The Golden Rule, Tidak Merendahkan dan Menyakiti Orang Lain
"idup adalah pemberian sekaligus amanat atau titipan Tuhan, bukan kehendak dan ciptaan manusia. Dan Dia menciptakan manusia berbeda-beda; rupa-wajahnya, tempat tinggalnya, sukunya, jenis kelaminnya, bahasanya, pengalamannya dan sebagainya. "
Demikian pesan-pesan Islam disampaikan KH Husein Muhammad, Pengasuh Pesantren Daarut Tauhid, Arjawinangun Cirebon. Berikut tausiyah lengkapnya:
"Semua manusia mempunyai keinginan dan kehendak yang berbeda-beda. Tetapi cita-cita mereka sama, satu. Yakni kebahagiaan dan tidak mengalami penderitaan. Setiap orang senang kepada orang lain yang berbaik hati kepadanya, dan tidak senang kepada orang lain berbuat buruk/jahat kepadanya.
"ika demikian maka setiap orang hendaknya menghargai dan menghormati kehendak atau pilihan orang lain sekaligus tidak mengurangi merendahkan atau menyakiti orang lain."
Al-Quran menyatakan :
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذَٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Dan janganlah kamu mencacimaki tuhan-tuhan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan mencacimaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.(Q.s. al- Anam, 108).
Nabi Saw mengatakan:
احب لاخيك ما تحب لنفسك
Cintailah saudara/temanmu sebagaimana kamu ingin dia mencintaimu.
Dalam redaksi lain : Berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana kau ingin orang lain berbuat baik kepadamu. Janganlah menyakiti orang lain sebagaimana kau sendiri tidak ingin orang lain menyakitimu".
Inilah yang disebut The Golden Rule. Hukum/Aturan Emas
RINDU
Hati Qais hancur lebur begitu ayahnya melarangnya bertemu Layla, kekasih hatinya. Dia seakan melihat di depan matanya tembok rumah Layla yang begitu kokoh dan menjulang. Pikirannya menjadi kacau balau. Dadanya terus bergemuruh dan berdetak-detak, menahan kecewa, sakit dan rindu. Bibirnya terus saja menyebut nama Layla.
خيالك فی عينی وذكرك فی فمی
Wajahmu di mataku
Namamu di bibirku
Qais menjadi makin senang menyendiri di taman di belakang rumahnya sambil menyanyikan lagu rindu. Ayah Qais mengerti keadaan anaknya. Ia juga sesungguhnya berduka melihat keadaan anaknya itu, tetapi tak berdaya. Ia tiba-tiba terpikir untuk mengajak Qais pergi ke Makkah untuk Umroh sambil mengobati luka hatinya, karena rindu. Kepada Qais, ia tidak mengatakan akan Umroh, melainkan untuk mengunjungi kakek moyangnya di sana. Qais menurut saja. Tetapi sampai di kota suci itu Qais dibawanya menuju ke Masjid al-Haram. Tiba di latarnya sambil menunjuk ke arah Kakbah, “Bait Allah” (Rumah Tuhan) ia berpesan kepada anaknya:
اُنْظُرْ عَلَّكَ تَجِدْ دَوَاءً لِمَا بِكَ. فَتَعَلَّقْ بِاَسْتَارِ الْكَعْبَةِ وَاطْلُبْ لِنَفْسِكَ الْخَلَاصَ..
“Lihatlah, semoga engkau menemukan obat bagi sakitmu itu. Peganglah kiswah (kain penutup) Kakbah itu dan berdoalah agar Allah menghilangkan rasa rindu dendammu itu.”
Mendengar nasihat ayahnya itu, Qais menangis dan tertawa sendiri. Sambil tangannya memegang kelambu Kakbah itu ia berdoa:
بِعْتُ رُوحِى فِى حَلَقَةِ اْلِعشْقِ.
وَالْعِشْقُ قُوتى وَبِدُونِ هَذَا الْقُوتِ فَوَاتِى .
فَلَا جَرَى الْقَدَرُ لِى بِغَيْرِ الْعِشْقِ.
فَيَا رَبِّ رَوَّنِى بِمَائِهِ , وَأَدِّمْ لِعَيْنِى حُلْيَة الْاِكْتِحَالِ بِهِ.
وَيَا رَبِّ زِدْنِى مِنْ عِشْقِهَا
وَإِنْ قَصُرَتْ عُمْرِى بِالْعِشْقِ فَزِدْهُ فِى عُمْرِهَا.
اَللَّهُمَّ زِدْنِى لِلَيْلَى حُبًّا.
وَلَا تَنْسَنِى ذِكْرَهَا أَبَداً
“Aku telah menjual ruhku dalam ruang sirkuit rindu-dendam yang menderu-deru.
“Isyq” (rindu dendam) adalah makananku, tanpa itu aku akan mati.
Jangan takdirkan aku tanpa rindu-dendam kepadanya.
Duhai Tuhan, tuangkan untukku air bening rindu.
Cemerlangkan mataku dengan celak hitam selamanya.
Duhai Tuhan, tambahkan aku rindu kepadanya.
Bila umurku pendek, tambahkan rindu itu kepadanya.
Duhai Tuhan, tambahkan rinduku kepada Layla,
Jangan biarkan aku melupakan dia selama-lamanya.”
Sesudah itu, Qais jatuh terkulai, semaput, tak sadarkan diri.
02.06.2020
HM