The Book Thief, Melumuri Wajah dengan Arang Hitam
Salah satu adegan bagus dalam film ‘The Book Thief’ adalah ketika sepasang anak-anak memaki Hiltler di tempat sunyi —secara bergantian. Juga adegan seorang anak ‘ditangkap’ seorang tua karena melumuri wajahnya dengan arang hitam.
Sang anak, dalam kungkungan politik yang dibangun Nazi-Hitler akhir 1930-an itu membayangkan diri sebagai orang hitam —model yang diperoleh dari Jesse Owen, juara lari dunia dalam olimpiade yang berasal dari kulit hitam Amerika Serikat. Tapi, seperti terlihat dalam gambar, yang paling mengerikan adalah adegan pembakaran buku.
Acara ini diawali pidato elite setempat yang berisi kutukan terhadap pemikiran aneh dan liar —yang tidak sesuai dengan ‘ideologi negara’ Jerman di bawah Hilter. ‘Pers dan buku-buku,’’ kata sang elite, ‘harus sesuai dengan ideologi dan jiwa negara.’
Begitu kira-kira gambaran adegan penting itu. Maka, salah satu jalan ‘pendek’ membasmi pemikiran-pikiran berbeda adalah dengan membuat upacara pembakaran buku-buku. Fasisme memang selalu menolak perbedaan.
Demikian catatan kisah Fachry Ali yang menarik tentang film yang ditontonnya, 15 November 2020 di akun facebookhya.
Fachry Ali menulis, "Untuk Sahabatku Prof Komarudin Hidayat. Menunggu renungan-renungan sufisme dan falsifat politik darimu —di forum facebook ini."
Komaruddin Hidayat: "Fachry Ali sejak dari mhsw selalu memberi motivasi pada saya. Termasuk mengajak saya kerja jadi wartawan sambil kuliah. Juga selalu memprovokasi agar menulis di surat kabar. Kalau belum dimuat di Kompas, kata dia waktu itu, belum afdhol. Sbg teman diskusi di IAIN dan HMI, Fachry pernah ngomong gini sewaktu masih sama2 mhsw: Kamu jangan kebanyakan ceramah. Mesti rajin nulis. Ceramah itu cenderung populer, kurang kontemplatif."
Mohamad Harisudin Mahfud: "Komaruddin Hidayat, seluruh mhsw muslim yg mengaku aktif di pergolakan pemikiran thn1980-an pasti pemikirannya dipengaruhi Bang Fachry Ali dan Kang Komarudin Hidayat. Untuk kesehatan Panjenengan berdua, Al-Fatihah".
Abdul Moqsith Ghazali: "Komaruddin Hidayat, ketika saya masih mondok di pesantren, saya sudah membaca kolom-kolom bernas Prof Komar dan Bang Fachry Ali."
Komaruddin Hidayat: "Abdul Moqsith Ghazali. Saya kagum dengan Kiai Moqsith ini. Ilmunya dalam, bacaan kitab kuningnya fasih, meskipun belajarnya cukup di Indonesia. Mirip Gus Baha'".
Fachry Ali: "Abdul Moqsith Ghazali Alhamdulillah, Moqsith."