TGB: Karya Ulama Arab Tak Sepenuhnya Cocok di Nusantara
Runtuhnya Khilafah Turki Utsmani membuat bangsa Arab menjadi terbagi ke beberapa negara. Lahirnya negara bangsa itu memecah belah kekuatan umat di Arab.
Tuan Guru Bajang(TGB) Muhammad Zainul Majdi mengatakan, hal itu berbeda konteksnya dengan di Indonesia.
"Di Indonesia justru menyatukan, sebelumnya kerajaan-kerajaan kecil," kata Ketua Umum Alumni Al-Azhar Indonesia.
"Karya para ulama Arab tidak sepenuhnya cocok diterapkan di Indonesia mengingat konteksnya yang berbeda. Karya harus dilihat konteksnya, jangan kita baca satu tulisan lepas dari konteksnya," kata TGB.
TGB, yang tokoh Nahdlatul Wathan (NW) Lombok menegaskan hal itu saat Kajian Membumikan Al-Qur'an (KMQ) di Pusat Studi Al-Qur'an, Jalan Kertamukti, Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten, belum lama ini.
Ketua Organisasi Alumni Al-Azhar Internasional (OAAI) cabang Indonesia itu menjelaskan, sebelum ada Indonesia, banyak kerajaan yang berkuasa di pulau-pulau di Indonesia, seperti Sumatera, Jawa, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, hingga Maluku.
"Ketika lahir negara bangsa, maka kekuatan kecil itu menyatu," terangnya pada diskusi yang mengangkat tema Dari Ideologi Khilafah ke Manusia Khalifah: Al-Qur'an, Kontestasi Ideologi dan Pragmatisme Politik itu.
Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) itu menyatakan, nasionalisme Timur Tengah itu nasionalisme artifisial, sedang nasionalisme di Indonesia merupakan nasionalisme perjuangan.
Oleh karena itu, ia meminta kepada para peserta agar dalam membaca naskah itu tidak melepaskan konteksnya. Karya para ulama Arab tidak sepenuhnya cocok diterapkan di Indonesia mengingat konteksnya yang berbeda.
"Karya harus dilihat konteksnya, jangan kita baca satu tulisan lepas dari konteksnya," pungkasnya.
Kegiatan ini juga dihadiri Direktur PSQ KH Quraish Shihab dan Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an Kementerian Agama Muchlis Muhammad Hanafi. (adi)
Advertisement