Termasuk Sunah Nabi, Panggilan Sayang pada Orang Terkasih
Islam agama kasih sayang. Citra Islam berwajah garang, teror dan kekerasan, terbantah dengan sifat dan tindakan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam (Saw).
Memelajari kepribadian dan sifat Rasulullah, menjadikan Islam terpahami dengan benar dan sesuai misi kebenaran yang dibawa di muka bumi. Menyebarkan Islam yang rahmatan lil 'alamiin. Islam yang ramah penuh kasih sayang, rahmat bagi seluruh alam semesta.
"Baginda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (Saw) sebagai utusan Allah tidak melulu mengajarkan tentang bagaimana melaksanakan ibadah kepada Allah. Bahkan, dalam rumah tangga pun Baginda Rasulullah telah memberi teladan yang sangat luar biasa. Bagaimana Nabi bersikap, bergaul dan berada di tengah-tengah keluarganya.
"Perlakuan Nabi kepada istrinya adalah berlaku lembut dengan penuh perhatian, bersenda gurau dengan penuh keceriaan, bermesraan dengan penuh kasih sayang. Rasulullah pun berpelukan dengan penuh kehangatan, dan memanggil istrinya dengan kata-kata penuh keromantisan."
Tentang keromantisan Rasulullah, sebagaimana Kiai Ahmad Azaim Ibrahimy, dalam video yang diunggah akun facebook Pecinta “KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy”.
Pengasuh Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Asembagus Situbondo, menyampaikan, “Termasuk kesunnahan, memanggil dengan panggilan sayang. Ya Humaira, Wahai yang kemerah-merahan pipinya”.
Bukan Hanya Malam Jumat
Mungkin pemahaman selama ini, dalam rumah tangga yang dianggap sunah adalah malam Jumat saja. Sebagaimana lumrahnya, kalau sudah malam jum’at pasti ramai dengan ungkapan “sunah Rasul”.
Padahal, sunah Nabi atau sunah Rasul sangat banyak dalam kehidupan rumah tangga, seperti yang dijelaskan Kiai Azaim tersebut, memanggil pasangannya dengan panggilan sayang.
Jadi, memanggil pasangan dengan kata-kata romantis atau yang menunjukkan rasa sayang termasuk sunah Nabi. Jika setiap harinya sekian kali memanggil pasangannya dengan ungkapan sayang, berarti sudah mendapatkan kesunahan sesuai berapa banyak panggilan sayang.
Panggilan sayang memang tidak harus bentuk kata “sayang”, sebagaimana yang dicontohkan Nabi, “Ya Humaira”.
Biasanya setiap pasangan memiliki panggilan “sayang” masing-masing. Tergantung sejarah terjalinnya hubungan asmara keduanya yang menyebabkan adanya panggilan “sayang”. Yang penting, panggilan tersebut menunjukkan rasa sayang.
Bagaiamana jika belum akad alias belum halal, apakah mendapatkan kesunahan jika memanggil dengan panggilan sayang kepada pasangannya?
Kiai Azaim mengingatkan, "Segera datangi orang tuanya lalu lamar dan akad, baru mendapatkan kesunahan panggilan sayang."
Advertisement