The Sukudalu, Band Sidoarjo 18 Tahun Konsisten di Jalur Musik Indie
Bertahan selama 18 tahun di jalur musik indie memang tidak mudah. Banyak perjuangan dan pengorbanan agar eksistensi The Sukudalu tetap bergema di komunitas musik Sidoarjo.
The Sukudalu sendiri mengusung aliran Ska. Dicetuskan oleh sang drummer, Irwan Kombor pada tahun 2006. Alasan memilih nama The Sukudalu berawal dari hobi nongkrong di malam hari bersama teman komunitas.
Irwan Kombor menjelaskan, suku artinya kaki sedangkan dalu artinya malam. “Tongkrongan kita kalau ketemu kan setiap malam. Saya ambil dari kata bahasa jawa kuno, Sukudalu artinya kaki-kaki yang menjadi penggerak di malam hari,” ujar bapak dua anak ini, Minggu 22 September 2024.
Ia melanjutkan, penggerak yang dimaksud adalah penggerak suatu kebaikan melalui sebuah karya musik. Selama 18 tahun, The Sukudalu mengalami beberapa kali pergantian personil. Kendati demikian tidak menyurutkan semangat Irwan Kombor untuk membesarkan nama The Sukudalu di jalur independen.
Formasi The Sukudalu saat ini diisi oleh 5 personil. Febrian Londo pada vokal, Herman sebagai gitar 1, gitar 2 ada Anaz Bond, basis diisi oleh Deny Tuek, dan Irwan Kombor sebagai drummer.
Berkiprah di jalur indie selama 18 tahun, The Sukudalu sudah menciptakan 24 lagu. Namun hanya ada 7 lagu yang bisa dinikmati di platform musik digital.
Album pertama berjudul ‘Burning Your Soul’ berisi 7 single diantaranya We Are the Sukudalu, Fly me, Beside me, Walking on the rainbow, dan Radio. Sukses mencuri perhatian penikmat musik ska.
Lantunan lirik lagu The Sukudalu banyak menceritakan tentang konflik kehidupan sehari-hari, percintaan, sosial, dan sakit hati.
Irwan menambahkan, menjaga eksistensi di dunia musik indie selama 18 tahun memang tidak mudah, banyak kendala yang terjadi. “Intinya kita semua adalah keluarga. Ada satu ritual yang selalu kita terapkan sampai saat ini, yaitu malam kejujuran. Apapun masalahnya kita hadapi bersama,” katanya.
Momen 18 tahun The Sukudalu, mereka juga launching beberapa merchandise dan buku biografi perjalanan The Sukudalu sebagai band indie di Sidoarjo, karya M.A Haris Firismanda sebagai penulis.
“Saya memilih The Sukudalu ini karena menurut saya genre musiknya unik terlihat dari liriknya yang cadas, liar, dan binal. Rencananya akan ada buku kedua tentang perjalanan The Sukudalu selanjutnya,” ucap Haris.
Sementara itu, Manager The Sukudalu, Ardi Kurniaji mengatakan, momen launching ini sekaligus mengingatkan perjalanan arsip the Sukudalu selama 2006 hingga saat ini. “Selanjutnya kita mau ke Jakarta, lalu tahun depan kita berencana ke Jepang, untuk menyebarkan virus The Sukudalu disana,” tutupnya.