Terbuka Bicara Pilwali, Rekomendasi Risma Diterima Megawati?
Berbalut baju batik kombinasi warna coklat dan hijau. Dipadu dengan jilbab hitam bermotif dan celana kain, Walikota Surabaya, Tri Rismaharini akhirnya menggelar konferensi di rumah dinasnya, Jumat 28 Agustus 2020 sore kemarin. Konferensi pers ini sempat tertunda berjam-jam. Namun akhirnya, Risma sapaan akrab Tri Rismaharini muncul juga.
Saat menemui jurnalis yang sudah lama menunggunya, wajah Risma tampak sumringah. Matanya nampak lebih berbinar, seolah memperlihatkan kelegaan. Padahal dia memakai masker berwarna abu-abu. Namun, ekspresi lega di wajahnya tetap tak bisa ditutupi. Ekspresi Risma yang semacam ini sangat jarang ditemui, saat Surabaya mengalami awal pandemi Covid-19.
Saat wawancara dengan wartawan pun, Risma bicara lebih terbuka soal pemilihan Walikota Surabaya. Pemilihan Walikota Surabaya rencananya akan digelar 9 Desember 2020 nanti. Sikap Risma yang seperti itu, berbeda dengan biasanya. Biasanya, kalau sudah ditanya soal pemilihan Walikota Surabaya, Risma seringnya lebih suka menghindar.
Entah apa yang membuat Risma bisa bicara lebih terbuka sore kemarin. Pagi sebelumnya, DPP PDIP dikabarkan sudah memberikan rekomendasi, siapa yang bakal menjadi calon Walikota Surabaya dari partai berlambang banteng moncong putih ini. Apakah sikap Risma yang rileks dan terbuka ini karena jagoannya Risma diterima DPP PDIP? Entahlah, hanya Risma dan kalangan elit PDIP yang tahu.
Soal siapa nama calonnya, Risma pun masih tutup mulut. Risma masih tetap tak mau menjawab. Meski begitu, dia akhirnya bicara mengalir tentang proses pemilihan calon yang akan menggantikannya.
"Saya rasa semua anggota DPP juga diminta saran dan urun rembuk. Bukan hanya saya saja, sebagai walikota yang akan diganti," kata Risma.
Kata Risma, meski sudah memberikan saran dan urun rembuk, dia menyebut bahwa semua keputusan siapa nama yang akan dicalonkan, PDIP tetap ada di tangan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.
"Memang semua hak prerogratif ada di Ketua Umum PDIP. Karena dalam aturan di PDIP, ada pasal-pasal yang mengatur soal urun rembuk dan lain-lain. Terkait kepastian, keputusannya ada di ketua umum," jelas Risma.
Dalam urun rembuk soal siapa nama yang bakal dicalonkan PDIP, Risma mengaku menyodorkan sosok yang dianggap visioner. Tentu saja dia tetap tak mau menyebutkan nama siapa sosok itu. Menurutnya, nama yang direkomendasikannya itu adalah sosok yang visioner dan bisa menerjemahkan semua keinginan Ketua Umum PDIP.
Risma pun mengenang perjalanannya sekitar 2010 lalu. Saat itu, Risma pertama kali maju jadi calon Walikota Surabaya. Risma bercerita, saat itu dia jarang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati. Meski jarang bertemu, Risma berani menawarkan program yang ia punya. Ia juga mengklaim, saat itu tak meminta untuk dipilih menjadi calon Walikota Surabaya.
Dengan sumringah Risma bercerita, Megawati ternyata senang program e-budgeting yang ditawarkannya. Dengan e-budgeting itu, Risma yakin Surabaya bisa membangun banyak hal untuk kepentingan warga. Padahal APBD yang dimiliki Surabaya tak terlalu besar untuk ukuran kota bisnis nomor dua se-Indonesia,
"Pada 2015 orang, bingung kok rekomendasi saya tidak turun-turun kan. Ya kita serahkan ke Tuhan. Jadi memang yang memegang rules-nya Ibu Mega. Bagaimana bisa mengejawantahkan pikirannya. Tadi saya lihat waktu video conference, ada Bu Mega. Bu Mega itu orangnya sangat sangat visioner. Apa yang dia inginkan harus kita juga lakukan," katanya.
"Dahulu sebelum lakukan e-budgeting di Surabaya, Bu Mega sudah duluan. Saat jadi presiden. Ada keputusan Menteri Dalam Negeri tentang penggunaan e-budgeting itu. Lebih tepatnya penerapan anggaran berbasis kinerja. Itu yang kita gunakan di Surabaya. Nah, itu sudah dicanangkan Bu Mega duluan. Beliau itu visioner betul. Kadang kan orang tidak menyadari itu. Tapi setelah dibuka, oh iya betul Ibu Mega," imbuhnya.
Dia pun berharap, Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri bisa tahu siapa sosok yang ia maksud.
"Ya nanti kita lihat. Mestinya Bu Mega tahu sosok itu. Waktu saya dulu 2010 saya juga tidak tahu. Ternyata Ibu berkenan dan pirso (mengetahui). Kita serahkan semuanya ke Tuhan Yang Maha Kuasa," katanya.
Tak terasa, wawancara pun sudah berlangsung satu jam lebih. Risma pun kemudian keluar ruangan. Dia menuju ke taman yang terletak di bagian samping rumah dinasnya. Luasnya kurang lebih 50 meter persegi. Di taman itu, berbagai jenis ia tanaman ia tanam.
Tak hanya tanaman hias, ubi jalar pun ia rawat. Risma menerangkan, dia menanam ubi jalar tak hanya di rumah dinasnya. Tapi juga di tempat lain. Dia beralasan menanam ubi jalar untuk kepentingan ketahanan pangan Surabaya.
"Kami tanam ketela pohon, ubi jalar dan jagung di beberapa tempat di Surabaya. Entah sudah berapa hektar. Ini untuk ketahanan pangan di tengah pandemi," kata Risma.
Secara cekatan ia langsung mengambil selang air yang panjangnya kurang meter lebih lima meter. Ia langsung berkeliling kebun mungilnya itu untuk siram-siram. Khas ibu-ibu Indonesia ketika sore hari. Seolah, menunjukan hati yang tenang dan lega.
Advertisement