Terdapak Corona, Ratusan Ribu Driver Ojol Kehilangan Penghasilan
Ratusan ribu driver ojek online (Ojol) di Jakarta terpaksa parkir motor alias berhenti beroperasi. Dengan diberlakukannya Physical Distancing, lebih dari 75 persen driver kehilangan penghasilan.
Semula driver Ojol berharap sepinya penumpang akan ditutupi melalui jasa yang lain seperti Go Food, Go Shop, Go Send maupun Go Mart, Grab zecpress. Namun, harapan itu sirna. Karena, sejumlah restoran maupun rumah makan yang menjadi mitra driver Ojol banyak yang tutup.
Di sekitar Stasiun KA Palmerah dan Stasiun Tanah Abang yang sebelumnya menjadi pangkalan ojek berebut order, sekarang tampak sepi. Hanya beberapa driver yang bertahan. Sebagian besar sudah memarkir motornya di rumah, sebagian lagi pulang kampung.
.
Goli, salah seorang driver Ojol di stasiun Pamerah Senayan Jakarta Pusat mengatakan, corona membuat banyak orang menderita.
"Andalan driver ojek separti saya adalah penumpang. Kalau penumpangnya dikunci tidak boleh keluar, ya susah lah," katanya.
Driver Ojol asal Brebes, Jawa tengah ini mengaku dari pukul 06.00 sampai tengah hari baru dapat satu orderan dari Palmerah ke RS Pelni Jl Patemburan. Itu pun dapat Rp10 ribu.
Bapak empat anak ini tidak bisa membayangkan apa yang terjadi kalau semua Ojol harus memarkir motornya di rumah gara gara Corona.
"Kalau lockdown diberlakukan pertanda petaka bagi driver Ojol. Beruntung pegawai kantor kerja dari rumah tetap dapat gajian. Kalau tukang ojek seperti saya dapat dari mana. Sedang dapur kan harus terus ngepul, belum lagi harus bayar bulanan rumah dan tagihan cicilan motor. Apa gak stres," katanya, Minggu, 29 Maret 2020.
Goli, meskipun dituakan sebagai koordinator driver Ojol wilayah Jakarta Barat, mengaku tidak tahu jumlah Ojol yang ada Jakarta. "Perkiraan saya Ojol di Jakarta ada sekitar 750 orang," katanya.
Saat ini, asosiasi pengemudi ojol pun tidak memiliki data atau catatan jumlah pasti mitra pengemudi.
Menurutnya, perusahaan aplikator juga tidak mau membuka data jumlah tersebut. Ada yang memproyeksikan jumlah pengemudi ojek daring sekitar 2,5 juta orang. Adapun, simpatisan Garda mencapai 200.000 mitra ojek daring di seluruh Indonesia.
Di tengah sepinya order, Grab dikhabarkan menggalang pendanaan dari tunjangan yang diterima karyawan untuk membantu mitra pengemudi terdampak pandemi corona.
Pengemudi taksi dan ojek online tergolong rentan terpapar virus corona, karena bertemu dengan banyak orang. Karenanya, Grab memberikan bantuan dana Rp1,5 juta hingga Rp3 juta per mitra yang positif covid-19.
Managing Director Grab Indonesia, Neneng Goenadi mengatakan, perusahaannya menggalang pendanaan untuk membantu mitra pengemudi yang terinfeksi covid-19. Bantuan juga diberikan kepada mitra yang pendapatannya turun akibat pandemi corona.
"Saat situasi pandemik corona ini, kami tidak dapat memungkiri bahwa semua bisnis terdampak," kata Neneng secara tertulis, Minggu 29 Maret 2020.
Karena itu, perusahaan menyediakan program GrabCare. Program itu diberikan kepada mitra pengemudi yang masuk kategori Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan dikarantina di rumah sakit (RS), juga yang terjangkit covid-19. “Bantuan keuangan Rp1,5 juta untuk GrabBike dan Rp3 Juta GrabCar," katanya.
Selain itu, perusahaan juga menyediakan asuransi Mandiri In-Health bagi para mitra GrabCar, yang mencakup klaim terkait Covid-19 untuk pemeriksaan medis, konsultasi dokter, rontgen dada, dan tes darah secara berkala.
Neneng mengatakan, seluruh karyawan di berbagai negara dapat menyumbangkan tunjangan pribadi mereka (GrabFlex) melalui Dana Bantuan Covid Regional untuk mitra. Donasi ini dibuka mulai 24 Maret hingga 7 April 2020.
Untuk mendukung program tersebut, Grab berjanji melipatgandakan donasi yang diberikan oleh setiap karyawan.
Perusahaan juga meningkatkan opsi nominal tips untuk mitra pengemudi mulai dari Rp2 ribu hingga Rp50 ribu.
Advertisement