Pesan di Balik Teror di Astana Anyar Bandung
Bom Bunuh Diri Astana Anyar Bandung.
Setelah beberapa waktu sepi ledakan bom bunuh diri, pada 7 Desember 2022, gelegar ledakan bom teroris terdengar lagi di kantor polisi Astana Anyar, Bandung. Pelakunya adalah Agus Suyatno (AS) seorang teroris anggauta Jamaah Anshor Daulah (JAD, jaringan Solo) yang baru 4 bulan keluar dari penjara Nusakambangan karena terkait kasus terorisme.
Seperti diketahui bahwa JAD pada 2014 telah berbaiat kepada khalifah Abu Bakar Al Baghdadi (almarhum) yang merupakan khalifah pertama ISIS.
Menjadi “pertanyaan besar" apakah pesan di balik ledakan bom bunuh diri yang menewaskan pelaku, polisi dan warga sipil yang kebetulan lewat di dekat lokasi ledakan? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut, dapat membantu kita untuk memprediksi tingkat kegiatan terorisme pada masa depan, menurun atau meningkat.
JAD memilih kantor polisi Astana Anyar Bandung sebagai target ledakan tentu bukan tanpa perhitungan. Kantor polisi menjadi sasaran selain dalam rangka balas dendam, juga berguna untuk membangkitkan moril anggautanya. Sedangkan kota Bandung yang dipilih sebagai lokasi ledakan dengan perhitungan bahwa pada saat ini tingkat kewaspadaan aparat terhadap bahaya terorisme dianggapnya tidak seketat dengan aparat keamanan (Apkam) di Solo Raya yang merupakan konsentrasi jaringan terorisme ISIS/JAD dan Al QAEDA/JI sejak tiga dekade yang lalu.
Bandung dan Strategi Teroris
Di samping itu, Bandung merupakan kota besar yang terletak relatif dekat dengan ibu kota Jakarta sehingga mempunyai nilai strategis yang lebih besar. Bagi ISIS dan Al-Qaeda, gema ledakan yang mendunia itulah yang diharapkan dengan tujuan memperoleh efek psikologis besar bagi pendukung terorisme. Sebaliknya menimbulkan suasana ketakutan masyarakat yang menguntungkan bagi teroris.
Dilihat dari moment ledakan pada 7 Desember 2022, maka kita dapat mengkaitkannya dengan perkembangan ISIS yang baru seminggu mengumumkan pengangkatan khalifah barunya yaitu Abu Al Husein al-Huseini al-Quraishi. Ia menggantikan khalifah sebelumnya yang tewas pada 30 November 2022 di Suriah utara dalam pertempuran melawan Syrian Democratic Forces yang didukung oleh Amerika Serikat dan Turki.
JAD atau ISIS cabang Asia Tenggara diduga ingin menunjukkan eksistensinya kepada khalifahnya yang baru. Hal ini dapat disimpulkan dari pesan-pesan terselubung melalui situs-situs yang diduga milik ISIS dalam beberapa minggu terakhir. Dalam pesan terselubung tersebut, ISIS mempertanyakan, kenapa Jihadis Asia Tenggara melempem, sepi dari kegiatan ledakan pada hal mempunyai anggauta cukup besar dan khususnya Indonesia yang merupakan kawasan yang strategis.
Dikaitkan dengan mulainya tahun politik sejak awal tahun 2023 maka, ancaman terorisme diperkirakan akan meningkat. Dalam kaitan itu pula keberadaan ratusan warga negara Indonesia khususnya kader kader muda teroris yang menghuni kamp kamp teroris di wilayah Syria utara perlu menjadi perhatian serius. Membiarkan mereka berada disana dalam jangka panjang, sama maknanya dengan memberi waktu mereka menyiapkan diri baik mental ideologi maupun kemampuan militer, teror.
Apakah tidak lebih baik untuk menarik mereka kembali ketanah air agar mereka mendapatkan reedukasi secara khusus. Dengan membiarkan mereka berlama lama di lokasi yang bersuasana konflik, kekerasan dan tanpa hukum , sama artinya dengan menabur benih teroris yang kelak menjadi “jaringah teror” yang berbahaya. Pengalaman keberadaan WNI di dalam kancah perang Afghanistan 1982- 1989 hendaknya menjadi pelajaran berharga, dari sanalah lahir generasi teroris khususnya JI dan ISIS di Indonesia.
DR KH As'ad Said Ali
Pengamat sosial politik, Mustasyar PBNU, tinggal di Jakarta.