Ternyata Dunia Medsos Dapat Mempengaruhi Keberpihakan, Ini Kata Ulama
Masalah media sosial sekarang menjadi perhatian banyak orang. Di samping lebih banyak menimbulkan fitnah, medsos juga kerap merusak sendi-sendi yang berlaku di masyarakat. Misalnya, rusaknya akhlak seorang anak muda terhadap orang tua.
“Ustadz, mohon dijelaskan sejauh mana umat Islam menyikapi hal itu sehingga terbebas dari hal-hal buruk. Sebelumnya saya ucapkan banyak terima kasih”.
Demikian pertanyaan Irwanto Adi, warga Manukan Surabaya, pada ngopibareng.id.
Atas persoalan ini, ngopibareng.id menghadirkan pesan-pesan kebaikan yang disampaikan KH Luthfi Bashori, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Malang. Berikut penjelasan lengkap Pengasuh Pesantren Ilmu AL-Quran (PIQ) Singosari, Malang, selengkapnya:
Dunia medsos (media sosial) saat ini sudah hampir mempengaruhi kehidupan setiap orang. Paling tidak, mindset masyarakat yang rata-rata berusia 55 ke bawah, sudah banyak yang terpengaruh oleh kehidupan dunia medsos.
Termasuk bagaimana sikap seseorang dalam menentukan siapa panutan hidupnya, siapa teman akrabnya, maupun siapa mitra diskusinya dan sebagainya, semua itu dapat diketahui dari komunitas warga medsos mana yang aktif diikuti dan diakrabi serta dijadikan sumber rujukannya.
Karena itu, untuk menjaga agar umat Islam tetap pada pergaulan yang baik, sekira tidak keluar dari aturan syariat Islam, maka hendaklah setiap orang tetap waspada dan berusaha selalu mencari komunitas pertemanan di dunia medsos yang sekira dapat menunjang mindset pemikirannya agar tetap berpegang teguh pada aturan syariat Islam secara baik dan benar.
Contoh riil, misalnya pada saat marak dibicarakan sosok penista agama, si A-hok menjadi fenomena pro-kontra di dunia maya, atau marak munculnya pro kontra terhadap sikap maupun kebijakan presiden yang juga ramai menghiasi dunia maya, maka lagi-lagi pengaruh dunia medsos sangat nyata dapat dirasakan oleh masyarakat pada umumnya secara langsung.
Termasuk dampak nyata dari dunia medsos adalah timbulnya kesadaran umat Islam untuk menjalin persatuan dan persaudaraan dengan sesamanya, hingga jutaan orang dari berbagai tempat maupun background pendidikan yang berlainan, serta bermacam-macam status sosialnya yang berbeda, namun mereka dapat berkumpul bersama dalam aksi-aksi damai yang mereka lakukan di Jakarta, semua itu tidak terlepas karena munculnya sosok penista agama di Jakarta yang kerap muncul di dunia medsos.
Di sisi lain, muncul pula komunitas yang berseberangan dengan langkah umat Islam tersebut di atas, hingga mereka membuat perkumpulan tandingan, baik lewat petemuan-pertemuan dengan kelompok tertentu, maupun berusaha merapatkan barisan di dunia maya. Mereka pun menyatu dalam barisan dengan cara menampakkan keberpihakan kepada penista agama, sekalipun dikemas dengan berbagai macam versi serta memberikan alasan yang dibuat-buat. Maka dunia media sosial pun tidak ketinggalan ikut menyeleksi, hingga mudah dibaca oleh khalayak, sesungguhnya siapa bersama siapa.
Perlu diperhatikan pula bagaimana maraknya diposting di dunia medsos, pada saat para ulama bersama umat Islam bersusah payah memperjuangkan kebersamaan, demi membangun persatuan untuk menjaga marwah Islam dari penistaan agama yang dilakukan oleh seorang non-Muslim, ternyata ada pula kelompok lain yang sama-sama rajin berjuang namun dengan tujuan yang berlawanan, yaitu untuk memporakporandakan persatuan umat Islam dengan berbagai cara serta bermacam-macam alasan yang dibuat-buat, sekalipun alasannya itu tidak masuk akal bagi kalangan orang-orang beriman yang shalih.
Dalam menyikapi pengaruh media sosial yang sangat luar biasa ini, ada nasehat bagi umat Islam lewat sebuah hadits pendek, bahwa Sy. Abu Sa’id Al-Khudri RA memberitahukan, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Janganlah kalian berteman, kecuali dengan orang yang beriman.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Ternyata syariat Islam telah mengajari bagaimana tata cara memilihan teman pergaulan, minimal kepada kelompok mana yang sekira boleh ditampakkan keberpihakan, karena keberpihakannya itu kelak akan dibawa dan dijadikan bekal baik di alam kubur apalagi di akhirat nanti.
Sayyidna Abu Musa RA memberitahukan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaan berkawan dengan orang baik dan berkawan dengan orang jahat, tak ubahnya seperti berkawan dengan penjual parfum dan dengan tukang tiup api di bengkel tukang besi. Apabila berkawan dengan penjual parfum adakalanya engkau diolesi parfum atau membelinya. Atau paling tidak engkau dapat mencium bau harumnya. Jika engkau berkawan dengan peniup api di bengkel tukang besi, kadang pakaianmu bisa terbakar, atau setidaknya engkau mencium bau busuknya.” (HR. Muslim)
Di tempat lain Nabi Muhammad SAW bersabda, “Seseorang bisa terpengaruh oleh agama teman dekatnya. Oleh sebab itu, perhatikanlah dengan siapa kalian bergaul.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
Demikian wallahu a'lam bisshowab. (adi)