Tiga Alasan Susunan PBNU Gemuk, Gus Yahya: Ini Mencerminkan Fakta
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staqut mengumumkan secara resmi jajaran kepengurusan organisasi sosial dan keagamaan Islam berdiri 1926. Dalam susunan kepengurusan tersebut, mencerminkan keterwakilan seluruh wilayah Nusantara, keterwakilan unsur politik dan keterwakilan jender.
"Separuh dari seluruh populasi Muslim di Indonesia. Kami berkepentingan untuk menjangkau sedapat-dapatnya, seluas-luasnya sehingga kami membutuhkan personel yang cukup banyak," tutur Gus Yahya, panggilan akrabnya.
"Visi yang kami usung dengan sendirinya menuntut perkembangan aktivitas yang berlipat dari yang sebelumnya. Tambahan personel itu untuk menangani pekerjaan-pekerjaan yang besar itu."
Hal itu dimumkan dalam acara Taaruf di Gedung PBNU Jakarta, Rabu 12 Januari 2022. Dihadiri Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Katib Aam KH Ahmad Said Asrori, dan Sekjen PBNU H Saifullah Yusuf, serta jajaran pengurus lainnya.
Menurut Gus Yahya, postur kepengurusan PBNU mencerminkan realitas multipolar di lingkungan kita, baik segi kedaerah, segi gender maupun dari segi orientasi politik.
Tiga Alasan Penting
Ada sejumlah alasan, bagi Gus Yahya:
Pertama, Seluruh daerah di Indonesia terwakili di jajajaran PBNU. Sehingga, PBNU adalah yang berwajah Nusantara.
Kedua, baru kali ini setelah 96 tahun NU menurut kalender masehi. Ada melibatkan kaum perempuan di PBNU.
Ketiga, sering berkali-kali ditegaskan untuk mengambil jarak secara sama dengan pelbagai sudut kepentingan politik. Dilakukan dengan cara mengakomodasi elemen-elemen kepentingan dari pelbagai macam sudut politik itu, agar dalam kepengurusan itu satu sama lain bisa saling mengontrol. Agar jarak dengan partai politik dengan PBNU sama.
Tentang Pengesahan Susunan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmah 2022-2027,