Terlengkap se-Indonesia, KRM Gunung Anyar akan Menambah Jenis Tanaman Mangrove
Pemerintah Kota Surabaya berencana akan menambah koleksi tanaman mangrove, untuk dipelihara di Kebun Raya Mangrove (KRM) Gunung Anyar, Medokan Ayu, Kecamatan Rungkut.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya Antiek Sugiharti menjelaskan, hingga saat ini, koleksi tanaman mangrove yang dibudidayakan oleh KRM telah mencapai 59 vegetasi.
"Waktu diresmikan tahun lalu, terdapat 56 jenis, lalu saat peresmian kita mendapat tambahan satu koleksi dari Ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia (Megawati Sukarnoputri), setelah itu ada dua jenis tambahan hasil eksplorasi kami. Jadi, kita ada 59 koleksi tanaman," jelasnya, Senin 8 Juli 2024.
Antiek menjelaskan, dua tanaman baru hasil eksplorasi itu adalah kandelia candel asal Provinsi Kalimantan Barat dan heritiera lottoralis dari Kabupaten Gresik.
Tanaman tersebut akan melengkapi vegetasi lainnya, seperti seperti bruguiera parviflora, bruguiera gymnorhiza, ceriops tagal, dan avicennia marina.
"Kita ambil bibit tanamannya dari Papua, Gorontalo, dan Kalimantan, hampir di seluruh Indonesia terdapat tanaman mangrove dan jenisnya bermacam-macam," terangnya.
Selanjutnya, KRM juga akan menambah koleksi tanaman mangrove, yang diambil dari Hutan Alas Purwo, Kabupaten Banyuwangi. Namun untuk jenis tanaman terbaru itu belum dijelaskan secara rinci oleh Antiek.
"Kita masih akan menambah tanaman mangrove hasil eksplorasi, yang terbaru di Hutan Alas Purwo, Banyuwangi, kurang lebih baru dua bulan ke depan akan kita ambil koleksinya," tuturnya.
Dirinya juga menerangkan, usaha untuk menambah koleksi tanaman mangrove oleh pihaknya tidak dilakukan sembarang. Ada sejumlah prosedur dan persyaratan khusus yang harus dilaksanakan saat melakukan pengambilan tanaman mangrove.
"Untuk disebut menambah koleksi ada prosedur yang harus kita penuhi, lalu harus kita ambil dari tempat aslinya, apakah kemudian bibitnya tidak berpengaruh terhadap anatomi, dan ketika diambil harus diteliti betul, makanya prosesnya panjang," ucap Antiek.
Proses pengambilan tanaman mangrove oleh KRM Gunung Anyar juga harus dipantau oleh Badan Riset dan Inovasi Negara (BRIN). BRIN akan mencatat dan mendata asal usul dan waktu pengambilan masing-masing tanaman mangrove tersebut.
"Koleksi yang masuk juga dicatat dan sampaikan ke BRIN, data dengan BRIN pasti ada selisih, karena tanaman yang ditanam di pot belum bisa dianggap sebagai koleksi menurut BRIN. Jadi harus dikembangbiakkan di tanah," jelasnya.
Prosedur yang panjang tersebut harus dilakukan agar nantinya tanaman mangrove yang akan dikoleksi oleh KRM Gunung Anyar tidak mengalami hambatan pertumbuhan dan anatominya.
"Karena terdapat pula kendala saat menanam ini, ada yang pasti mati saat kena air pasang, ini perlu analisa mendalam ketika punya jenis-jenis baru dan harus diteliti," terangnya.
Dengan puluhan jenis tanaman mangrove yang dikembangbiakkan, Antiek menjelaskan KRM Gunung Anyar sudah menjalankan fungsinya dengan baik, konservasi, penelitian, edukasi, wisata, dan jasa lingkungan.
"Berdasarkan data yang kami terima dari BRIN, KRM kami yang terlengkap se-Indonesia karena sudah memiliki 59 dari 100 jenis tanaman mangrove yang ada di seluruh dunia. Tentunya, kami akan berusaha untuk menambah koleksi secara bertahap," pungkasnya.