Terimakasih ... Tiang Listrik
Bila di perumahan elit kabel listrik di tanam di dalam tanah, tidak demikian untuk di jalan-jalan. PLN jaman now masih menyisakan banyak tiang listrik di tepi-tepi jalan.
Gak cuma berfungsi menyangga kabel, tiang listrik sering jadi penyebab musibah. Mobil, motor atau becak, sering nabrak. Banyak yang mati, gegar otak atau lumpuh permanen, bahkan hilang ingatan.
Di musim hujan begini, berhati-hatilah. Kadang ada tiang listrik yang basah lalu nyetrum. Alias banyak orang yang gak sengaja pegang tiang listrik, di waktu hujan , kesetrum.
Selain tiang listrik, pohon asem, mahoni, kenari atau pohon besar lainnya di tepi jalan, sering diseruduk para pengendara motor atau mobil. Umumnya karena ngantuk. Atau ugal-ugal. Jarang yang karena sengaja.
Tiang listrik pun jadi bulan-bulanan. Dianggap jadi penyebab kecelakaan. Coba kalau tiang listrik tidak berbaris di tepi jalan, kan lebih ringan. Mobil mungkin nyungsep ke taman atau sawah. Tidak ada benturan keras dengan batangan besi keras yang berdiri mengangkang ini.
Bagi PLN dan warga sekitar, tiang listrik adalah segala-galanya. Dia mengalirkan daya listrik langsung dari sumbernya. Membantu rakyat hidup dengan kebutuhan listrik yang makin vital.
Di bendungan PLTA Karangkates Malang atau PLTU Paiton Situbondo, tiang listriknya besar-besar. Hampir seperti menara Monas.
Seringkali burung tampak bertengger di tiang listrik, tapi aman-aman saja. Atau layang-layang juga sering tersangkut di tiang listrik.
Bila ada tiang listrik, pohon-pohon sekitarnya yang harus mengalah. Seringkali petugas PLN tenaga honorer bawa tangga lipat. Memangkas ranting dan daun yang menghalangi tiang listrik.
Pemandangan indah sore hari di desa-desa bila terlihat berderet burung camar di kabel tiang listrik, yang di belakangnya ada sinar matahari lagi sunset, menguning dan kemerah-merahan. Indah banget.
Bagi petugas ronda di kampung-kampung, tiang listrik tiap pukul satu, dua atau tiga dini hari, dipukul. Berapa kali jumlah pukulan jadi penanda angka jam. Di depan rumah saya ada tiang listrik yang tiap jam tiga dini hari dipukul oleh Pak Hari, security perumahan. Biasanya orang-orang sekitar terbangun. Salat Tahajud lanjut Subuh berjamaah di masjid.
Jadi banyak banget fungsi tiang listrik. Di Bollywood, tiang listrik jadi properti film. Utamanya adegan cinta. Tiang listriknya dipeluk-peluk. Sambil meneteskan air mata. Menari-manari juga. India memang gitu. Susah seneng ya tetap nyanyi dan nari-nari.
Sekarang lagi ramai tiang listrik ditabrak mobil Fortuner bekas, bukan mobil baru, milik Ketua DPR RI Setya Novanto. Yang nyetir reporter Metro TV, yang kini sudah jadi tersangka. Tiang listriknya, guyon nih, bakal dikenakan pasal berlapis. Jadi yang salah sopir dan tiang listriknya.
Walaupun nabrak depannya, yang pecah kaca kiri dan kanannya. Sedang Setya yang duduk di belakang malah yang jadi korban. Kepalanya benjol seperti bakpao. Terancam gegar otak. Mungkin segera dilarikan ke rumah sakit di Singapura.
Sebetulnya ini berita duka. Tapi dibaca rakyat dengan senda gurau dan ketawa-tawa. Malah muncul ratusan meme yang lucu-lucu. Pengacaranya yang biasanya sangar dan penuh ancaman, berubah jadi lembek. Semua minta dikasihani. Minta dipercaya. Juga bagi hukum.
Karena aparat hukum tidak boleh menangkap orang sakit parah, yang dikuatkan kisah tabrakan maut tiang listrik, surat dokter dan foto-foto Setya Novanto sedang terkapar, tangan diinfus, dan wajah memelas yang tidak mau menatap kamera ketika difoto untuk keperluan disebar-sebarkan ke medsos agar rakyat percaya.
Sekarang yang merana tiang listriknya. Ia seperti terduga bersalah. Dirut PLN akan dipanggil, kenapa naruh tiang listrik di situ. Kayak gak ada tempat lain aja.
Dirut Toyota akan dipanggil, kenapa Fortuner yang katanya aman, tapi kejedut tiang listrik begitu doang bisa membuat Setnov terancam gegar otak, hilang ingatan. Kalau begini kan jadi benar kalau akhirnya Setnov lolos dari jerat hukum?
Pokoknya, semua harus salah. Setnov harus benar. Semua ini tak lepas karena jasa tiang listrik.
Terimakasih .... tiang listrik. (*)
damarhuda/17/11/17