Tersangka Rampok Motif Dendam
Oleh: Djono W. Oesman
Tersangka rampok terkeren di Jatim, mungkin Samanhudi Anwar, eks Wali Kota Blitar. Ia ditangkap polisi sebagai otak perampokan rumah dinas Wali Kota Blitar Santoso, yang dulu wakil Samanhudi. Apakah motif dendam?
-----------
Dugaan bahwa Samanhudi dendam pada Santoso, sebab, Samanhudi eks narapidana korupsi. Pada saat ia bebas hukuman dari LP Sragen, Senin, 10 Oktober 2022, ia kepada wartawan, menyatakan akan membalas dendam.
Waktu itu, pada hari pembebasan hukuman Samanhudi, wartawan menjenguk di rumahnya di Jalan Kelud, Kota Blitar, Senin, 10 Oktober 2022 sore. Ia berkata begini: "Saya akan terjun ke politik lagi. Karena saya dizalimi oleh politik. Saya akan balas dendam."
Ditanya, mengapa masih ambisi berkuasa? Dijawab Samanhudi: "Saya sering dapat sambatan (curhat) dari warga. Itu akan saya perjuangkan. Khususnya kaum kawula alit (rakyat kecil)."
Tapi, ia tak mau menyebut, kepada siapa dendam akan dialamatkan. Dan, mengapa dendam? Ia hanya mengatakan, dizalimi seseorang.
Nama lengkapnya Muhammad Samanhudi Anwar. Dulu, ia tergolong tokoh di Blitar. Lahir di Blitar, 8 Oktober 1957. Ketua PDIP Blitar. Lalu jadi Ketua DPRD Kota Blitar.
Di Pilkada, ia terpilih jadi Wali Kota Blitar sejak 3 Agustus 2010, menggantikan Djarot Saiful Hidayat yang diajak Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) jadi Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Samanhudi usai masa jabatan, terpilih lagi jadi Wali Kota Blitar. Jika semula wakil Wali Kota, Purnawan Buchori, pada periode ke dua ia pilih wakil Santoso (Wali Kota Blitar sekarang).
Jabatan Samanhudi sebagai Wali Kota Blitar diakhiri mendadak pada 6 Juni 2018. Karena terbukti korupsi. Rinciannya begini:
Rabu, 6 Juni 2018 malam, Tim KPK melakukan operasi tangkap tangan (OTT) di Blitar. Pihak kontraktor pembangunan Gedung SMP Negeri 3 Blitar menyuap Wali Kota Blitar Samanhudi dan Bupati Tulungagung, Syahrir Mulyono.
Malam itu KPK menangkap tangan lima orang. Dari pihak swasta: Susilo Prabowo beserta istri Andriani, Bambang Purnomo, Agung Prayito dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Tulungagung Sutrisno.
Penyidik KPK mendapatkan informasi penyerahan uang Rp 1 miliar dari dari Susilo Prabowo kepada Agung Prayitno melalui Andriani di kediamannya di Blitar. Informasi tersebut terbukti benar. Lima orang itu langsung ditangkap, jadi tersangka korupsi. Bersama uang Rp 1 miliar cash di dalam kardus.
Dari OTT tersebut, KPK segera menyelidiki. Dan, langsung diumumkan bahwa Wali Kota Blitar, Samanhudi dan Bupati Tulungagung, Syahrir Mulyono, tersangka korupsi. Mereka dinyatakan buron.
Dua hari kemudian Samanhudi menyerahkan diri ke Kantor KPK di Jakarta. Ia langsung ditahan sebagai tersangka korupsi. Hasil penyidikan, ia terima suap Rp 1,5 miliar.
Itu terbukti dalam sidang. Sah. Samanhudi divonis hukuman lima tahun penjara. Ia banding, lalu kasasi ke Mahkamah Agung, tapi hukumannya tetap segitu. Malah ditambah hukuman: Pencabutan hak politik.
Terakhir ia menjalani hukuman di penjara (LP) Sragen. Sampai bebas hukuman pada Senin, 10 Oktober 2022. Dan, ia mengucapkan, akan balas dendam itu.
Perampokan Rumah Dinas Wali Kota Blitar
Senin, 12 Desember 2022 dini hari di rumah dinas Wali Kota Blitar Santoso. Di Jalan Sudanco Supriyadi, Sananwetan, Kota Blitar.
Waktu itu, rumah dihuni lima orang: Santoso dan isteri, Feti Wulandari. Serta tiga pria anggota Satpol PP Kota Blitar selaku penjaga rumah.
Rumah itu dirampok lima pria: 1) Mujiadi (54) kelahiran Pronojiwo, Lumajang, yang tinggal di Bekasi Utara, Jawa Barat. Ia otak sekaligus koordinator perampokan.
2) Asmuri (54) warga Bandar Lampung. Perannya, mengikat tangan dan kaki salah satu petugas Satpol PP yang berjaga di pos. Diikat pakai tali dan borgol serta menutup mata dan mulutnya menggunakan lakban hitam.
3) Ali Jayadi (57) warga Jombang, Jatim. Peran, mengikat tangan dan kaki salah satu petugas Satpol PP di pos, menggunakan tali dan borgol serta menutup mata dan mulutnya menggunakan lakban hitam.
4) Medy Afriyanto, kelahiran Tanjung Raja, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, 27 Mei 1989. Tempat tinggal di Jakarta Selatan.
5) Okky Suryadi, lahir di Batang, Jateng, 29 Oktober 1985. Mukim di Gedangan RT 1 RW 6 Kelurahan Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kota Semarang, Jateng.
Lima orang ini menyatu, karena pernah sama-sama penghuni penjara di Jawa Tengah. Selama di penjara, mereka sepakat berkomplot untuk merampok, setelah bebas kelak. Tapi, belum ada target rampokan.
Penyidik menyatakan, Samanhudi ketemu dengan beberapa dari lima tersangka perampok itu, saat mereka dipindah ke penjara Sragen, tempat Samanhudi menjalani hukuman. Di situ keterkaitan Samanhudi dengan tersangka perampok.
Perampokan itu sukses. Barang yang diambil aneka perhiasan emas. Dan, uang tunai Rp 750 juta. Artinya, Wali Kota Blitar , Santoso menyimpan uang tunai Rp 70 juta dalam kardus di atas lemari.
Uang itu terpaksa diserahkan Santoso, karena perampok mengancam akan memperkosa Feti Wulandari, yang sudah diikat tangan dan kaki di ranjang, di kamar rumah dinas tersebut.
Perampok kabur sekitar pukul 03.00, setelah sekitar setengah jam mengobrak-abrik rumah tersebut.
Polisi ternyata kesulitan mengidentifikasi pelaku. Meskipun sudah ada rekaman CCTV, dan para perampoknya kelihatan jelas saat masuk dan keluar rumah dengan mobil Toyota Innova hitam berpelat merah, yang kemudian plat itu terbukti palsu.
Kapolres Blitar Kota, AKBP Argowiyono kepada pers, Selasa, 13 Desember 2022 mengatakan, pagi itu juga polisi sudah mendapat rekaman CCTV.
Katanya: "Sebenarnya kami sudah mendapat video itu di hari pertama perampokan Rumah Dinas Wali Kota Blitar." Tapi kualitas rekaman buruk, buram. Sehingga lima orang pelaku itu tak teridentifikasi.
Satu-satunya pengungkap perampokan adalah tali yang digunakan mengikat para korban. Tali tambang itu diuji di laboratorium forensik Polda Jatim. Di situ ditemukan DNA terduga perampok. Dari situlah diketahui identitas perampok.
Direktur Reserse Kriminal Umum, Polda Jatim, Kombes Totok Suharyanto kepada pers mengatakan, polisi menggunakan metode Scientific Crime Investigation.
Dalam teori SCI, semua orang meninggalkan jejak, setelah ia berada di suatu tempat. Bisa jejak rambut, serpihan sangat kecil kulit tubuh, air liur, atau apa pun bagian tubuh, yang semua itu disebut DNA (Deoxyribo Nucleic Acid).
Juga meninggalkan jejak tanah pada alas sepatu, bahkan serat kain pada pakaian pelaku. Semua ini dianalisis di laboratorium forensik.
Intinya, komplotan perampok itu ditangkap Kamis, 12 Januari 2023.Atau persis sebulan sejak perampokan. Pelaku yang ditangkap tiga: Mujiadi, Asmuri dan Ali Jayadi. Dua lainnya masih buron.
Para pelaku diperiksa intensif. Akhirnya mereka 'menggigit' eks Wali Kota Blitar, Samanhudi. Ternyata, berdasar keterangan tersangka kepada polisi, Samanhudi berperan besar. Ia yang mengarahkan perampokan agar ke rumah dinas Wali Kota Blitar.
Pastinya, Samanhudi sudah hafal luar kepala situasi dan kondisi di dalam rumah dinas itu. Sebab, dulu ia menghuni rumah dinas tersebut, ketika ia masih menjabat Wali Kota Blitar.
Penyidik menjelaskan, Samanhudi kepada para pelaku perampok memberikan rincian bagian dalam rumah, sekaligus waktu yang cocok untuk merampok. Sebab, tidak setiap hari wali kota tidur di rumah itu.
Samanhudi ditangkap polisi pada Jumat, 28 Januari 2023 dini hari, di rumahnya. Tanpa perlawanan. Langsung ditetapkan sebagai tersangka. Dibawa polisi dari Blitar menuju Polda Jatim di Surabaya, lalu ditahan.
Polisi masih mendalami peran serta motif Samanhudi yang diduga jadi otak perampokan. Apakah benar, karena dendam?
Dari kronologi di atas, kelihatan karakter Samanhudi, sebagai bekas pemimpin daerah. Semangatnya menggebu. Membela 'kawula alit'. Sampai ia mendapat sambatan atau curhatan warga. Ia ingin membela rakyat kecil, dalam kata-katanya.
Bahkan, ia sudah bekas narapidana korupsi pun, ia masih bakal berjuang jadi kepala daerah lagi. Semangat luar biasa. Sebagaimana semangat para calon pemimpin di Pemilu 2024 nanti: Demi rakyat...