Terus Meletus, 180 Juta Meter Kubik Tubuh Anak Krakatau Lenyap
Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM menyatakan sebanyak 150-180 juta meter kubik atau lebih dari 3/4 Gunung Anak Krakatau telah hilang dihempaskan letusan menerus yang terjadi di gunung itu. Volume Anak Krakatau yang menyembul di atas lautan saat ini hanya tersisa 40-70 juta meter kubik.
Akibat hilangnya jutaan meter kubik tubuh gunung, saat ini ketinggian Gunung Anak Krakatau juga hanya menyisakan 110 meter. Padahal sebelumnya gunung yang berada di Selat Sunda itu mencapai 338 meter dari atas permukaan air laut.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis pada ngopibareng.id, Sabtu 29 Desember 2019 mengatakan, berkurangnya volume tubuh Gunung Anak Krakarau diperkirakan karena adanya proses rayapan tubuh gunungapi yang disertai oleh laju erupsi yang tinggi pada 24-27 Desember 2018.
"Pengamatan aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau masih terus dipantau secara intensif oleh PVMBG. Status Gunung Anak Krakatau tetap di level Siaga (Level III)," kata Sutopo.
Direkomendasikan kepada masyarakat untuk tidak mendekati Gunung Anak Krakatau di dalam radius 5 km dari kawah karena berbahaya dari lontaran batu pijar, aliran lava, awan panas dan hujan abu pekat.
"Tidak benar informasi yang mengatakan status Gunung Anak Krakatau naik Awas (Level IV). Bahkan tidak ada rencana menaikkan status gunungapi ke Awas dengan kondisi saat ini. Jadi status Gunung Anak Krakatau tetap di level Siaga (Level III)," kata dia.
Sementara itu upaya penangangan darurat masih terus dilakukan. Tm SAR gabungan terus mencari korban yang berada di bawah puing-puing material hanyutan tsunami. Juga menyisir daerah di sepanjang pantai terdampak.
Penanganan pengungsi juga terus dilakukan dengan mengirim dan mendistribusikan bantuan logistic. "Tiga helicopter BNPB hilir mudik mengirim logistic ke beberapa desa di Kecamatan Sumur Pandeglang," kata Sutopo.
Hingga hari Sabtu 29 Desember 2018 tercatat korban tsunami di Selat Sunda sebanyak 431 orang meninggal dunia, 7.200 orang luka-luka, 15 orang hilang, dan 46.646 orang mengungsi.
Kerugian material antara lain 1.527 unit rumah rusak berat, 70 unit rumah rusak sedang, 181 unit rumah rusak ringan, 78 unit penginapan dan warung rusak, 434 perahu dan kapal rusak dan beberapa kerusakan fasilitas publik. Korban dan kerusakan material ini berasal dari lima Kabupaten yaitu Pandenglang, Serang, Lampung Selatan, Pesawaran dan Tanggamus.
Jumlah korban dan dampak bencana paling banyak terjadi di Pandeglang. Tercatat 292 orang meninggal dunia, 3.976 orang luka-luka, 8 orang hilang, dan 33.136 orang mengungsi. Kondisi pengungsi masih memerlukan bantuan kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, MCK, pakaian layak pakai, selimut, tikar, dan pelayanan medis.
"Bantuan logistik terus dikirim namun terkendala distribusi ke titik pengungsian yang aksesnya cukup sulit dijangkau dan cuaca, khususnya di daerah Sumur," kata Sutopo.
Untuk membantu proses evakuasi, pencarian dan penyelamatan korban di Sumur maka dikerahkan 31 alat berat berupa 9 unit excavator, 1 unit greader, 4 unit loader, 3 unit tronton, dan 14 unit dump truck. Tiga helikopter dikerahkan untuk mengirim logistik dari udara.
Di Kabupaten Serang, tercatat 21 orang meninggal dunia, 247 orang luka-luka, dan 4.399 orang mengungsi. Sementara itu, di Lampung Selatan tercatat 116 orang meninggal dunia, 2.976 orang luka-luka, 7 orang hilang dan 7.880 orang mengungsi. Sedangkan di Pesawaran tercatat 1 orang meninggal dunia, 1 orang luka dan 231 orang mengungsi, dan di Tanggamus 1 orang meninggal dunia dan 1.000 orang mengungsi.
Jumlah pengungsi pada malam hari sering lebih banyak daripada siang. Sebab pada siang hari sebagian pengungsi bekerja atau kembali ke rumahnya, pada malam hari kembali ke tempat pengungsian.
Penangananan darurat masih berlangsung. Kepala daerah telah menetapkan masa tanggap darurat di 4 daerahnya. Kemungkinan masa tanggap darurat di Kabupaten Lampung Selatan akan diperpanjang mengingat masih banyak korban yang perlu ditangani dan kebutuhan darurat masih diperlukan untuk kemudahan akses dalam penanganan bencana.
Guna membantu operasional darurat, BNPB juga telah memberikan bantuan dana siap pakai Rp500 juta kepada BPBD Pandeglang, dan Rp250 juta kepada BPBD Lampung. Selain itu bantuan logistik juga terus dikirimkan. (man)