Ternak Terjangkit PMK di Banyuwangi Langsung Diisolasi 21 Hari
Pemkab Banyuwangi langsung melakukan isolasi pada 39 ternak yang terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK). Ternak-ternak itu tidak boleh keluar dari area kandang atau berinteraksi dengan ternak lain. Ini dilakukan untuk mencegah penularan penyakit ternak yang sedang mewabah ini.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi, dr. Nanang Sugiharto menyatakan, untuk penanganan ternak yang terjangkit PMK karena penyebab penyakit ini adalah virus, maka bisa dikatakan penyakit ini belum ada obatnya. Sehingga obatnya adalah berdiam di dalam kandang.
"Jadi sapi yang sudah terdeteksi, sudah gejala klinisnya mengarah PMK harus diam di kandang," tegasnya, Jumat, 3 Juni 2022.
Dia menegaskan, ternak yang sudah terjangkit PMK tidak boleh dijual atau ditataniagakan dan tidak boleh dikumpulkan dengan sapi yang lain. Sebab jika keluar kandang atau dibawa kemana-mana semakin besar risiko menularkan pada ternak lain.
"Biar satu kandang itu saja yang kena. PMK ini tingkat penularannya 80 sampai 100 persen," tegasnya.
Lebih jauh dijelaskan, jika dalam satu kandang ada salah satu ternak yang menunjukkan gejala klinis. Maka ternak lain yang berada dalam satu kandang tinggal menunggu hari saja untuk menunjukkan gejala klinis dan akhirnya tertular.
Meski tingkat penularannya sangat tinggi, menurut Nanang, tingkat kesakitan ya yang tinggi penularannya yang tinggi tapi angka kematiannya rendah.
"Hanya satu sampai 5 persen. rendah sekali angka kematiannya," pungkasnya.
Selama menderita PMK, ternak biasanya tidak mau makan dan ambruk. Ini bisa terjadi selama 14 sampai 21 hari. Dia menegaskan, pada prinsipnya gejala penyakit ini bisa diobati dan tidak menular ke manusia.
"Kesembuhan antara 14 -21 hari tinggal kekuatan tubuhnya. Semakin kuat semakin cepat pulih. Tinggal lesu dan luka-lukanya segera kita obati," jelasnya.
Selama proses penyembuhan yang memakan waktu 14 sampai 21 hari inilah yang berpotensi membuat kerugian secara ekonomi bagi pemilik ternak. Karena selama terjangkit ternak tidak mau makan. Sehingga berat badannya akan turun drastis.
"Akhirnya timbul kerugian ekonomi. Masyarakat ketakutan, akhirnya dijual mungkin yang harganya Rp15 juta tinggal Rp5 juta," pungkasnya.
Untuk diketahui PMK di Banyuwangi terdeteksi sejak 2 Juni 2022. Bermula dari munculnya gejala klinis pada ternak akhir pekan lalu. Setelah diambil sampel pada 1 Juni 2022 hasil pemeriksaan. laboratorium 6 ternak dinyatakan positif terjangkit PMK. Sehingga 39 ternak yang sudah diambil sampelnya dan menunjukkan gejala klinis dinyatakan terjangkit PMK. PMK di Banyuwangi ditemukan di 9 kecamatan.