Tiga Anak Jantung Bocor Butuh Uluran Tangan Dermawan
Usianya sebenarnya sudah enam tahun, namun jalannya masih tak normal. Padahal Sania mempunyai kaki yang lengkap. Bisa berjalan lambat seperti itu dianggap jauh lebih baik dibanding sebelumnya. Sania baru bisa berjalan lambat sejak tiga bulan terakhir.
Sebelumnya, Sania hanya bisa berjalan ngesot saja. Seperti anak yang lemah tak berdaya. Kondisi fisik Sania jika dilihat, kakinya ada kebiru-biruan. Begitu juga pada jari-jari tangan dan juga bibirnya. Matanya kemerah- merahan. Namun, kalau soal makan, Sania sebenarnya seperti anak-anak lainnya. Dia masih doyan makan meski hanya diberi lauk tahu tempe dan sayur-sayuran seperti bayam atau wortel.
Sania adalah anak kedua dari pasangan Zaitin usia 42 tahun dan Sukardi usia 48 tahun. Mereka adalah warga Kecamatan Kenduruan, Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Sukardi hanya bekerja sebagai buruh bangunan. Sedangkan istrinya, hanya ibu rumah tangga biasa tanpa penghasilan.
Sania mengalami keterlambatan pertumbuhan karena dia diidentifikasi mengalami jantung bocor saat usianya empat bulan. Sania pun sebenarnya sempat dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bojonegoro. Oleh RSUD Bojonegoro Sania pun sempat dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Mestinya, Sania harus melakukan pemeriksaan secara rutin di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Namun karena tidak ada biaya, hal itu tidak dilakukan oleh Sukardi.
“Saya pasrah aja. Mau bagaimana lagi saya juga gak punya biaya untuk bolak-balik ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya Pak," ujar Sukardi polos.
Sukardi mengatakan, kalau Sania kontrol terakhir ke dokter pada saat usianya sembilan bulan. Setelah itu, Sania tak pernah diperiksakan sama sekali ke dokter.
Sukardi hanya mampu membawa Sania kontrol mantri dokter di Tuban. Namun jangan dibayangkan mantri dokter ini adalah tenaga medis. Mantri dokter ini hanyalah pengobatan alternatif nonmedis. Sukardi memang menyebutnya sebagai mantri dokter.
Pengobatan mantri dokter ini sudah dilakukan Sukardi selama empat tahun lebih. Selama empat tahun itu Sukardi membawa Sania dua minggu sekali ke 'mantri dokter' ini.
“Ya mampunya cuma itu. Biayanya cukup Rp30.000 sekali berobat. Alhamdulillah, udah bisa jalan pada tiga bulan terkahir ini. Sebelumnya malah gak bisa jalan dan hanya bisa ngesot," ujarnya.
Oleh mantri dokter, Sania dibekali vitamin seperti minyak ikan. Kalau sakit, misalnya mengalami suhu panas, biasanya hanya diberi obat penurun panas biasa.
Untuk biaya pengobatan, Sukardi mengatakan dokter dulu pernah menyebut angka Rp150 juta untuk biaya operasi Sania. Tapi itu dulu. Entah sekarang.
Dipo Hadi, Head Of Program Aksi Cepat Tanggap (ACT) Jawa Timur mengajak masyarakat untuk membantu Sania yang membutuhkan bantuan untuk pengobatannya.
Selain Sania, ada pula bayi Nazwa yang masih berusia empat bulan dan Sela yang masih berusia empat tahun. Mereka bertiga mengalami gangguan yang sama, kebocoran jantung. Selain empat anak tadi ada pula anak usia empat tahun mengalami kelumpuhan. Namanya Wahyu.
Empat orang anak ini berasal dari keluarga prasejahtera yang tinggal dalam satu kecamatan yang sama yaitu, Kecamatan Kenduruan, Kabupaten Lamongan. Kecamatan yang terletak di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah ini, memang masih menyimpan kantong-kantong kemiskinan warga.
Warga desa ini kebanyakan bekerja sebagai buruh tani atau peternak bagi hasil. Mereka hanya menerima titipan hewan untuk dipelihara, baik sapi atau kambing. Di kecamatan ini juga masih bisa djumpai rumah-rumah warga yang masih beralaskan tanah dan tidak memiliki pembuangan MCK yang sesuai dengan kesehatan. Masih ada warga yang melakukan Buang Air Besar (BAB) langsung ke blumbang (lubang tanah yang dibuat untuk buang air besar). Hal ini tentu tak baik untuk kesehatan warga.
Bagi Anda para Sahabat Dermawan yang ingin membantu Sania dan anak lain yang bernasib sama, sekaligus ingin membantu warga, bisa melalui Program Mobile Sosial Rescue dengan mentransfer langsung ke rekening ACT melalui BNI Syariah 66 00000 153 Muamalat 304 007 2216.