Tiga Adab Bangun Tidur, Sesuai Tuntunan Imam Al-Ghazali
Bangun tidur merupakan aktivitas yang dilakukan setiap orang, karena memang pada dasarnya manusia membutuhkan tidur setiap harinya sebagai cara memulihkan energi setelah berjam-jam melakukan aktivitas melelahkan seperti bekerja ataupun lain-lain.
Bangun tidur juga merupakan salah satu nikmat yang harus disyukuri karena kita masih diberi kesempatan untuk melanjutkan kehidupan esok dan memperbaiki perilaku jelek sehingga masih ada sisa hidup dalam pengampunan dosa.
Dalam Kitab Bidayat al-Hidayah karya Imam Abu Hamid Al-Ghazali sudah diterangkan tentang adab seorang Muslim ketika ia bangun dari tidurnya. Berikut ini adab-adab tersebut:
1. Berusaha sebisa mungkin untuk bangun sebelum subuh.
Dalam hadistnya, Nabi Muhammad ﷺ mengingatkan umatnya untuk memaksimalkan ibadah pada Allah di malam tersebut.
يَتَنَزَّلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَلَهُ ، مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ ، وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
Artinya: “Rabb kita, tabaroka wa ta’ala, turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Dia berkata: ‘Siapa yang berdoa pada-Ku, Aku akan memperkenankan doanya. Siapa yang meminta pada-Ku, pasti akan Kuberi. Dan siapa yang meminta ampun pada-Ku, pasti akan Aku ampuni’.” (HR Bukhari).
2. Berbicara pertama kali dalam mulut dan hatinya adalah dzikir kepada Allah.
Dzikir adalah kegiatan ibadah untuk mengingat Allahﷻ.
Dzikir artinya mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran. Menyebut dan memuji nama Allah ﷻ merupakan kewajiban yang diperintahkan dalam Al-Quran.
3. Berdoa ketika Bangun Tidur
Berdoa ketika bangun dari tidur dengan doa sebagai berikut:
الْحَمْدُ للهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرُ أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ للهِ وَالْعُظْمَةُ وَالسُّلْطَانُ ِللهِ وَالْعِزَّةُ وَالْقُدْرَةُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ الْإِسْلَامِ وَعَلَى كَلِمَةِ الْإِخْلَاصِ وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مَحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. أَللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا وَبِكَ أَمْسَيْنَا وَبِكَ نَحَيَا وَبِكَ نَمُوْتُ وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ. أَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَبْعَثَنَا فِى هَذَا الْيَوْمِ إِلَى كُلِّ خَيْرٍ وَنَعُوْذُ بِكَ أَنْ نَجْتَرِحَ فِيْهِ سُوْأً أَوْنجْرِهِ إِلَى مُسْلِمٍ أَوْ يُجْرِهِ أَحَدٌ إِلَيْنَا. نَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا فِيْهِ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا فِيْهِ
Alhamdulillahilladzi ahyana ba’da ma amatana wa ilaihin nusyuri, ashbahna wa ashbahal mulku lillahi wal udhmati was sulthani lillahi wal ‘izzati wal qudrati lilla Rabbil ‘alamina ashbahna wa ‘ala fithratil Islami wa ‘ala kalimatil ikhlashi wa ‘aladini Nabiyyina Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallama wa ‘ala millati abina Ibrahimi hanifan musliman wa makana minal musyrikina. Allahumma bika ashbahna wa bika amsaina wa bika nahsa wa bika namutu wa ilaikan nusyuri. Allahumma inna nas’aluka an tab’atsana fi hadzal yaumi ila kulli khairan wa na’udzubika an najtariha fihi su’an a najrihi il Muslmin aw yujirhu ahadun ilaina. Nasulaka khira hadzal yaumi wa khaira mafiihi wa na’udzubika min syarri hadzal yaumi wa syarra ma fihi.
Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan kepada-Nyalah kami kembali. Aku memasuki pagi, sedang kekuasaan tetap hanyalah milik Allah, kemuliaan dan kekuasaan milik Allah pula. (Dialah) Tuhan seru sekalian alam. Aku menyongsong pagi dengan kesucian Islam dan dengan kalimat ikhlas (syahadat) serta dengan agama (yang dibawa) Nabi Muhammad ﷺ.
Juga dengan agama Bapak kami Ibrahim dengan berserah diri, serta bukanlah kami termasuk golongan orang-orang musyrik. Ya Allah dengan-Mu lah kami memasuki pagi dan sore, dengan-Mu lah kami hidup dan mati dan kepada-Mu lah kami kembali. Ya Allah kami mohon bangkitkanlah kami di hari ini pada kebaikan. Dan kami berlindung kepadamu dari mengerjakan keburukan ata mempekerjakan orang Islam pada keburukan dan dipekerjakan orang untuk keburukan. Aku meminta kepada-Mu kebaikan hari ini dan kebaikan yang ada di dalamnya serta memohon perlindungan dari kejelekan hari ini dan kejelekan yang ada di dalamnya.”
Cuci Wajah
Selain tiga Adab dari Imam Al Ghazali di atas, secara umum kita juga dianjurkan agar mencuci wajah dan tangan sebelum melakukan aktifitas lainnya. Dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, dia berkata bahwa Nabi ﷺ bersabda:
إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ فَلَا يَغْمِسْ يَدَهُ فِي وَضُوئِهِ حَتَّى يَغْسِلَهَا ثَلَاثًا فَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَا يَدْرِي أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ
“Jika ada seseorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka jangan mencelupkan tangannya ke dalam bejana sebelum dia mencucinya tiga kali. Sebab dia tidak mengetahui di mana letak tangannya semalam.”
Membersihkan Mulut
Selain daripada itu, kita juga dianjurkan untuk membersihkan mulut dan gigi dengan siwak atau sikat gigi. Anjuran ini sangat penting diperhatikan juga oleh karena ketika kita sedang tidur bau mulut biasanya berubah, dikarenakan uap dari perut naik.
Dalam kondisi demikian, bersiwak atau sikat gigi akan sangat membantu menghilangkan bau yang tidak sedap dari mulut. Dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Hudzaifah ibn Yaman bercerita, “Biasanya Nabi ﷺ jika bangun di malam hari beliau menggosok-gosok mulutnya dengan siwak.”