Tetap Sehat Tanpa 4 Organ Berkat Longevitology
Wajahnya segar. Senyumnya terus mengembang. Bicaranya lancar. Makan pun tak ada pantangan. Lahap.
Itulah Gunawan. Pria berusia 57 tahun ini telah kehilangan 4 organ tubuhnya karena kanker. Sejak 3 tahun lalu.
Pankreas, limpa, empedu, dan usus 12 jari. Semuanya telah diambil melalui operasi tahun 2015 di RS Mount Elizabeth, Singapura.
"Begitu positif kena kanker, dokter Surabaya memvonis saya maksimal bisa bertahan hidup 6 bulan," kata Gunawan mulai bercerita.
Pengusaha asal Surabaya ini menambahkan, mula-mula ia mengidap gula. Bahkan kadar gulanya sampai 300. Belakangan diketahui pankreasnya kena kanker.
Setelah tidak ada harapan berobat di Surabaya, ia pun ke Singapura. Ditangani Dr Chew So Ping di RS Mount Elizabeth. Ternyata kankernya telah merembet ke mana-mana. Selanjutnya ditangani Dr Elizabeth Au.
Setelah operasi untuk mengambil 4 organ tubuhnya di Singapura, badannya sempat drop. "Berat badan saya tinggal 47 kilogram," katanya mengenang.
Ia pun pasrah. Terus menjalani kemo terapi paska operasi. Juga tergantung suntikan insulin. Badannya pun sangat lemah. Tak berdaya.
Salah seorang kakaknya lantas mengajak dia terapi alternatif. Di metode terapi dengan memanfaatkan energi; Longevitology.
Sang kakak memang sudah lama mengikuti metode terapi ini. Ia juga kena kanker namun sembuh setelah menjalani terapi.
Gunawan pun mengikuti saran sang kakak. Ia datang ke center longevitology Jalan HR Muhamad Surabaya.
"Saat datang pertama, ia mengenakan pakaian rangkap tujuh karena kedinginan," cerita Ketua Perkumpulan Longevitology Surabaya Ongko Digdoyo.
Gunawan membenarkan. Ia pun bercerita setiap kali datang ke center longevitology langsung terkapar lemas. Bahkan sering pingsan. Langsung tidur dua jam.
Namun, setelah beberapa kali mengikuti terapi, ia mulai merasakan hasilnya. Lambat laun kondisi badannya yang lemah setelah kehilangan 4 organnya mulai pulih.
Ia sangat serius mengikuti setiap langkah terapi. "Waktu itu, saya seringkali blank akibat pengaruh kemo dan karena badan yang sangat lemah," tuturnya.
Kondisi itu ia jalani selama satu tahun sejak operasi. "Bahkan saya sempat tertidur lemah di kamar mandi waktu buang air besar," tambah ayah dari dua anak ini.
Tahu-tahu sudah tidur kembali di tempat tidur. Saat tertidur di kloset, rupanya anaknya tahu dan membersihkan serta mengangkat ayahnya ke pembaringanya.
Gunawan tak putus asa. Ia sempat mengikuti kelas Longvitology angkatan kelima. Sejak itu, ia makin yakin bisa sembuh dan bugar dengan metode terapi ini.
Ia disiplin dengan terapinya. "Sampai sekarang minimal dua kali dalam sehari saya menerapi diri sendiri. Masing-masing setengah jam. Setelah bangun dan sebelum tidur," katanya.
Begitu membaik, ia berusaha memulihkan berat badan dengan banyak makan protein. Pernah dalam sehari menghabiskan 1,5 kilo gram daging.
Begitu pulih, ia tak memikirkan lagi sakitnya. Ia tetap menjalankan pekerjaannya seperti biasa. Seperti orang yang organ tubuhnya masih lengkap.
Bahkan, ia biasa bangun jam 3 pagi. "Pernah jam 4 pagi berangkat kerja ke Rembang Jawa Tengah. Baru pulang jam 2 pagi berikutnya," tuturnya sumringah.
Sampai saat ini ia masih terus menjalani kemo terapi. Namun yang mestinya dilakukan tiap bulan, ia lakukan 3 bulan sekali.
Juga terus membawa insulin dengan alat suntiknya. "Setiap habis makan harus disuntik insulin," tambahnya. Ia bilang sudah bisa makan rujak cingur dan rawon.
Gunawan mengaku bersyukur menemukan metode penyembuhan Longevitology. Dia merasa cocok, nyaman dan terayomi.
Longevitology adalah metode penyembuhan dengan memanfaatkan energi alam. Bahasa Mandarinnya Chang Sen Xue. Ini ilmu yang mempelajari penyerapan energi positif alam semesta ke dalam tubuh manusia.
Metode ini bisa mengubah sel-sel tubuh yang rusak agar berkembang menjadi sel aktif yang sehat dan membantu membuat stabilkan metabolisme tubuh. Sehingga aliran Chi dan peredaran darah menjadi lancar.
Kondisi kesehatan Gunawan saat ini sempat membuat kaget Dr Elizabeth Au yang pernah menanganinya. "Saat saya periksa ke sana belum lama ini, dia mengira saya sudah tidak ada (meninggal)," katanya sambil tertawa.
Dokter Au mempersilakan Gunawan terus melakukan terapi seperti selama ini. Tentu di luar pendekatan medik yang telah dilakukan. (AA/adv)
Advertisement