Terima 70 Ton Sampah per Hari, TPA Kota Probolinggo 2 Tahun Penuh
Sel tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang berlokasi di Jalan Anggrek, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo semakin penuh akibat tumpukan sampah organik dan nonorganik yang mencapai 70 ton per hari.
Dengan sistem menumpuk sampah di lokasi yang cekung, memadatkannya, dan kemudian menimbunnya dengan tanah (sanitary landfill), diprediksi TPA tersebut akan penuh dalam waktu dua tahun lagi.
"Sekitar dua tahun lagi, bak atau sel penampungan sampah ini akan penuh. Kami sudah mulai mempersiapkan untuk membuat sel yang baru,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Probolinggo, Rachmadeta Antariksa, Selasa, 20 Juni 2023.
Deta, panggilan akrab Rachmadeta Antariksa mengakui, memang punya lahan untuk TPA seluas sekitar 4 hektare (ha) di kawasan pantai utara, Kota Probolinggo itu. Permasalahannya, sebagian lahan bagian utara sudah digunakan untuk tambak oleh warga.
Sementara lahan TPA di bagian timur sudah ditempati permukiman oleh warga setempat. “Sebenarnya, 4 hektare lahan TPA, sertifikat tanahnya sudah atas nama Pemkot Probolinggo,” katanya.
Bahkan, lahan sekitar 15 ha di sekitar TPA, kata Deta, juga sudah bersertifikat atas nama Pemkot Probolinggo. Memang sebagian besar lahan tersebut belum dimanfaatkan oleh pemkot sehingga banyak yang ditempati warga.
Kembali ke kondisi sel sampah di TPA yang diprediksi akan penuh dua tahun lagi, berdasarkan catatan, dibangun pada Desember 2019 silam. Kemudian pada awal Januari 2020, sel sampah seluas 3.000 meter persegi itu baru dioperasikan.
Saat pertama kali dioperasikan, sel sampah itu diprediksi bisa menampung sampah hingga tiga tahun atau hingga 2023. Dengan dijejali 70 ton sampah per hari, memang sel sampah kini dengan cepat menggunung.
Sampah sebanyak itu setiap hari diangkut 17 truk dan pikap dari tempat penampungan sementara (TPS) di permukiman dan pasar-pasar di Kota Probolinggo.
Sebenarnya, volume sampah bisa mencapai hingga 80 ton per hari. Volume sampah sedikit berkurang karena sebagian anggota masyarakat melakukan daur ulang sampah.
“Kami juga berencana mengolah briket batu bara yang dicampur sampah untuk bahan bakar,” kata Deta.
Selain itu sampah juga akan diolah menjadi paving block, yang bisa digunakan untuk jalan di permukiman.
Untuk menekan terjadinya overload sampah, pihak DLH telah mendaur ulang sampah organik yang menjadi pupuk kompos. Sedangkan sampah plastik dilakukan proses penguraian sampah melalui mesin pencacah untuk menjadi bahan pokok produksi melalui pengelolaan bank sampah.
Tidak hanya itu pihak DLH juga telah sering melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk segera mengurangi jumlah pembuangan sampah dan melakukan pemilahan, dengan cara melakukan 3M. Cara itu adalah menggunakan kembali, mengurangi, dan mendaur ulang sampah.
“Itu sebenarnya juga menghasilkan nilai ekonomis, sehingga tidak semua sampah ditampung di tempat pembuangan akhir,” kata Deta.