Tertular HIV Saat Facial Wajah?
Penularan HIV selama ini diketahui melalui hubungan seksual, jarum suntik, transfusi darah dan ASI. Namun baru-baru ini, seorang wanita menceritakan ia tertular HIV karena melakukan facial wajah.
Berawal dari postingan influencer @catwomanizer di Instagram Story, yang kemudian disebarkan oleh seorang pengguna Twitter dan akhirnya ramai menjadi perbincangan netizen.
"Literally bengong pas liat story @catwomanizer yang ini.... Wow bener-bener gak kepikiran sampe situ!" tulis akun Twitter @indirdiv yang postingannya kemudian di retweet sebanyak 2.800 kali.
Menanggapi postingannya yang jadi viral dan dianggap sebagai sesuatu yang horor, @catwomanizer pun angkat bicara. Influencer dan aktivis kesehatan seksual bernama Andrea Gunawan itu menegaskan bahwa faktanya tidaklah semengerikan yang dibayangkan.
"Sebenarnya kalau saya pribadi setelah ngomong ke dokter kemungkinannya kecil banget. Virus itu kan kalau terekspos udara dan matahri langsung mati. Tapi sampai sekarang belum jelas juga matinya di bawah semenit atau dua menit, nggak ada yang tahu," kata Andrea.
Beberapa dokter yang memberikan penjelasan kepada Andrea mengatakan, bahwa tak hanya HIV, penyakit seperti Hepatitis B dan C juga bisa ditularkan melalui facial, penggunaan alat cukup bergantian atau akupuntur.
Andrea pun me-retweet cuitan akun dokter yang menjelaskan tentang penularan penyakit-penyakit disebabkan virus.
pada dasarnya alat apapun yang menyebabkan gesekan fisik dengan kulit dan beresiko kontak langsung dengan darah bisa menularkan virus atau kuman2 lain penyebab penyakit, termasuk alat cukur
— tsamina mina e e (@docturnal_) September 23, 2018
Andrea pun menghimbau agar berhati-hati saat memilih tempat untuk perawatan kulit maupun akupuntur.
"Cari tempat jangan yang abal-abal. Aku sendiri kalau facial ke dokter kulit. Keluarin jerawatnya bukan ditusuk-tusuk karena nggak bagus juga buat kulit," saran Andrea.
Kalaupun seseorang sudah terlanjur tertular HIV, Andrea menjelaskan, itu bukan akhir dari segalanya.
"Tergantung jumlah virusnya. Kalau masih stadium 1 dan langsung diobati selama 6 bulan maka sudah tidak terdeteksi.
Kini sudah ada obat yang bisa menekan perkembangan virus penyerang sistem imun tubuh yang dinamakan Antiretroviral (ARV). Tetapi tetap seumur hidup harus minum obat," pungkas Andrea. (yas)
Advertisement