Terlambat Dicabut, Akhirnya...Langsung Respon Usai Tertidur
KH Abdurrahman Wahid selalu dikaitkan dengan kekayaan humornya yang khas. Kekayaan humor yang mencerminkan kecerdasan seorang pemikir, sekaligus pemimpin Indonesia pada masanya.
Di tengah-tengah masalah kebangsaan dan negara yang kian ruwet, humor Gus Dur menjadi penting untuk bisa direnungkan, dan dihadirkan agar kita kembali tersenyum. Sebagaimana dua teks humor berikut.
Terlambat Dicabut, Akhirnya...
Ketika KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sedang diopname karena stroke di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, salah seorang sahabat ada yang menjenguk Presiden keempat Republik Indonesia itu.
Saat masuk ke ruangan, ia melihat Gus Dur sedang berbaring miring karena belum boleh duduk. Dengan sembari melemparkan senyum, sang sahabat itu perlahan mendekati dan menyalami Gus Dur.
Lalu, ia mengucapkan permintaan maaf kepada Gus Dur. Sebab baru hari itu ia bisa menjenguk Ketua Umum PBNU masa khidmat 1984-2000 itu.
“Saya sakit gigi berat, Gus,” kata sahabat Gus Dur itu setelah memohon maaf sedalam-dalamnya.
Gus Dur tentu saja memberikan maaf yang tulus. Mendengar alasan sahabatnya yang sakit gigi, keisengan Gus Dur muncul. Ia memberikan pertanyaan tebak-tebakan.
“Sampean tahu nggak apa yang menyebabkan sakit gigi?” tanya Gus Dur.
“Tidak, Gus,” jawab si sahabat dengan sangat singkat tapi dengan raut wajah yang penasaran.
Dengan santai, Gus Dur memberikan kisi-kisi agar bisa terjawab oleh sahabatnya itu. Kata Gus Dur, “Penyebab sakit gigi itu sama dengan penyebab orang hamil dan rumput yang tumbuh tinggi.”
Mendengar kisi-kisi tersebut, sang sahabat malah melongo kebingungan. Namun akhirnya Gus Dur menjawab teka-tekinya sendiri.
“Yaitu sama-sama terlambat dicabut,” ujarnya disambut gelak tawa sahabatnya itu.
*) Sumber: "Koleksi Humor Gus Dur" karya Guntur Wiguna (2010)
2.Langsung Respon Usai Tertidur
Percakapan-percakapan dalam buku karya KH Husein Muhammad, Dialog Gus Mus dan Gus Dur, tentu saja menjadi semacam oase yang menyejukkan.
Cerita-cerita yang dihadirkan merupakan inspirasi bagi kita untuk senantiasa “ngakak” di tengah zaman yang semakin ruwet, sebagaimana Gus Dur dan Gus Mus yang “enteng-enteng saja” menjalani kehidupan dengan segala macam persoalannya.
Hubungan dua sahabat yang sama-sama memiliki “keistimewaan” ini ditulis dengan sangat brilian oleh K.H. Husein Muhammad, yang juga sahabat sekaligus pengagum berat Gus Dur dan Gus Mus.
“Gus Dur adalah orang yang cerdik, sangat cerdas, dan menguasai banyak ilmu agama dan ilmu umum. Pengetahuannya sangat luas dan terbuka. Tetapi, boleh jadi Gus Dur juga dianugerahi keistimewaan ilmu weruh sak durunge winara (mengetahui sebelum terjadi) sebagaimana orang-orang menyebutnya. Atau, kalau dalam tradisi pesantren disebut ilmu laduni, atau ilmu adiluhung,” tutur Gus Mus.
Gus Mus bercerita bahwa Gus Dur, manakala menerima undangan untuk diskusi, seminar, simposium, dialog, atau konferensi dan sejenisnya, beliau lebih dulu mencari tahu siapa saja pembicaranya.
Lalu, mempelajari pikiran-pikirannya, perspektifnya, dan gagasan-gagasan yang pernah disampaikannya, baik dalam karya-karya tulisnya maupun dalam ceramah-ceramahnya.
Nah, dari membaca semua itu, Gus Dur menangkap apa yang akan dibicarakan dan disampaikan para pembicara/narasumber itu kelak. Paling-paling tak jauh dari itu juga.
Suatu waktu, dalam sebuah acara di mana salah seorang pemimpin Negara Islam Iran mau bicara dan berdialog, Gus Dur justru tidur, ngorok lagi. Banyak tokoh yang menganggap tindakan Gus Dur ini tidak sopan.
Namun, betapa menakjubkan, begitu pidato atau ceramah petinggi Iran itu selesai dan Gus Dur bangun, dia justru segera angkat tangan lebih dulu meminta berbicara untuk merespons.
Begitulah, dua sahabat yang saling merespon dengan humor-humornya yang khas. Humor khas kaum santri.