Terlilit Hutang, Pria di Mojokerto Nekat Jual Ginjal
Seorang pria bernama Ipang Parta Murdiani berniat menjual ginjalnya. Warga Desa Banjaragung, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur tersebut menawarkan ginjalnya melalui beberapa platform media sosial. Sontak apa yang dilakukan oleh pria 33 tahun itu, menuai banyak perhatian dari beragam kalangan masyarakat.
Diketahui, Ipang merupakan pedagang es cincau. Ia menjalani kesehariannya dengan sederhana. Namun, ia terlilit utang yang nilainya sekitar Rp 68 juta. Kejadian bermula dari pertengahan 2020, masalah ekonomi mulai menimpa keluarganya.
Kala itu gencarnya pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat pandemi COVID-19. Ipang dirumahkan dari pabrik sepatu di Miji Baru, Kota Mojokerto. Seiring meningkatnya kebutuhan rumah tangga, dengan beban tanggung jawabnya sebagai tulang punggung keluarga, Ipang pun berhutang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ipang sebagai kepala keluar harus menafkahi istri dan dua anak, masing-masing berusia lima tahun dan tiga bulan. Lilitan hutang dan penghasilan yang tidak memenuhi kebutuhan menjadi alasannya.
Oleh sebab itu, Ipang memutuskan menjual salah satu ginjalnya. Keputusannya ini sudah disetujui istrinya karena menurutnya sudah tak ada jalan lain.
Bapak dua anak ini, berharap Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati maupun para pejabat lainnya membantunya donor ginjal secara legal. Ipang optimis ginjalnya bakal laku. Sebab selama ini ia tidak pernah merokok maupun menenggak minuman beralkohol.
Pemilik golongan darah A ini juga rutin tiga bulan sekali donor darah di PMI Kabupaten Mojokerto sejak SMA. Risiko kesehatan pasca satu ginjalnya diambil juga sudah siap ia tanggung.
Sejauh ini, Ipang menawarkan ginjalnya itu melalui media sosial. Akun sejumlah nama pejabat pun ia colek agar bersedia memfasilitasinya untuk donor ginjal secara legal. Mulai dari Bupati dan Wabup Mojokerto, Gubernur Jatim, hingga Ganjar Pranowo dan Presiden Jokowi.
“Tujuan saya donor ginjal yang utama untuk menutup utang. Bila memang ada yang memfasilitasi jalannya, sisa uang untuk buka usaha sendiri bersama istri. Untuk jaga-jaga kemungkinan terburuk, saya minta Rp 100 juta ke atas,” tandasnya kepada wartawan di warung Kelurahan Meri Kranggan Kota Mojokerto, Senin 15 Mei 2023.
Ia juga melakukan hal serupa terhadap sejumlah akun media sosial artis papan atas, seperti Raffi Ahmad, Baim Wong. Bahkan, Ipang tak segan meminta tolong dengan menghubungi secara online selebgram dan ulama Indonesia.
“Mencari kerja ke sana kemari tidak dapat, sementara itu kebutuhan hidup jalan terus,” kata Ipang.
Karena kondisinya yang tengah menganggur, suami Sri Wilujeng 31 tahun itu memakai uang tabungan untuk menyambung hidup sekitar tiga bulan. Namun karena tidak cukup kemudian, sang istri terpaksa meminjam Rp3 juta dari sebuah kelompok simpan pinjam di tempat tinggalnya di Dusun Unggahan Desa Banjaragung. Angsurannya Rp 75.000 per minggu selama satu tahun.
Berjalan hingga enam bulan, Ipang tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Pinjaman tersebut mereka pakai memenuhi kebutuhan hidup dan membayar sekolah anak pertama. Dari situlah awal utang menjeratnya kian dalam.
“Malah anak saya lulus TK masih ada tunggakan sekitar Rp 1,5 juta. Sampai sekarang ijazah belum bisa ambil. Di sekolah SD saya minta kelonggaran karena belum bisa ambil ijazah TK,” jelasnya.
Setelah sekitar enam bulan berlalu, Ipang kemudian memilih menjadi pedagang kaki lima (PKL). Prihatinnya seluruh dagangannya merupakan titipan dan bukan merupakan modalnya sendiri.
Ia sebatas menjualkan produk orang lain dengan sistem komisi, antara lain jualan cilok, kerupuk uyel dan es cincau. Penghasilannya yang timpang dengan kebutuhan hidup, membuatnya masih terseok-seok untuk menafkahi istri dan 2 buah hatinya.
“Penghasilan sebagai PKL tidak menentu, kadang Rp 20-30 ribu per hari, kadang tidak dapat sama sekali,” ujarnya.
Utangnya kian membengkak, ketika angsuran di Kelompok Mekar baru dapat separuh, Ipang terpaksa meminta istrinya untuk menambah pinjaman Rp4 juta dengan angsuran Rp 100.000 per minggu selama satu tahun.
Dari hutang Rp4 jutanya tersebut sebagian uang itu untuk melunasi kekurangan angsuran lama, sebagian lainnya untuk menyambung hidup. Utang menjeratnya kian kuat sebab saat ini, setiap pekan ia juga harus mencicil pinjaman dari 3 koperasi. Nilai pinjamannya Rp 1,5 juta, serta masing-masing Rp1 juta. Jika ditotal, menurut Ipang, utangnya di empat koperasi itu sekitar Rp10 juta.
“Kemudian sempat nama saja dipinjam teman saya untuk kredit motor. Ternyata tanpa sepengetahuan saya motornya dijual. Sehingga saya yang dikejar-kejar dua perusahaan leasing,” ungkapnya.
Niat menjual ginjal Ipang kemudian kian menjadi-jadi usai dikejar leasing. Terjadi sejak awal 2022, namanya dipinjam temannya untuk kredit sepeda motor Honda BeaT dengan angsuran Rp 781.000 per bulan selama 35 bulan.
Imbalan Rp 2 juta dari temannya itu membuatnya tergiur. Sebab saat itu, ia benar-benar membutuhkan uang untuk biaya hidup keluarga maupun mengangsur pinjaman empat koperasi.
September 2022, datang lagi temannya yang lain meminjam nama istrinya untuk kredit sepeda motor Honda Vario. Angsurannya mencapai Rp 905.000 per bulan selama 35 bulan. Lagi-lagi Ipang tergiur iming-iming imbalan Rp4 juta lantaran terhimpit kebutuhan hidup, tapi ia hanya diberi imbalan Rp2 juta.
Bak jatuh tertimpa tangga, diam-diam kedua temannya menjual dua sepeda itu dengan sistem patas. Padahal, mereka baru membayar angsuran masing-masing tiga bulan. Ipang pun sempat melanjutkan angsuran Honda BeaT sampai sembilan bulan. Sampai Desember tahun lalu, ia tak sanggup lagi.
“Sudah berusaha saya temui dua teman saya itu, cuman tak ada hasil. Dia cuma bilang kalau ada apa-apa arahkan ke saya. Sedangkan leasing tidak mau tahu karena PK (penanggung jawab kredit) saya,” jelasnya.
Masalah serupa juga dialami Ipang terkait kredit 2 ponsel. Ia harus menanggung kekurangan angsuran sekitar Rp8 juta setelah temannya kabur. Padahal, namanya yang dipinjam untuk kredit hanya mendapat imbalan Rp 500.000. Sehingga jika ditotal, utangnya saat ini sekitar Rp68 juta. Ditambah lagi para penagih utang terus datang ke rumahnya.
Berat dengan hutang-hutangnya, Ipang tak pernah patah semangat. Ia terus bekerja keras dengan istrinya berdagang es cincau di Perumahan Surodinawan Prajurit Kulon Kota Mojokerto. Hanya saja penghasilannya tidak memenuhi kebutuhan hidup. Dengan penghasilan rendah, ia pun mengaku kesulitan untuk membayar utang-utangnya itu.
“Kadang kala dapat Rp 20-30 ribu per hari. Sering juga tidak dapat sama sekali. Cukup untuk makan, kadang tidak cukup,” cetusnya.
Oleh sebab itu, Ipang memutuskan menjual salah satu ginjalnya. Keputusannya ini sudah disetujui istrinya karena menurutnya sudah tak ada jalan lain.