Terapkan Strategi Barbar? Adab Berpolitik Menurut Imam Al-Ghazali
Syaikh Imam yang arif dan alim bernama Zainuddin yang bergelar Hujjatul Islam dan Syaraful Ummah alias Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali ath-Thusi r.h. memberi nasihat kepada seorang penguasa bernama Muhammad bin Malik Syah:
(Berikut merupakan Pengantar dalam Kitab Adab Berpolitik karya Imam Al-Ghazali)
“Ketahuilah, wahai Sultan yang berilmu, penguasa belahan timur dan barat, bahwa sesungguhnya Allah telah menganugerahi Anda kenikmatan yang nyata dan banyak. Karena itu, Anda wajib mensyukurinya. Anda harus menyiarkan serta menyebarluaskannya. Siapa tidak mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang Mahaagung pujian-Nya dan yang Mahasuci asma-Nya berarti ia benar-benar telah menyodorkan nikmat-nikmat tersebut untuk lenyap, dan kelak pada hari Kiamat ia akan merasa malu atas kelalaiannya ini. Setiap kenikmatan pasti akan musnah oleh kematian.
Di mata orang berakal, kenikmatan-kenikmatan itu tidak ada nilainya. Di mata orang cerdas, semua itu tidak penting. Sebab, betapapun panjangnya usia pasti ada batasnya. Percuma usia panjang jika hanya lewat dan berakhir begitu saja. Nabi Nuh a.s. hidup seribu tahun lebih. Sejak kematiannya hingga sekarang sudah lima ribu tahun, dan kurun waktu selama itu seolah-olah seperti tidak pernah ada.
Nilai kenikmatan yang abadi dan akan terus langgeng sepanjang siang dan malam adalah nikmat iman yang merupakan benih kebahagiaan abadi. Inilah nikmat yang langgeng. Allah yang kekuasaan dan kalam-Nya begitu besar, serta nikmat-Nya begitu banyak, telah menganugerahi Anda nikmat iman tersebut. Dia telah menanamkan benih iman ke dada Anda yang jernih dan menitipkannya ke hati serta jiwa Anda.
Allah menghendaki Anda merawat benih ini dan memerintahkan Anda menyiraminya dengan air ketaatan agar tumbuh jadi sebatang pohon yang akarnya kuat di bawah dasar bumi dan dahannya menjulang tinggi ke langit, sebagaimana difirmankan oleh-Nya dalam surah Ibrahim ayat 24: Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik. Akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.
Iman sebagai Akar Pohon
Kalau iman sebagai akar pohon ini tidak kuat dan didalamnya rapuh dikhawatirkan akan mudah diterpa angin kematian dan badai kemusnahan sehingga ia tercabut pada embusan napas yang terakhir. Seorang hamba boleh jadi masih hidup, tapi kita berlindung kepada Allah jika tanpa iman, sehingga kelak ia akan bertemu Tuhannya tanpa membawa kebaikan,”
“Ketahuilah, wahai Sultan, sesungguhnya pohon iman ini memiliki sepuluh akar dan sepuluh dahan. Akarnya adalah keyakinan akan surga dan dahannya adalah mengamalkan rukun-rukun. Rupanya ulasan tentang sepuluh akar dan sepuluh cabang pohon iman ini bisa diterima dan sering dibahas di forum-forum ilmiah tingkat tinggi, dan Anda wajib merawatnya. Disebut merawat pohon itu dengan benar kalau Anda bersedia menyisihkan waktu sehari dalam sepekan untuk mengamalkan urusan akhirat, yakni pada hari Jumat.
"Jumat adalah hari orang-orang beriman. Di dalamnya ada waktu sangat mulia. Setiap orang yang memanjatkan keperluan kepada Allah pada waktu itu dengan niat yang sungguh-sungguh dan hati yang bersih, niscaya Allah Yang Mahaagung akan memenuhi keperluannya itu, dan doanya tidak dikecewakan.
“Alasan mengapa Anda harus menyisihkan secara khusus waktu satu hari dalam sepekan guna berkhidmat kepada Tuhan Anda, karena hal itu seperti perumpamaan berikut: Anda memiliki seorang budak yang Anda perintahkan hanya satu hari saja dalam sepekan untuk melayani Anda dengan segenap kekurangannya selama enam hari yang lain, tetapi kemudian ia berani menentang Anda. Bagaimana penilaian Anda terhadapnya? Padahal jelas bahwa Anda bukan yang menciptakannya. Ia hanya hamba atau budak Anda dalam pengertian majaz atau kiasan saja.
“Anda, wahai Sultan, adalah seorang hamba yang diciptakan oleh Sang Pencipta, Allah Ta'ala. Anda hambaNya dalam arti sebenarnya. Tentu Allah tidak rela terhadap Anda sebagaimana Anda tidak rela terhadap budak Anda tersebut.
“Niatlah berpuasa pada malam Jumat. Jika sehari sebelumnya Anda menambahkan berpuasa pada hari Kamis, itu lebih utama. Shalatlah subuh pada hari Jumat. Mandilah dan kenakan pakaian yang memiliki tiga ciri—halal, bukan dari bahan sutra terbaik, dan boleh digunakan untuk shalat. Pada musim kemarau Anda kenakan pakaian buatan Dabig, atau pakaian bordir, atau pakaian yang terbuat dari bahan biji pohon rami. Pada musim penghujan, Anda kenakan pakaian sutra dan pakaian dari bahan wol Romawi. Setiap pakaian yang tidak memiliki ciri seperti itu tidak disukai oleh Allah.
“Shalatlah subuh berjamaah. Jangan berbicara hingga matahari terbit. Jangan palingkan wajah Anda dari arah kiblat. Putarlah butir-butir tasbih di tangan Anda sambil membaca La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah (Tidak ada tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah) sebanyak seribu kali. Ketika matahari sudah terbit, suruh seseorang membacakan kitab ini kepada Anda. Demikian pula suruh ia membacakan kitab ini kepada Anda setiap pekan, dan simpan selalu kitab ini dalam tas Anda. Selesai ia membacakan kitab ini, shalatlah empat rakaat dan bertasbihlah hingga waktu dhuha, karena pahala shalat ini sangat besar, terutama pada hari Jumat.
“Jika Anda sedang duduk di kursi kebesaran Anda, atau Anda sedang sendirian, bacalah shalawat “Allahumma shalli ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad' secara berturut-turut. Jika Anda bisa bederma pada hari itu, bedermalah. Jadikan satu hari selama sepekan ini untuk Allah, niscaya Dia akan menjadikan enam hari lainnya dalam sepekan untuk melebur dosa Anda”
Demikian wallahu a'lam.
Advertisement