tidakkah kau lihat betapa manusia kerap memiliki ratusan keinginan yang berbeda-beda,. “Aku ingin indomie”, “Aku ingin nasgor”, “Aku ingin burung goreng”, “Aku ingin buah-buahan”, “Aku ingin nasi kebuli”, dll . Begitu banyak keinginan manusia dan bermacam-macam. Meski begitu, asal mula segalanya adalah satu. Ia adalah rasa lapar. Ketika mereka itu telah merasa puas menikmati pilihannya, masing-masing akan mengatakan: “aku tidak membutuhkan apa-apa lagi dari segala hal itu”. Nyatalah bahwa sebenarnya tidak ada yang namanya sepuluh atau seratus. “Yang Eksis hanyalah Satu”. (Rumi : Fihi Ma Fihi, Pasal 2).
Pada pasal 1, Rumi menulis judul : “Kullu Sayi-in min Ajli al-Haq” (Segala hal karena dan untuk Yang Satu : “Al-Haqq”).
2. Kegemaran Publik
Tadi siang ada dua orang tamu, untuk Silaturrahim, diskusi dan ngobrol-ngbrol santai "ngalor ngidul"
Lalu aku ditanya : Apa saja yang belakangan ini sedang marak, viral dan paling digemari mayoritas masyarakat kita? .
Aku bilang : Ada beberapa
Pertama : Wacana dan ceramah agama yang menenteramkan dan menenangkan hati, bukan yang mencerdaskan akal pikiran, serta upacara-upacara spiritual dan ritual. Ceramah tersebut disampaikan dengan narasi yang meyakinkan atau memastikan.
Kedua : Acara-acara hiburan (yang menghibur hati) dengan beragam bentuk atau modelnya.
Ketiga : Dalam merespon sesuatu kebanyakan lebih melihat, mengagumi, mempercayai dan mengikuti siapa yang mengatakan atau menyampaikannya bukan apa yang dikatakannya atau disampaikannya.
Keempat : Senang cepat-cepat menilai orang lain atau suatu hal sebelum memikirkannya.
Kelima : Senang selfi-selfi dan menampilkan wajah/tubuh diri dengan ekspresi yang menurut dirinya menarik hati orang.
Itulah kira-kira. Boleh setuju boleh tidak
Wallahu A'lam.
3. Wawancara Tesis
Hari ini, 20.02.24, aku diwawancarai mahasiswi S2, dari UIN Yogya, untuk Karya Tesisnya berjudul : "Resepsi Buya Husein Muhammad terhadap Penfsiran Terdahulu Dalam Proses Produksi Makna Berkeadilan". Wawancara via Zoom, berlangsung 1.30 menit.
Aku bertanya : Apa makna Resepsi?. Dia bilang : Penerimaan Masyarakat atas pikiranku. Aku hanya mengatakan : oh.
Lalu dia bertanya : Mengapa dan Bagaimana aku bisa berpikir begitu".
Aku bicara panjang. Aku bilang : aku telah menulis buku berjudul : "Aku dan Perempuan". Nah, aku berharap anda bisa membaca bukuku tentang pengalamanku. Semacam otobiografi. Meski baru setengah perjalanan. Aku juga bercerita tentang KUPI 1 di Cirebon dan KUPI 2 di Jepara. Berikut Produk Fatwa-fatwanya yang kontekstual.
Pertanyaan lain : Apakah aku sengaja mengkritik penafsiran para penafsir terdahulu?.
Pertanyaan terakhir : " Apakah aku punya Metodologi?.
Besok ada wawancara lagi dengan kandidat Doktor dari UIN Bandung. Dia tengah menyusun Disertasi berjudul : Epistemologi Pemikiran Hukum Perkawinan Husein Muhammad Dan Kontribusinya terhadap Prospek Pengembangan Sistem Hukum Perkawinan Di Indonesia".
Alhamdulillah. Terima kasih. Semoga semuanya sukses gemilang.
Menteng, 22-02-13
(KH Husein Muhammad)