Terapkan Mestakung, Haedar: Kita Berjalan dengan Niat Kebaikan
Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengapresiasi dan berterimakasih atas kerjasama tripartite antara Universitas Gajah Mada (UGM) , Muhammadiyah dan Tahir Foundation dalam gerakan Filantropi Pemberdayaan Umat.
"Ketika banyak orang cemas dengan kesenjangan sosial dan dampaknya kemudian ada komitmen pemerintah mengatasi hal itu. Ada semacam oase yakni Tahir yang hadir untuk berbagi menggerakan masyarakat lewat gerakan filantropi yang jika dalam gerakan Muhammadiyah adalah gerakan Al Maun," ujar Haedar, dalam keterangannya diterima ngopibareng.id, Senin (5/3/2018).
Dengan adanya kerjasama ini, Haedar berharap menjadi jalan produktif dalam membawa Indonesia yang berkemajuan.
"Di atas banyak orang cemas bahwa sesungguhnya peluang membangun Indonesia sangat besar. Muhammadiyah hadir puluhan tahun untuk melakukan gerakan inklusif. Siapapun yang sengsara di tolong Muhammadiyah tanpa melihat suku, ras dan agama," jelas Haedar.
Haedar berharap, kerja ini akan menjadi tonggak kedepan kultural pemberdayaan, tetapi juga punya kekuatan karena didukung semua pilar.
“Pak Tahir memberi contoh bahwa rezeki mereka menjadi bagian dari rezeki rakyat Indonesia yang dibagi secara alamiah. Jika kita jalan baik, semesta akan turut mendukung," imbunya, saat Talkshow Filantropi Untuk Pemberdayaan Umat di Grha Sabha Pramana UGM Yogyakarta, Kamis (1/3) tentang Mestakung (Semesta mendukung).
Sedangkan ketika di tanya oleh Najwa Shihab, selaku Moderator Talkshow, mengenai umat yang berdaya, Haedar menjabarkan bahwa umat yang berdaya adalah umat yang tau bahwa dirinya tak beruntung dan sadar ketidakberuntungannya itu bisa berubah oleh mereka sendiri sehingga tidak punya mentalitas tangan di bawah.
"Yang kedua sesempit apapun jalan mereka, mereka selalu punya ikhtiar, sehingga ketidakberuntungannya itu melahirkan energi untuk berbagi dengan rasa bertanggung jawab dan mereka tetap punya pranata sosial yang kuat," papar Haedar.
Terakhir Haedar mengatakan, umat yang berdaya itu umat yang punya spirit kemajuan. "Orang Indonesia sesungguhnya punya jiwa prihatin untuk maju, cuma energi ini tidak pernah digali dan dikaji. Dan malah dikalahkan oleh energi-energi penyakit," pungkas Haedar. (adi)
Advertisement