China Mainkan Belt and Road ke Afghanistan, Fakta Sumber Mineral
Sejak Taliban menduduki Ibu Kota Kabul pada 15 Agustus 2021, banyak negara langsung mengevakuasi warganya dan menyatakan tidak mendukung pemerintahan Taliban. Namun, China dan Rusia justru memberikan tanggapan berbeda dan menyatakan secara terbuka mendukung pemerintahan Taliban di Afghanistan.
Direktur Pelaksana Fannon Global Advisors Frank Fannon berpendapat, ketertarikan Tiongkok misalnya tidak hanya ditilik dari konteks diplomatik tapi juga geopolitik.
“Saya pikir ada dua poin. Satu sisi penawaran dari persamaan yang Anda bicarakan, tetapi ada juga konteks geopolitik di mana Tiongkok ingin terlibat dengan Afghanistan. Tiongkok serta Rusia telah membuat tawaran diplomatik kepada Taliban. Jadi, kita sudah tahu itu di kereta,” ungkap Fannon dalam wawancara di CNBC, dikutip Sabtu 28 Agustus 2021.
Program Belt and Road China
Dalam hal ini, menurut Fannon, pendekatan geopolitik Tiongkok itu berkaitan erat dengan upaya ekspansi program Belt and Road Initiative (BRI) di wilayah Asia.
“Apa yang paling menjadi fokus Tiongkok adalah melanjutkan dominasi mereka dalam pemurnian pemrosesan elemen bumi yang langka. Tapi, mereka juga tertarik terutama pada stabilitas politik dan stabilitas regional dan juga untuk mengamankan investasi belt and road yang besar yang telah mereka buat di Pakistan,” paparnya.
Kesampingkan Soal Uighur di Xinjiang
Fannon menyebut pemulihan hubungan antara Tiongkok dan Taliban bahkan mengenyampingkan dugaan penindasan Tiongkok terhadap Muslim Uighur di Xinjiang, yang dianggap Taliban sebagai urusan internal negara. Karena, Taliban memiliki harapan besar agar Tiongkok membantu pembangunan Afghanistan.
“Apa yang semakin mengkhawatirkan bukan hanya tawaran diplomatik, tetapi juga pemulihan hubungan yang meningkat dengan Taliban ini. Terkait hal ini, Taliban mengatakan bahwa penindasan Partai Komunis Tiongkok terhadap populasi Muslimnya, adalah masalah internal Tiongkok. Mereka juga menyambut baik investasi dalam membantu pembangunan Afghanistan. Jadi, Tiongkok sudah memulai intrik ekspansi "belt and road" ke Afghanistan dan kekayaan memungkinkan pembenaran investasi,” terang Fannon lagi.
Kekayaan Sumber Daya Alam
Data Dewan Keamanan PBB menyebutkan setiap tahunnya Taliban berpenghasilan USD 300 juta – 1,6 miliar. Pendapatan terbesar itu diperoleh dari perdagangan opium yang menghasilkan USD 460 juta pertahun. Serta, penambangan ilegal USD 464 juta pertahun.
Afghanistan memiliki sumber daya mineral hingga minyak bumi yang melimpah. Diantaranya, cadangan besar litium, uranium, kromit bumi yang langka, emas, seng, gas alam, hingga minyak bumi. Dalam hal ini, nilai total sumber daya alam itu diperkirakan lebih dari USD 3 triliun.
Ancaman AS pada ISIS-K
Beberapa saat setelah terjadi dua ledakan bom bunuh diri di luar Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan, Kamis 26 Agustus 2021, Presiden Amerika Serikat Joe Biden langsung menggelar pernyataan pers.
Biden menegaskan Amerika akan memburu kelompok ISIS Khorsana atau yang dikenal dengan sebutan ISIS-K. Sebab, ledakan tidak hanya menyebabkan 60 tentara Afghanistan tewas tapi juga 13 tentara Amerika.
Selain itu, Joe Biden memastikan proses evakuasi warganya dan warga Afghanistan akan terus dilakukan sebelum jatuhnya tenggat waktu 31 Agustus mendatang.
“Kami tidak akan memaafkan. Kami tidak akan lupa. Kami akan memburu Anda dan membuat Anda membayar. Saya juga telah menambahkan komandan saya untuk mengembangkan rencana operasional untuk menyerang kepemimpinan dan fasilitas aset Isis-K. Kami akan merespons dengan kekuatan dan ketepatan pada waktu kami di tempat yang kami pilih pada saat yang kami pilih,” tegas Biden.
Memerlukan Investasi Besar bagi Taliban
Direktur senior proyek kontra ekstremisme Hans-Jakob Schindler dalam wawancara di Deutsche Welle mengatakan, Taliban memerlukan investasi besar dari Tiongkok, khususnya untuk mendukung terbangunnya infrastruktur pendukung penyaluran sumber daya alam Afghanistan.
“Tapi, infrastruktur yang tidak dibangun karena masalah komersial ini masih belum ada. Jadi, mereka akan membutuhkan investasi skala besar dan saya tahu perusahaan Tiongkok telah mendapatkan konsesi pertambangan skala besar di Afghanistan,” ujar Hans.
Antisipasi Tiongkok Bangun Afghanistan
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hua Chunying awal pekan Agustus menyatakan, Tiongkok menyambut baik keinginan Taliban yang disebutnya telah menyampaikan berulang kali untuk adanya partisipasi Tiongkok dalam pembangunan di Afghanistan.
“Taliban Afghanistan telah berulang kali menyatakan keinginan mereka untuk mengembangkan hubungan baik dengan China, bahwa mereka menantikan partisipasi China dalam rekonstruksi dan pembangunan Afghanistan, dan mereka tidak akan pernah membiarkan kekuatan apa pun menggunakan wilayah Afghanistan untuk membahayakan China. Kami menyambut ini,” ucap Hua Chunying.
Delegasi Taliban
Akhir Juli lalu Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi secara khusus mengundang delegasi Taliban yang dipimpin oleh Pemimpin Komite Politik Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar, ke Provinsi Tianjin.