Kongres JATMAN Selesai, Ali Masykur Musa dan KH Ahmad Chalwani Nawawi Resmi Pimpin JATMAN 2024-2029
Jam'iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh An-Nahdliyyah (JATMAN) telah menyelesaikan Kongres XIII yang berlangsung di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah, pada Sabtu-Minggu, 21-22 Desember 2024. Dengan berakhirnya kongres ini, kepengurusan JATMAN periode 2024-2029 resmi ditetapkan, menggantikan masa jabatan Habib Luthfi bin Yahya.
Pada Senin 23 Desember 2024, pimpinan baru JATMAN, Prof. Dr. KH Ali Masykur Musa (Mudir Aly) dan KH Ahmad Chalwani Nawawi (Rais Aly), bertemu dengan Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf, di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Pertemuan ini untuk melaporkan hasil Kongres XIII.
“Kami baru saja melapor kepada Ketua Umum PBNU, Gus Yahya, mengenai berakhirnya Kongres XIII di Boyolali,” ujar Prof. Ali Masykur Musa kepada wartawan.
JATMAN: Badan Otonom NU yang Menjaga Tradisi Tarekat
JATMAN adalah salah satu badan otonom Nahdlatul Ulama (NU) yang bertugas merawat, menjaga, dan menerapkan ajaran tarekat sesuai ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah. Dengan selesainya Kongres XIII, kepengurusan baru berkomitmen untuk melanjutkan tradisi dan amanah organisasi.
Dalam konferensi pers yang digelar di kantor PBNU, Prof. Ali Masykur menegaskan bahwa penetapan KH Ahmad Chalwani Nawawi sebagai Rais Aly dan dirinya sebagai Mudir Aly adalah sah dan legal.
Langkah Awal Kepengurusan JATMAN 2024-2029
Kepengurusan baru akan segera menyusun struktur organisasi lengkap dan menggelar pelantikan. Prof. Ali Masykur menyatakan bahwa pihaknya akan merangkul seluruh anggota dan pengurus, termasuk mereka yang sebelumnya berada di bawah kepemimpinan Habib Luthfi bin Yahya.
“Kami ingin memastikan semua pengurus dari berbagai tingkatan dapat dirangkul dan bersinergi,” kata Prof. Ali.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi karena JATMAN merupakan badan otonom NU yang bertugas menerjemahkan kebijakan-kebijakan PBNU, terutama terkait praktik tarekat di Indonesia.
Sejarah Tarekat dan Peran dalam Kemerdekaan
Dalam kesempatan yang sama, Rais Aly JATMAN 2024-2029, KH Chalwani Nawawi, mengungkapkan bahwa tarekat memiliki peran besar dalam sejarah Indonesia, termasuk dalam perjuangan kemerdekaan.
“Dahulu, santri tarekat termasuk kalangan yang paling ditakuti oleh penjajah Belanda,” ujar Kiai Chalwani. Ia menyebut Syekh Abdul Karim dari Banten sebagai salah satu ulama tarekat yang berpengaruh dalam perjuangan melawan penjajahan.
Menurutnya, tarekat tidak hanya menjadi ajaran spiritual, tetapi juga berkontribusi nyata dalam perjalanan sejarah bangsa.
“Thoriqoh itu mengantarkan kemerdekaan Indonesia,” tutupnya.
Advertisement