Terdampak Pandemi, Penjual Kurangi Jumlah Hewan Kurban
Pandemi covid-19 berdampak ke semua aspek, salah satunya pada penjualan hewan kurban. Pasalnya, penjualan hewan kurban tak selaris tahun lalu, sehingga penjual memilih untuk mengurangi jumlah hewan kurban yang mereka jual.
Diketahui, Idul Adha atau Hari Raya Kurban tahun ini jatuh pada tanggal 31 Juli 2020. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pada 2020 ini kurban dirayakan di masa pandemi covid-19. Hal ini berdampak pada daya beli masyarakat yang menurun.
Maka itu, pengurangan jumlah hewan kurban harus mereka lakukan untuk menyiasati agar terlalu merugi. Salah satu yang melakukan melakukan hal itu adalah Husni Hidayat, pedagang sapi kurban di Jl. Nginden Semolo, Nginden Jangkungan, Kecamatan Sukolilo. Husni mengaku, pada tahun sebelumnya ia menjual 350 ekor sapi, tapi sekarang hanya 150 ekor.
“Menyikapi pandemi ini kami nggak berani jual banyak, cuma 150 ekor saja. Tahun ini banyak masjid yang nggak beli, biasanya per masjid bisa sampai 15 ekor. Tahun kemarin pun saya buka dua tempat, sekarang cuma satu,” kata Husni kepada Ngopibareng.id pada Kamis, 23 Juli 2020.
Sapi yang dipajang di lapak Husni terdiri dari beberapa jenis. Antara lain Jawa lokal, Brhama, Limosin, dan Madura. Husni menyebut, sapi yang paling diminati pembeli adalah sapi yang berbobot 1 ton lebih.
Sementara itu, mengetahui kondisi perekonomian warga yang tidak stabil, Husni juga menurunkan harga pasaran sapi. Jika pada tahun 2019 silam sapi dengan berat 1 ton dibanderol Rp 75 juta, untuk saat ini harganya dikurangi menjadi Rp 60 juta saja.
Sementara untuk harga keseluruhan berada di kisaran Rp20 juta hingga Rp 65 juta, tergantung beratnya. Pembeli pun bisa bernegosiasi untuk harga yang tepat.
“Kami jualnya berdasarkan berat, tetapi harga pasaran kacau karena pandemi, maka itu harga kami turunkan, tergantung negonya. Meskipun harga turun, kesehatannya tetap kami perhatikan,” tambahnya.
Untuk memastikan sapi yang ia jual sehat, setiap satu bulan sekali dia memanggil dokter hewan langganan untuk mengecek kondisi kesehatannya. Bahkan, untuk pakannya sendiri, Husni memilih bahan alami tanpa pengawet sehari tiga kali. Seperti jerami, ampas tahu, dan biji kedelai. Husni memberi makan sehari tiga kali.
“Kami menjaga betul kesehatannya, setiap satu bulan ada dokter hewan yang mengecek kesehatannya,” ujarnya.
Senada dengan Husni, Akhmad Masnurul Hamid, penjual kambing kurban di Jl. Sidosermo III No. 22A menyatakan bahwa pada tahun 2020 ini ia hanya mengurangi jumlah kambing hingga separo dari tahun lalu. Pengurangan jumlah hewan ini diambilnya untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
“Kami tahun kemarin jual 80 ekor kambing, tahun ini cuma 40 ekor. Kami tidak mau mengambil risiko, banyak langganan masjid yang tidak beli karena pandemi ini,” beber Hamid.
Untuk harga kambing, Hamid menyebutkan tidak ada pengurangan. Baik kambing berjenis Jawa, Jawa Randu, dan peranakan Etawa dijual pada kisaran Rp2,4 juta hingga Rp 5 juta. Harga ini berdasarkan ukuran besar kecilnya kambing yang diukur dari penglihatan mata.
Hamid pun memiliki dokter hewan langganan yang biasa mengecek kondisi kesehatan kambing. Setiap harinya Hamid memberi makan dua kali sehari dan membersihkan kandangnya setiap pagi dan sore.
Lebih miris lagi, sejak April 2020 banyak pesanan kambing yang dibatalkan dan ditunda. Kendati begitu, Hamid tetap bersyukur.
“Harga kambing kami buat sama dengan tahun lalu, ini pandemi masak harganya dikurangi. Jualnya bukan karena berat, tapi dari ukuran besar kecilnya kambing yang bisa dilihat langsung. Kami juga menjaga kesehatan dan kebersihannya, ” jelasnya.
Hamid menambahkan, bahwa sampai saat ini tidak menemui kendala berarti mengenai pakan hewannya. “Pakannya kami kasih kangkung dan rumput. Kendalanya rumput saat musim kemarau ini jarang. Meskipun begitu Alhamdulillah masih dapat walau nyari hingga Sidoarjo,” terangnya.