Tidak Tajam dan Nggak Terlalu Tipis, STMJ Bu Nunuk
Surabaya panasnya bukan main. Sebulan ini. Ramadhan pun serasa menahan beban yang berlebih. Rasa dahaga itu. Haus itu. Rasanya segelas es, pokoknya apa saja yang dingin, cocok untuk menawarkannya. Ya, ramadhan 2019 ini, pedagang es tersenyum lebih banyak.
Lalu, minuman hangat dan yang panas apakah tidak cocok? Cocok sajalah. Asal rasanya surprise. Miroso. Bikin lidah bedecap-decap hangat, pasti yang panas pun tak akan kalah dengan segarnya minuman es.
Apa ada di Surabaya? Ya, banyaklah. Cari namanya Bu Nunuk. Kalau nyarinya dari RT ke RT kelamaan. Cari dengan kekinian, pakai google dong. Pasti ketemu. Set set wet dalam hitungan detik Bu Nunuk pasti terpapar jejer-jejer di layar ponselmu.
Benar kan, ada Bu Nunuk? Dua halaman penuh dengan Bu Nunuk. Termasuk Nunuk yang sana juga yang sini. Ada Bu Nunuk yang dosen dan seterusnya. Tapi yang berurusan dengan rasa hangat, hangat-hangat di badan, tentu Bu Nunuk yang ini: Nunuk STMJ.
Yes, nama aslinya adalah Nunuk Widayati. Jenis perempuan ulet, perempuan perkasa. Kala banyak perempuan adem ayem tinggal di rumah selepas magrib, Bu Nunuk ini malah merajai malam. Senjatanya adalah STMJ. Susu, Telor, Madu, dan Jahe.
Senjata andalan ini diaduk dengan cinta. Dalam satu gelas. Seporsi minuman. Nikmatnya bukan main. Hangatnya juga demikian. Harganya bersahat. Tak membuat dompet penuh benci dan dendam. Aihhh sudahlah, datang saja untuk membutikannya.
Ya, Bu Nunuk ini adalah profil pelaku usaha warung. Warung minuman. Bukanya malam hari. Di Jalan Bung Tomo No 15, Surabaya. Bertetangga dengan dua kuburan. Kuburan umum dan Taman Makam Pahlawan. Ada Bung Tomo dimakamkan di sana. On selepas Ashar. Off bisa menjelang subuh. Jadi ini cukup cocok sembari menunggu waktu sahur. Atau menjadi teman sahur sekalian.
Tak hanya STMJ yang diandalkan. Ada yang lain. Yang tak terlalu suka pedas bisa memesan susu telur madu. Tidak suka manis, madunya dihilangkan, cukup susu telur dan jahe saja. Ndak suka semuanya ya pilihlah ronde atau angsle. Camilannya bisa roti bakar, jajanan digoreng, olahan jerohan ayam, hingga mie rebus.
Menurut Nunuk Widayati, usaha ini dibangun sejak 2007. Mengawalinya dari nol. Juga di kawasan itu. Bertetangga dengan Makam Pahlawan Bung Tomo. Kawasan yang sepi sebenarnya. Ramainya kalau pas malam minggu saja. Diujung jalan sana, sering ada balapan liar. Kalau pas tidak diobrak polisi. Banyak yang nonton. Kalau selesai pada duduk di warung dan minum STMJ.
Sekarang balapan liar sudah tak ada. Dimusuhi warga, diobrak polisi. Sekarang malah dipasangi semacam polisi tidur. Meski tidak tinggi. Warung kini sudah ramai, pengunjungnya sudah berlapis-lapis. Mungkin di antara pengunjung itu ada yang mantan pembalap liar di sana. Atau para mantan penonton yang selalu keasyikan dengan balapan berbahaya itu.
Berbeda dengan warung STMJ terkenal yang lain, STMJ Bu Nunuk ini penggunjungnya full anak muda. Wajah-wajah milenial. Selebihnya adalah kalangan eksekutif. Jangan bertanya kalau akhir pekan, berangkatlah lebih awal kalau memang kepingin ngesteemje. Bisa sampai encok kaki kumat menunggu kursi mana yang lolos dan bisa diduduki.
Bagi pencinta STMJ, racikan tangan Bu Nunuk memang istimewa. Pedes jahenya tidak terlalu tebal. Juga tidak bisa dibilang tipis. Ini yang membedakan dengan warung STMJ lain. Yang kadang suka terjebak pada kuatnya rasa jahe, dan rasa manis lainnya. Racikan Bu Nunuk sangat pas.
Tidak ada perasaan enek setelah meminum seporsi STMJ Bu Nunuk. Tapi memang ada efek sampingnya. Apa itu? Rasanya kurang kalau hanya satu gelas. Harus nambah lagi segelas. Tapi kalau itu dilakukan, rasanya perut akan kekenyangan. Apalagi, setelah puasa seharian, banyak makanan yang sudah kadung masuk perut. Perut rasanya menjadi tidak enak.
Kalau memang diputuskan nambah satu porsi, pilihlah menu lain. Biar perut membacanya makanan variasi. Bisa pilih angle atau ronde. Hehehhe biar perut tidak bergolak, dan minta lari ke belakang. Atau kalau menginkan variasi, makanan camilan yang dipiring-piring itu sunggguh yami juga kalau disantap sembari mengobrol kanan kiri. (idi)