Tertinggi, Jatim Impor Ampas Makanan, Buat Apa?
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim) mempublikasikan peningkatan dan penurunan terbesar impor nonmigas dari beberapa negara asal selama bulan Desember 2023 terhadap November 2023.
Mengutip laman resmi BPS Jatim, Selasa 23 Januari 2024, Fungsional Statistik Ahli Madya BPS Jatim, Debora Sulistya Rini memaparkan, peningkatan impor terbesar adalah dari Brazil sebesar 65,43 juta Dollar AS.
Kemudian disusul dari negara Amerika Serikat sebesar 29,93 juta Dollar AS, Thailand sebesar 28,89 juta Dollar AS, Bulgaria sebesar 23,64 juta Dollar AS, dan Myanmar sebesar 12,42 juta Dollar AS.
Sementara untuk penurunan impor nonmigas terbesar adalah dari negara Vietnam sebesar 13,28 juta Dollar AS. Selanjutnya adalah negara Tiongkok sebesar 13,07 juta Dollar AS, Korea Selatan sebesar 7,92 juta Dollar AS, Italia sebesar 7,15 juta Dollar AS, dan Perancis sebesar 6,29 juta Dollar AS.
Menarik untuk dikulik adalah impor terbesar Jawa Timur di bulan Desember dari Brazil itu untuk komoditas apa? Berdasarkan data-data BPS bulan-bulan sebelumnya, ada tiga jenis komoditas nonmigas yang menduduki jumlah impor tertinggi.
Tiga jenis komoditas nonmigas yang selalu menduduki jumlah tertinggi impor di Jawa Timur itu adalah:
Barang impor dengan kode HS 84
Barang-barang dengan kode HS 84 ini adalah golongan mesin dan peralatan mekanis. Biasanya Jawa Timur banyak mengimpor barang kode HS 84 ini dari Tiongkok.
Barang impor dengan kode HS 10
Komoditas nonmigas lain mendominasi impor Jawa Timur adalah kode HS 10. Barang yang termasuk dalamnya adalah golongan Serealia (HS 10). Golongan komoditas ini biasanya diimpor dari Kanada.
Barang impor dengan kode HS 23
Dalam kategori ini adalah barang impor berupa ampas dan sisa industri makanan. Golongan komoditas ini biasanya diimpor dari Brazil.
Pertanyaannya, Jawa Timur mengimpor ampas dan sisa industri makanan (HS 23) ini buat apa? Wakil Ketua Komite Tetap Industri Pakan dan Veteriner, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) FX Sudirman menjelaskan, sebenarnya penggunaan istilah ampas/sisa industri makanan kurang tepat untuk digunakan karena bisa menimbulkan persepsi negatif di publik.
"Orang kan pasti bertanya-tanya, kok kita mengimpor ampas makanan sedemikian besar? Padahal sebenarnya itu 100 persen digunakan sebagai bahan baku pakan ternak dan tidak diproduksi di dalam negeri," ujar Sudirman seperti dikutip dari CNBC Indonesia.
Dia menyarankan BPS agar bisa merevisi nomenklatur kode HS tersebut supaya bisa lebih dipahami masyarakat umum. Dia menjelaskan, nilai impor tersebut sebenarnya hampir 100% dipenuhi impor bungkil kedelai (soyabean meal).
Bungkil kedelai (kode HS 2304) adalah salah satu hasil dari ekstraksi/pengolahan kedelai, selain minyak kedelai (soybean oil) tentunya. Bungkil kedelai merupakan sumber protein tinggi untuk pakan ternak sehingga menjadi pilihan industri pakan di Tanah Air.
Selama ini, bungkil kedelai memang selalu diimpor dari Brasil dan Argentina sebagai dua produsen utama global, dengan porsi impor yang hampir sama.
Advertisement