Tiga Aspek Ajaran Islam, Pakar: Agama adalah Pengamalan
Memahami Islam tak cukup hanya pengetahuan semata. Agama Islam harus pula dipahami secara amaliah alias dalam praktik ibadahnya. Selain itu, juga bagaimana cara mengamalkan perilaku sehari-hari dalam masyarakat sebagai bagian tindakan nyata.
Untuk memahami tiga aspek agama Islam, berikut penjelasan Dr A Khoirul Anam, Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Jakarta.
TIGA ASPEK AJARAN ISLAM
Ketika dikatakan "syariat Islam" atau ajaran Islam, maka ini maksudnya mencakup tiga aspek: i'tiqadiyah, amaliyah dan akhlaqiyah. Yang pertama menyangkut aspek keimanan yang didalami lewat ilmu akidah/kalam.
Yang kedua menyangkut urusan fikih dengan berbagai cabangannya (ibadah, muamalat, munakahat, mawaris, jinayat, sampai siyasah). Dan yang ketiga menyangkut kajian tasawuf.
Aspek pertama berkaitan dengan soal sesat atau tidak, kedua berkitan dengan halal atau haram dan boleh atau tidak, dan ketiga berkitan dengan aspek baik atau buruk, pantas atau tidak.
Satu Paket Memahami Praktik Keberagamaan
Tiga aspek dalam syariat Islam ini menjadi satu paket, tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Misal, tidak sempurna puasa seseorang yang hanya menahan lapar dan haus tapi masih mengizinkan dirinya ghibah dan dengki, marah, dan selalu berprasangka negatif terhadap Allah.
Tidak boleh sedikit-sedikit bilang sesat atau menjelaskan perihal haram dengan membentak-bentak atau dengan mata melotot. Dan seterusnya.
Bahwa ketika keimanan utama (aspek pertama) sudah diucapkan rutin minimal sembilan kali sehari dalam tasyahud shalat, maka para ulama menekankan pentingnya penyatuan aspek kedua dan ketiga. bahkan dikatakan, orang yang berfikih (tahu halal haram) tapi tidak bertasawuf (tidak baik kelakuannya dan buruk isi hatinya) maka ia disebut fasik (tak taat terhadap syariat); dan orang yang bertasawuf tapi tidak paham dan tidak menjalankan detil ketentuan fikih disebut zindik (melenceng). Demikianlah.
Sekaligus Pengamalan Agama
Di lingkungan NU, kajian (dan pengamalannya sekaligus) terkait tiga aspek syariat Islam itu diarahkan pada ulama khusus. Bidang keimanan diarahkan ke Imam Abu Hasan Al-Asy'ari dan Almaturidi, itu pun lebih fokus lagi ke Al-Asy'ari. Dalam fikih diarahkan ke Imam madhab empat, Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad bin Hambal, itu pun di pesantren hanya fokus ke madzhab Syafi'i.
Dalam hal tasawuf, diarahkan ke Imam Ghazali dan Iman Junaid al-Baghdadi, meskipun di pesantren tidak banyak yang kenal karya atau pemikiran tasawuf al-Baghdadi. Memang sangat luas cakupan kajian pada tiga aspek syariat Islam itu, namun perlu dibatasi dan diarahkan agar agama tidak hanya menjadi sarana untuk berdiskusi dan berdebat. Agama adalah pengamalan.
Ya, Agama adalah pengamalan
Terkhusus pada aspek ketiga kali ini, bahkan dalam penyebaran ajaran Islam di Nusantara malahan para ulama penyebar Islam lebih Walisongo malahan fokus ke aspek ini. Misal, Masyarakat diajak menonton wayang dengan syarat mengucapkan sekaten (dua kalimat sahadat) yang entah apa itu maknanya, kemudian diajarkan nilai-nilai Islam, sebelum detil mengajarkan soal tata cara wudlu atau shalat, ketentuan zakat, apalagi kewajiban puasa sehari penuh.
Bahkan nilai-nilai Islam itu disambungkan dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh agama-agama atau dalam tradisi masyarakat yang sudah dijalankan dari waktu ke waktu, yang oleh kelompok puritan dituduh sebagai bid'ah karena tidak sesuai dengan kebiasaan orang Arab.
Tiga Aspek Diutamakan
Di Nusantara, aspek ketiga ini yang diutamakan, dan justru inilah yang menyebabkan Islam berkembang pesat pada abad ke-13-15 bahkan menjadi mayoritas di Nusantara dan bertahan meskipun dilewati masa penjajahan orang Eropa. Pada sisi tertentu memang Rasulullah telah menyampaikan bahwa beliau diutus untuk menyempurnakan aspek yang ketiga itu. Innama bu'itstu liutammima makarimal akhlaq.
Pengamalan Tarekat dalam Berislam
Terakhir. Untuk meluluhkan hati agar benar-benar menghayati dan mengamalkan beberapa nilai dalam ajaran tasawuf seperti taubat, sabar, syukur, rendah hati, penyayang sesama, dan siafat baik lainnya, kita diajurkan mengikuti tarekat. Tarikat artinya jalan khusus untuk mencapai intisari ajaran tasawuf.
Ada banyak tarekat yang berkembang di Indonesia, seperti Qadiriyah Naqsabandiyah, Naqsabandiyah, Syaziliyah, Tijaniyah dan lain-lain. Beberapa aspek ajaran tarekat seperti urutan dan jumlah dzikir yang dilafadzkan usai shalat lima waktu, urutan dan dzumlah bacaan lafadz tertentu dalam tradisi tahlilan sudah diamalkan dengan baik oleh masyarakat meskipun tidak bertarikat.
Amalan-amalan ini beserta berbagai tirakatnya, dan nilai-nilainya yang disampaikan oleh para mursyid tarekat atau oleh para kiai dan ustadz tidak lain adalah untuk mengasah hati (mujahadah) agar bisa menghayati dan mengamalkan nilai-nilai ajaran tasawuf.
Urutannya: bersyariat dulu atau menjalankan ketentuan fikih, lalu bertarekat, baru orang akan menemukan hakikat ajaran Islam. Wallahu A'lam.