Peduli Sampah, Thara Surati Bupati dan Akan Hadiri Diskusi di AS
Akses menuju lokasi rumahnya didominasi tanah basah. Sebelum masuk area tempat tinggalnya, terdapat sungai konservasi ikan. Maju sedikit, terlihat kantor ECOTON, lembaga swadaya masyarakat pemerhati lingkungan. Tepat di belakang gedung tersebut, tampak rumah bertingkat.
Di kawasan itu terlihat tumpukan sampah plastik terkumpul di satu wadah. Pada sudut lain, sampah plastik digantung dan dipajang di pelataran. Meski demikian, lingkungan sekitar rumah terasa asri dan teduh dengan banyaknya tumbuhan hijau.
Siang itu, dengan memakai kerudung merah jambu, Thara Bening, menyambut Ngopibareng.id di rumahnya. Siswi Kelas 12 di SMAN 1 Driyorejo itu baru saja mengirim surat kepada Bupati Gresik terkait masalah sampah. Sabtu, 8 Februari 2020, dengan duduk di kursi kayu panjang, ia menceritakan kisahnya.
“Saya terinspirasi masalah sampah karena orang tua. Dari kecil saya diajak ke sungai melihat sampah. Semakin dewasa, ngelihat banyak sampah di bantaran sungai, saya sedih dan prihatin,” kata gadis berkacamata itu dengan nada rendah
Sering berkutat dengan konservasi dan sampah, membuat hatinya tergerak. Rupanya, anak kedua dari tiga besaudara ini memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan sejak dini. Hal itu berawal dari kedua orang tuanya yang merupakan aktivis lingkungan sejak 25 tahun lalu.
Berlatar belakang Keluarga Cinta Lingkungan
Sejak kecil, Daru Setyorini dan Prigi Arisandi (orang tua Thara) sudah menanamkan nilai pentingnya lingkungan kepada anak-anak mereka. Maklum, mereka adalah pendiri Ecological Observation and Wetlands Conservations (ECOTON), organisasi yang berfokus pada konservasi dan pencemaran lingkungan.
Cara Daru dan Prigi dalam mengajarkan kepedulian terhadap lingkungan melalui berbagai kegiatan. Mulai dari mengajak melakukan pengamatan di sungai, melakukan diskusi dan penelitian, hingga berunjuk rasa.
Selain gadis 17 tahun itu, kakak dan adiknya pun mengikuti jejak kedua orang tua mereka. Kakaknya, Shoffie Azilan, mahasiswi semester empat jurusan kesehatan masyarakat di UNUSA. Ia memiliki proyek penggunaan zero waste di kampusnya. Sedangkan, sang adik, Aeshnena beberapa minggu lalu sempat viral karena mengirim surat ke Dubes Jerman untuk menghentikan sampah impor.
Sambil meneguk jus jambu yang dihidangkan, ia mengenang aksinya beberapa tahun lalu.
“Saya dan kakak pernah berkolaborasi untuk meminta Bupati agar tidak menebang pohon Asem. Saat itu di sini ada pelebaran jalan. Padahal, manfaat pohon baik untuk lingkungan. Maka dari itu kami mengirim surat kepadanya,” kenangnya.
Selain itu, hal menarik lainnya dari gadis berkulit sawo matang itu ternyata itu pernah bertemu Gubernur Jawa Timur dua kali.
“Saat unjuk rasa tentang sampah, saya pernah ketemu Pak Karwo dan Bu Khofifah. Pak Karwo tidak menanggapi kami. Kalau Bu Khofifah merespons. Beliau memasang cctv di Karangpilang untuk memantau warga yang buang sampah sembarangan,” tambahnya.
Inisiasi Rewind-River Warrior
Dikarenakan memiliki latar belakang keluarga yang peduli dengan lingkungan, dan sering berkecimpung di dunia sampah, Januari 2019 ia tertantang dengan menginiasi programnya sendiri. Program tersebut bernama Rewind-River Warrior (Gerakan Gresik Tolak Plastik Sekali Pakai).
Rewind River Warrior adalah organisasi kecil yang memiliki fokus mengatasi sampah popok dan plastik. Kedua sampah ini merupakan sampah terbesar yang ditemukan di Sungai Gresik dan tidak bisa terurai. Sampah ini berbahaya karena membutuhkan waktu lama untuk bisa hancur. Terlebih, sampah ini tidak bisa didaur ulang.
Rewind beranggotakan 6 orang dan terbentuk sejak Januari 2019 dengan diketuai oleh Thara.
“Berdasarkan penelitian ECOTON, sampah paling banyak pertama itu popok. Pertahunnya ada hampir 1500 pieces yang dibuang. Terbesar kedua sampah plastik seperti kresek dan botol,” terangnya.
Hingga sekarang, kegiatan yang sudah dilakukan gadis asli Gresik dan kelompoknya adalah dengan melakukan brand audit. Dari sampah popok yang ada, dicatat brand apa saja yang paling banyak digunakan. Setelah itu, mereka mengirimkan surat ke perusahaan tersebut untuk dimintai pertanggungjawaban.
“Kita branding dulu, khususnya brand mana saja yang paling sering ditemukan. Lalu, setelah itu kami mengirim surat ke perusahaan terkait. Saat itu pernah direspons salah satu perusahaan dengan diadakannya tempat sampah khusus untuk popok,” tegasnya.
Selain itu, melihat kenyataan bahwa banyak sampah yang berserakan di jalanan menuju sekolah, serta banyaknya warga yang membuang sampai di sungai, mendorongnya untuk meminta pertanggungjawaban Bupati untuk bertindak.
Berdasarkan data yang ia dapat dari penelitian ECOTON dan wawancara warga, ia menemukan banyak hal harus segera ditangani.
“Ada banyak sampah di Driyorejo, Bambe dan jalanan menuju sekolah. Banyak warga juga yang buang popok dan plastik di sungai dekat sekolah. Bagi saya, ini tanggung jawab pemerintah, jadi mereka harus turun tangan,” ujarnya.
Thara sudah mengirimkan proposal untuk penolakan penggunaan plastik sekali pakai ke Bupati. Dalam usulan tersebut terdapat beberapa tuntutan yang ia ajukan, antara lain menolak sampah plastik sekali pakai, melarang penggunaan plastik di sekolah dan kantor pemerintahan Gresik, menyediakan tempat sampah khusus, dan menyediakan kendaraan pengangkut sampah.
"Sampahnya banyak, tapi pemerintah gak ada tanggapan sama sekali. Ini saya pernah survei dan tanya ke warga sekitar, memang tidak ada angkutan sampahnya. Sehingga saya mengirim surat ke Bupati. Sayangnya, kemarin belum ketemu, beliau tidak ada di tempat," jawabnya dengan mimik kecewa.
Kendati demikian, karena kepeduliannya yang tinggi akan sampah, akhir Februari ini, gadis yang murah senyum itu akan berangkat ke Amerika Serikat. Ia terpilih menjadi satu-satunya delegasi pemuda Indonesia dalam kegiatan diskusi sampah Internasional.
Kegiatan yang dimaksud adalah International Youth Summit on Plastic Pollution. Youth Summit ini diselenggarakan oleh ALGALITA, organisasi yang menangani masalah sampah di Negara Paman Sam. Ia rencananya akan seminggu di sana dan berdiskusi dengan pemuda lain dari berbagai negara tentang sampah.
“Saya dikasih tau ayah. Saya apply, ikut seleksi dan bersyukur saya diterima. Saya dapat fully funded, salah satu alasannya mungkin karena saya jadi ketua Rewind River Warrior itu,” katanya. Ia mengaku mengetahui acara ini dari sang ayah.
Advertisement