Diserang Hama dan Penyakit, Harga Cabai Melambung
Sejak sepekan terakhir, harga cabai rawit di pasar tradisional Kota Kediri terus melesat hingga di kisaran Rp 100 ribu per kilogram. Banyak faktor yang memengaruhi harga cabai menjadi fluktuatif. Di antranya serangan hama dan penyakit. Data yang dihimpun dari Disperindag menyebutkan, Hama lalat buah dan Colletotrichum Capsici sudah mencapai 30 persen dari volume petik setiap harinya.
Ditunjang lagi adanya penyakit layu Fusarium yang mengakibatkan tanaman cabai mati. Dengan demikian, hal ini membawa dampak turunya hasil produksi cabai rawit merah di dataran rendah hingga tinggal sekitar 50 persen. Ironisnya hal ini terjadi hampir di seluruh sentra dataran rendah se Jawa Timur.
Terkait temuan harga cabai di pasar yang terus melambug, Anik Sumartini, selaku Kabid Pengembangan Perdagangan Disperdagin Kota Kediri mengatakan, pihaknya dalam waktu dekat akan membahas persoalan ini dengan melibatkan tim pengendali inflansi daerah.
"Biasanya nanti kita ada tim, kita bahas bersama TPID Kota Kediri, sebelum mengambil tindakan," terang Anik Sumartini, Selasa 23 Febuari 2021.
Meski harga cabai melambung, kata Anik, hal ini tidak sampai menimbulkan gejolak di pasar. Menurutnya, apabila terjadi gejolak harga, pihak pedagang biasanya melapor ke Disperindag dan ditindaklanjuti turun langsung di lapangan
Anik menyatakan, selain serangan hama dan penyakit. Kendala lain yang memengaruhi kenaikan harga cabai dipengaruhi faktor cuaca ekstrem yang terjadi sekarang ini.
Sementara itu, mahalnya harga cabai berimbas pada turunnya daya beli masyarakat. Dikatakan salah satu pedagang cabai Pasar Setono Betek, Tri Wahyu Perdana, normalnya ia bisa menjual cabai kisaran 7 kilogram dalam rentang waktu dua hari sja. Namun karena harga cabai mahal, permintaan turun, tiga hari hanya bisa menjual 6 kilogram saja.
Advertisement