Teriakan Siti Hajar Getarkan Langit, Kisah di Balik Idul Kurban
Awal ketika Nabiyullah lbrahim AS meninggalkan Bunda Siti Hajar bersama sang buah hati Nabiyullah lsmail di tengah padang pasir yg tandus dan gersang, tak ada satupun pepohonan ataupun tetes kehidupan disana, Bunda Siti Hajar mengira, apa yg dilakukan oleh suaminya ini pasti karena atas dasar kecemburuan Bunda Siti Sarah yg belum dikarunia seorang putra, dugaannya seperti itu.
Setelah sampai disebuah gurun pasir, Nabiyullah Ibrohim melangkah pergi meninggalkan istri dan putranya disana, setelah Nabiyullah Ibrohim melangkah agak jauh, Bunda Siti Hajar mengejarnya sambil menggendong bayinya seraya berteriak, wahai suamiku, mengapa engkau tega meninggalkan kami berdua disini, bagaimana kami bisa bertahan hidup...???
Nabi lbrahim A.S tak bergeming terus saja melangkah, tanpa menoleh sedikitpun, seolah tak menghiraukan teriakan Bunda Siti Hajar, Nabiyullah lbrohim terus berjalan dengan berurai air mata yg membasahi kedua pipinya, pergolakan batin yg bergejolak antara pengabdian pada sang kholiq dan rasa cinta serta kasih sayang pada istri dan putranya.
Bunda Siti Hajar terus berlari mengejarnya sambil menggendong putranya, Bunda Siti Hajar sudah mulai lelah, lalu beliau berteriak dan teriakan itu menggetarkan langit, Wahai Suamiku, Ayahanda lsmail, apakah yang kau lakukan ini karena perintah Tuhanmu?!?
Mendengar kalimat itu, Nabiyullah Ibrahim seketika menghentikan langkahnya, duniapun seolah ikut berhenti berputar, anginpun ikut berhenti tak berhembus, sedangkan para Malaikat yg menyaksikan peristiwa itupun ikut terdiam menanti sebuah jawaban, semua terkesiap mendengar pertanyaan itu.
Kisah Indah yang Menggetarkan Langit
Secepatnya Nabi lbrahim menghapus air matanya dan berbalik memandang Ibunda Siti Hajar seraya berkata ya, ini perintah Tuhanku.
Saat itu juga Bunda Siti Hajar menghentikan langkahnya, seraya berkata, jika ini memang perintah Tuhanmu, pergilah Suamiku, tinggalkan kami disini, jangan khawatirkan kami berdua, ALLAH pasti akan menjaga kami...
Lantas Nabiyullah Ibrohim pun beranjak pergi melanjutkan perjalanannya.
Setelah sosok Nabiyullah lbrohim tak nampak lagi, Ibunda Siti Hajar bangkit, berjalan sambil menggendong putranya, berhari-hari beliau disana, menahan lapar dan dahaga, tak ada sesuatu yg bisa dimakannya, air susunya pun tak bisa keluar, sehingga puteranya menangis, Bunda Siti Hajar bingung berjalan kesana kemari, beliau berusaha untuk mencari sesuatu untuk diberikan kepada putranya, setelah lelah, beliau letakkan bayi lsmail disuatu tempat, sementara itu, beliau sendiri mondar-mandir berlari-lari kecil, antara Bukit Shofa dan Marwa sambil berdo'a kepada Allah SWT, tiba-tiba saat itu juga diantara hentakan kaki Nabiyullah lsmail yg sedang menangis keluarlah mata air yg sangat jernih, melihat hal itu Ibunda Siti Hajar sangat gembira sambil berucap zumi-zumi sambil tangan beliau mengumpulkan air yg keluar dari hamparan pasir bekas hentakkan kaki putranya itu, yg sekarang tempat itu dikenal dg sumur zam-zam, beliau sangat bersyukur kepada ALLAH SWT.
Sejak saat itulah, ditempat tersebut mulai ada nafas kehidupan, semakin hari semakin besar pula sumber mata air tsb, yg pada akhirnya banyak kafilah-kafilah yg berdatangan dan menetap disana.
Setelah belasan tahun Bunda Siti Hajar beserta putranya disana, datanglah Nabiyullah Ibrahim mengunjungi mereka berdua, melihat putranya yg sudah besar, sehat, rupawan dan sholeh, Nabiyullah lbrahim sangat bahagia, beliau sangat menyayangi putranya yg beliau dapatkan saat beliau berusia 100 tahun.
Subhanallah, saat keluarga Nabiyullah lbrohim tengah berbahagia, karena mereka telah berkumpul kembali, setelah berpisah sekian lama, maka pada saat itu datanglah perintah Allah SWT untuk menguji kekuatan cinta dan kesetiaan Nabiyullah lbrohim kepada sang Khaliq.
Hari Tarwiyah dan Hari Arafah
Pada tanggal 8 Dzulhijjah ( yaumu tarwiyah ) beliau bermimpi menerima perintah dari ALLAH untuk menyembelih putra kesayanganya.
Pada tanggal 9 Dzulhijjah (yaumu arofah) Nabi Ibrahim A.S merasa yaqin jika mimpi itu adalah perintah dari Allah, beliau Ridha menerima kehendak Allah SWT, maka beliau sampaikan mimpi itu kepada Sang Istri jika dirinya menerima perintah dari ALLAH untuk menyembelih Ismail putra semata wayangnya, wahai Suamiku, jika itu benar perintah dari Tuhanmu, maka laksanakan, aku Ridho berkorban untuk Robbku. Jawab Ibunda Siti Hajar dengan tegas.
Kemudian Nabiyullah Ibrahim menyampaikan mimpi itu kepada Nabi Ismail sang putra kesayangannya, jika dirinya menerima perintah dari Allah untuk menyembelih putranya, mendengar penuturan sang ayah, Nabi Ismail pun menjawab dg tegas tanpa sedikitpun ada keraguan dihatinya, Wahai Ayah, jika itu memang benar perintah dari Tuhanku, maka laksanakan lah Ayah, aku Ridho menjalani perintah itu.
Tapi ada permintaanku Ayah, sebelum Ayah menyembelihku kata Nabiyullah Ismail.
"Katakan wahai Putraku," jawab Nabi Ibrahim AS.
Bawalah aku ditempat yg jauh agar Ibu tidak melihat saat Ayah menyembelihku, dan gunakan pisau yg sangat tajam Ayah, agar aku tidak merasa sakit Ayah...
Pada 10 Dzulhijjah berangkatlah Nabi Ibrahim AS bersama putranya Nabi lsmail AS ke sebuah bukit, untuk melaksanakan perintah ALLAH SWT, dg penuh keyakinan beliau melakukan pengorbanan untuk membuktikan pengabdian cinta dan kesetiaannya pada Sang Kholiq, disaat sebilah pisau tajam itu digoreskan ke leher Nabiyullah lsmail, sambil mengumandangkan takbir Subhanallah sebuah keajaiban terjadi saat itu juga ALLAH mengganti posisi Nabi lsmail dg seekor domba yg besar, sehingga sampai saat ini setiap tanggal 10 Dzulhijjah disebut yaumu nahr 'iedul qurban disunnahkan untuk menyembelih hewan kurban.
Allahu Akbar Subhanallah... betapa mulia Keluarga Nabi Ibrohim, inilah bentuk ketaatan dan cinta yg besar dari para Sang kekasih untuk yg maha pengasih Allahu Robbi.
Ini sekadar tulisan tentang kisah teladan keluarga Nabiyullah Ibrahim AS yang penuh hikmah, mudah-mudahan bisa menjadi motivasi buat kita semua, ikhlas dan sabar dalam menjalani perintah serta kehendak Allah SWT untuk meraih Ridha-Nya.
Semoga ada manfaatnya, al'afwu minkum.