Terduga Teroris di Brondong Lamongan, Warga Melihat Sikap Aneh
Satu keluarga terduga teroris, pasangan suami istri dan dua anak yang masih kecil, diamankan Densus 88. Mereka menghuni rumah kontrakan dua lantai milik Hj. Sutina di Kelurahan Brondong, Kecamatan Brondong, Lamongan, Jawa Timur. Peristiwa itu terjadi pada Kamis 22 Agustus 2019 pukul 20.00 WIB.
Kepala keluarga terduga teroris tersebut diketahui bernama Beni. Pria 25 tahun itu merupakan warga Kelurahan Brondong Gang V, lokasinya tak jauh dari rumah kontrakan yang menjadi lokasi penangkapan.
Beni menunjukkan sikap yang tak biasa di mata warga sekitar. Menurut pengakuan Nur Wachid, Ketua RT 03 Kelurahan Brondong, gerak-gerik Beni sehari-hari menunjukkan sikap yang aneh. Sikap itu mulai terendus warga setelah dia menikah.
Saat masih bujangan, warga mengenal Beni sebagai pemuda yang baik, dan sangat familiar dengan siapapun. Namun perubahan sikap Beni begitu mencolok setelah menikahi gadis pujaannya, warga Desa Ngowa, Kecamatan Blimbing, Lamongan.
"Dulu waktu masih lajang, dia (Beni) sangat ramah dengan warga. Tapi setelah nikah mendadak sikapnya jadi tertutup. Ya ada perubahan dari sikapnya sehari-hari," ujar Nur Wachid, Minggu 25 Agustus 2019.
Menurut Nur Wachid, setelah menikah Beni tinggal di rumah sang istri, dan menetap di rumah mertuanya. Sejak itu warga jarang berketemu dengan Beni.
Beni kemudian memutuskan hidup mandiri dengan ngontrak di rumah Hj. Sutina.
"Setelah ikut mertuanya, kami tidak tahu lagi apa kegiatannya, dengan siapa dia bergaul, kemudian beberapa tahun belakangan ini dia ngontrak di rumah Hj. Sutina," ungkap Nur Wachid.
Semula Beni tak menunjukkan prilaku yang mencurigakan di mata warga. "Alasannya dia ngontrak rumah ingin hidup mandiri, karena sudah berkeluarga. Jadi warga tidak menaruh curiga. Termasuk saya juga tidak begitu memperhatikannya," ungkap Nur Wachid.
Namun Beni jarang beraktivitas maupun membaur dengan warga. Dia hanya nampak rajin salat berjemaah dan kerap mengisi ceramah di masjid sekitar.
"Beni hanya keluar pada saat tertentu saja, seperti pada waktu salat berjamaah dengan warga sekitar di masjid kampung yang hanya berjarak 50 meter dari rumah kontrakan," terang Nur Wachid.
Beni juga kerap memberikan ceramah agama kepada jemaah salat subuh yang hadir di masjid dekat kontrakannya.
"Orangnya pintar, suka memberikan ceramah kalau habis salat subuh, tapi dia terlihat aktifitas dengan warga ya pada saat itu saja, kalau nggak salat ya beri ceramah," imbuh Nur Wachid.
Menurut pengakuan sang pemilik kontrakan, Hj. Sutina tidak menaruh curiga, saat Beni mengontrak di rumahnya.
"Saat dia (terduga teroris) mau ngontrak, sempat saya tanya kenapa kok ngontrak? Tetapi jawabannya ingin hidup mandiri tak mau merepotkan mertua. Jadi saya memaklumi dan tidak menaruh curiga," ujar Hj. Sutina.
Keluarga Beni dikenal tertutup dan jarang membaur dengan warga, meski sudah menghuni rumah kontrakan kurang lebih selama 2,5 tahun. Hal tersebut membuat warga merasa ada yang aneh dari keluarga Beni.
"Istrinya saya lihat pakai cadar. Padahal warga sini sangat membaur satu sama lain sama tetangga, tapi pintu rumahnya selalu tertutup jadi jarang bisa bertemu. Kalau mas Beni, saya tahunya dia bekerja di TPI Brondong," ungkap Hj. Sutina.