Terkait Imbauan MUI, PWNU Jatim Selasa Akan Menentukan Sikap
PWNU Jawa Timur saat ini belum menentukan sikap terkait imbauan MUI Jatim. Namun, secepatnya segera membahas imbauan tersebut. Hal itu dikarenakan imbauan MUI tersebut sudah menjadi isu nasional saat ini.
"Mudah-mudahan secepatnya. Jadi besok Selasa kami rapat. Saya minta teman-teman bahtsul masail dan lembaga lainnya untuk membahas masalah ini. Karena ini tentu akan menjadi masalah nasional," kata Katib Syuriah PWNU Jatim KH Syafruddin Syarif saat dikonfirmasi Ngopibareng.id, Minggu 10 November 2019 malam.
Syafruddin mengaku ia telah menelpon beberapa tokoh nasional serta kawannya yang berada di Jakarta untuk memberi masukkan terkait keputusan tersebut.
Untuk itu, Syafruddin belum bisa memberikan pernyataan, sebab hal itu masih belum dibahas di internal PWNU Jatim. Baru, jika sudah dibahas dan diputuskan pihaknya akan memberikan imbauan terkait salam semua agama terutama kepada para pejabat.
"Karena ini masih musthalah maka saya tidak berani mengimbau karena masih ada ulama-ulama yang mengkaji. Jadi, masih dimaklumi. Tapi nanti jika kita sudah memutuskan di PWNU kita bisa mengimbau. Tapi sementara ini kita tidak bisa mengimbau karena masih ada beberapa pendapat yang simpang siur. Ada yang tidak membolehkan seperti MUI dan ada yang membolehkan," katanya.
Meski PWNU Jatim belum membahas soal salam semua agama, namun diketahui, Syafruddin sendiri secara pribadi setuju dengan imbauan MUI Jatim itu. Sebab, toleransi tidak harus mengikuti atau mengucapkan salam agama lain.
"Saya sependapat, sudahlah sebaiknya memakai salam sendiri. Benar kita saling menghormati tapi tidak perlu mengikuti. Bagiku agamaku, bagimu agamamu. Kita menghormati salam mereka tanpa harus mengikuti mengucapkan salam mereka," katanya.
"Saya sendiri anggota FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) juga. Saya tidak pernah memang dan sejak dulu belum berani mengatakan salam dari setiap agama seperti itu," ujarnya.
Saat ditanya apakah mengucapkan salam pembuka seperti selamat siang dan malam boleh? Syafruddin tidak mempermasalahkannya. Karena salam tersebut merupakan kehormatan dan tidak menyebut nama Tuhan agama lain.
"Kalau selamat siang dan selamat malam itu bukan salam dari setiap agama. Itu salam kehormatan dan budaya ndak apa-apa itu. Itu kan tidak menyebut Tuhan siapapun. Hanya mendoakan supaya selamat di malam ini, di siang itu," tegasnya.
"Kalau namo budaya om swastiastu itu sudah ada ungkapan sendiri dari agama masing-masing. Tetapi kita tidak perlu menirukan," pungkasnya.