Terapkan Lockdown, Penduduk Negara Ini Pakai Gelang Pelacak
Sejumlah negara menggunakan gelang pelacak elektronik untuk mencegah penduduknya keluar dari rumah selama masa karantina berlangsung.
Bulgaria adalah negara yang paling baru menerapkan teknologi ini. Sebanyak 50 orang di Sofia akan menggunakan gelang yang mampu mengetahui lokasi mereka menggunakan teknologi GPS, dalam masa uji coba.
Bulgaria menggunakan gelang tangan buatan Comarch yang dikembangkan di Polandia. Selain mendeteksi lokasi, gelang juga bisa membaca detak jantung dan bisa digunakan untuk menghubungi ambulans dan layanan darurat yang lain.
Sebelumnya Korea dan Hong Kong telah menggunakan teknologi serupa untuk menegakkan aturan karantina. Korea selatan mewajibkan warganya yang ketahuan kabur saat karantina, untuk meggunakan gelang tangan elektronik. Gelang itu bisa mengirimkan informasi kepada aparat jika pengguna meninggalkan rumah atau berusaha melepas gelang. Di Hong Kong, gelang akan mengirimkan informasi pada polisi jika digunakan keluar rumah.
Ada pula Belgia yang menerapkan gelang pelacak untuk menegaskan tujuan social distancing. Gelang akan bergetar jika berada terlalu dekat dengan penduduk lain yang juga mengenakan gelang yang sama.
Di Lichtenstein, di mana satu dari 10 penduduk diberikan gelang untuk melacak suhu tubuh, pernapasan, dan detak jantung. Informasi itu akan dikirimkan ke laboratorium di Switzerland untuk penyelidikan lanjutan. Hingga saat ini terdapat 38 ribu penduduk yang telah menggunakan gelang ini.
india juga mengumumkan akan memproduksi ribuan gelang untuk mendeteksi lokasi dan suhu badan bagi warganya yang ada di karantina.
Meski memiliki sisi positif dalam menegakkan aturan social distancing dan karantina, sejumlah aktivis, termasuk organisasi Privacy International, mengingatkan jika pandemi corona bisa digunakan sejumlah pemerintahan untuk mengekang gerakan warganya.
Dialihbahasakan dari BBC, mereka mengingatkan jika upaya menggunakan gelang pelacak tersebut harus diterapkan secara "sementara, sangat dibutuhkan, dan secara proporsional". Ketika pandemi usai, upaya seperti itu harus diakhiri," kata Privacy International dalam blognya.