The Power of Kepepet, Ibu dari Jombang Jadi Kreatif Sulap Limbah
Berawal dari coba-coba, Puji Astutik, 38 Ibu Rumah Tangga (IRT) asal Desa Jatigedong, Kecamatan Ploso, Jombang sulap limbah jadi kerajinan. Dalam seminggu saja ia bisa untung puluhan juta. Usaha pengolahan limbah ini dilakukannya sejak tahun lalu saat masa pandemi Covid 19 pertama kali masuk ke Indonesia. Sebelum menekuni usahanya ini, Puji bekerja sebagai penjahit tas hajatan. Namun, karena sepi pesanan akibat dihajar pandemi, ia banting stir mengelola limbah jadi kerajinan menguntungkan.
"Semenjak usaha jahit tas hajatan kena dampak Covid menurun drastis di awal masa pandemi. Awal pandemi saya masih bekerja sebagai penjahit tas yang biasa dipakai kalau ada acara seperti hajatan," ucapnya pada wartawan pada Minggu 30 Mei 2021.
Hal tersebut yang membuat pesanan menurun drastis. Supaya tetap bertahan, ibu dua anak tersebut awalnya hanya iseng mengelola limbah yang ada di sekitar rumahnya untuk dijadikan kursi atau bangku. Dengan memanfaatkan limbah dari drum kreb atau tong kardus, papan triplek bekas palet, limbah gendang dari Blitar. Limbah tak terpakai tersebut di tangan Puji jadi bahan yang bisa dimanfaatkan serta menguntungkan.
"Awalnya iseng, lalu browsing di Google, kira-kira apa yang bisa saja buat. Setelah dapat ide, di situlah saya mulai coba-coba buat dan sejak saat itu saya mulai usaha kursi stool ini. Jenis kursinya beragam, ada seperti stool panjang, stool bundar, sofa," ujarnya.
Semenjak itulah Puji mulai coba-coba membuat kerajinan furniture. Setelah jadi, kemudian ia jual. Tak disangka banyak orang yang tertarik dan memesan karyanya. Furniture awalnya ia jual ke warga setempat, namun seiring pesanan yang membeludak, pesanan bahkan sampai ke luar Jawa seperti Makassar dan Riau.
Dalam sehari ia bisa memproduksi puluhan kursi stool. Harga jualnya pun berbeda, tergantung pesanan dan ukuran. "Sehari bisa menghasilkan 15 hingga 20 jenis stool. Harga per stool itu Rp 135 ribu, untuk meja Rp 130 ribu hingga Rp 170 ribu. Ada beberapa karyawan yang membantu proses pembuatan jadi terbantu juga," katanya.
Tidak sampai setahun ia menjalankan bisnis pembuatan kerajinan furniture ini tak luput dari tingkat promosi yang massif lewat media sosial Facebook dan WhatsApp serta dari mulut ke mulut. Sehingga produknya bisa berkembang di wilayah Jombang dan meluas pesanannya hingga luar Jawa.
Karena massifnya pemasaran, hasilnya pesanan yang datang setiap hari tidak berhenti. Dalam kurun waktu seminggu, pesanan furniture yang ia buat ini terhitung mencapai 100 -200 pesanan. "Karena banyak pesanan, jadi berpengaruh ke pendapatan. Dalam seminggu bisa mencapai Rp 20-30 juta," bebernya.
Selama proses pembuatan, Puji memilih rumahnya sebagai tempat membuat pesanan. Mulai di dalam rumah hingga di belakang halaman rumahnya. Puji tidak sendirian, beberapa karyawan turut membantu proses pengerjaan furniture pesanan. Bahan dasar seperti triplek, tong kardus, spon dan berbagai kain jadi elemen penting dalam pembuatan kerajinan tersebut.
"Apa yang bisa dibuat ya dimanfaatkan, bisa bertahan juga di kala pandemi yang belum tahu kapan selesai nya ini," pungkasnya.
Advertisement