The League, Aplikasi Cari Jodoh Kelas Premium
The League baru saja diluncurkan di Singapura, setelah berjalan di beberapa kota di Amerika Serikat. Dibandingkan dengan Tinder, the League dikenal sebagai aplikasi jodoh dengan standar tinggi. Tak semua orang bisa punya akun di dalamnya. Aplikasi meminta sejumlah syarat dan proses tertentu untuk memverifikasi pengguna.
Diambil dari siaran pers perusahaan, aplikasi ini "didesain untuk pengguna kelas atas," dengan berdasar pada tiga kriteria, yaitu profesi, pendidikan, dan atribusi fisik.
CEO The League, Amanda Bradford, mengatakan pada CNA "Kami menggunakan syarat seperti ketika mendaftar di lingkungan akademik. Kami mencoba untuk membangun kelas yang beragam dari berbagai faktor, dan akan membangun komunitas kami untuk kesuksesan,"katanya.
Di Singapura, sebanyak 14 persen dari 13 ribu pendaftar lolos kurasi. Status pekerjaan mereka berasal dari sejumlah perusahaan besar, seperti Standart Chartered Bank, Ernst & Young, dan Facebook, dan dengan status pekerjaan impresif seperti pendiri, manajer, dikretur, dan konsultan. Sebagian juga menyertakan latar pendidikan tinggi dari kampus elit di dalam negeri atau pun luar.
Setelah memiliki akun, aplikasi akan bekerja seperti Tinder, dengan sistem swipe menyediakan lima pilihan jodoh setiap harinya. Algoritamanya cukup baik. Saran pertama yang didapat ketika mencoba aplikasi itu, adalah member dengan pendidikan dan tempat tinggal yang cukup menggiurkan. Profil di foto member juga menyiratkan jika mereka memiliki skill seni berpose di depan kamera.
The League sendiri diluncurkan di Amerika Serikat di tahun 2015. Mereka menamakan dirinya sebagai aplikasi mencari jodoh kelas elit. Aplikasi ini berjalan di iOs dan Android.
Untuk memiliki akun di dalamnya, calon member harus mengantre lebih dahulu. Proses antrean bisa dilewati lebih cepat dengan membayar biaya keanggotaan selama satu tahun.
Namun, membayar keanggotaan bukan jalan tol masuk ke dalam aplikasi ini. Calon member tetap harus mendaftarkan media sosial mereka, dan linkedin.
Setelah masuk, aplikasi membolehkan pengguna untuk menuliskan informasi pribadi, serta mengirim maksimal enam foto diri. Aplikasi ini akan menampilkan latar belakang pendidikan dan karir yang diambil otomatis dari Facebook dan Linkedin.
Fitur itu mencegah member untuk memanipulasi data yang diberikan ke dalam aplikasi, serta mengurangi potensi anggota lain untuk bertemu pasangan yang tidak sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Selebihnya, seperti aplikasi pencari jodoh lainnya, member juga bisa mengatur kriteria pasangan yang diinginkan. Mulai dari gender, usia, agama, tinggi badan, pendidikan, hingga ras dan etnis. dikutip dari Daily Dot.
Advertisement