Terapi Lintah ala China, Dipercaya Obati Kista hingga Covid
Pada Sabtu, 12 Juni 2021 publik dikejutkan dengan kabar dari pesinetron Dinda Kirana. Setelah lama tak muncul di layar kaca, Dinda hadir dengan mengunggah kondisinya di sebuah rumah sakit. Dinda diketahui menderita penyakit kista.
Tahukah Anda, di antara beragamnya pilihan alternatif pengobatan, metode tradisional masih digemari. Salah satunya terapi lintah. Berbeda dengan terapi lintah pada umumnya, terapi lintah Wu Wei memiliki keunggulan tersendiri. Berikut penjelasannya:
Memadukan Terapi Lintah dengan Teknik TCM
Jika kebanyakan terapi lintah biasa hanya memanfaatkan lintah sesuai fungsinya secara ilmiah, lain halnya dengan terapi Wu Wei. Wu Wei menggunakan lintah sesuai fungsinya secara ilmiah dengan menggabungkannya pada teknik Traditional Chinese Medicine (TCM).
Di mana dalam praktiknya, jika ada seseorang yang sakit maka organ-organ tubuh yang bersinggungan dengan penyakit tersebut diperbaiki. “Manusia itu dianggap sebagai makhluk sempurna, jika ada yang sakit organ tubuhnya yang diperbaiki. Ini sesuai konsep TCM, metode pengobatan TCM tersendiri sudah diakui world health organization (WHO) dan terbukti akurat,” kata Shinshe Hadi Wijaya, Founder Terapi Lintah Wu Wei pada Senin, 14 Juni 2021.
Diagnosa Sebelum Diterapi
Sebelum dilakukan terapi, biasanya pasien akan didiagnosa terlebih dahulu. Diagnosa ini dilakukan dengan menanyakan keluhan, pola hidup, serta riwayat penyakit. Selain itu melakukan observasi melalui lidah, wajah, tangan, mata, dan nadi.
Di sisi lain, terapi lintah ini tidak dianjurkan bagi wanita hamil serta pengidap penyakit anemia. Bukan tanpa alasan, dikhawatirkan Hemoglobin (Hb)nya rendah. Akibatnya kondisi tubuh pasien menjadi semakin drop.
“Sebelum diterapi kami akan menanyakan riwat penyakti serta mengobservasi pasien. Hal ini mengetahui apakah memungkinkan pasien tersebut kami terapi atau nggak. Yang tidak boleh dilintah itu orang hamil dan penderita anemia kronis. Lintah itu mengeluarkan darah, nanti takutnya Hb pasien rendah, malah tidak bagus untuk tubuh,” kata pria kelahiran 1973 ini
Protein Hirudin Baik Bagi Tubuh
Lintah yang digunakan adalah Hirudinaria javanica. Spesies ini paling banyak ditemukan di Asia Tenggara. Terlebih mudah dikembangbiakkan di Indonesia lantaran cocok dengan iklimnya. Fokus utama dari terapi lintah adalah memperbaiki saluran pembuluh darah.
Saluran ini merupakan lalu-lalang darah yang berasal dari dan menuju ke jantung. Darah sendiri berperan penting dalam mengangkut oksigen, nutrisi, dan zat antibodi.
Prinsip kerja lintah adalah memasukkan air liurnya yang mengandung protein bernama hirudin. Zat ini mengandung segudang manfaat. Di antaranya mempelancar peredaran darah, meredakan nyeri, memberi efek anti-peradangan dan anti-mikroba.
Selain itu, mempercepat proses penyembuhan, memperbaiki organ yang rusak, merangsang pengeluaran sisa metabolisme tubuh, sebagai obat kanker, dan menekan pertumbuhan beberapa jenis tumor.
Obati Penyakit Kista hingga Covid
Prinsip utama terapi lintah memperbaiki organ tubuh manusia. Misalnya ada penyakit kista. Saat melakukan terapi, yang diperbaiki antara lain liver, dan juga organ di mana kista itu bersarang. Seperti di rahim.
“Untuk kista, organ yang di lintah ada dua. Contohnya kista rahim, maka nanti organ yang mengendalikan (rahim) nya akan di lintah. Selain itu juga organ liver yang berhubungan dengan tumor, tujuannya mencegah kista tumbuh lagi. Kami pernah menangani pasien dengan kista sepanjang 19 centimeter,” imbuh bapak keenam anak ini.
Selain itu untuk pencegahan penyakit Covid-19, lintah tidak serta memiliki antivirus untuk menetralkan Covid-19. Namun lintah mampu memperbaiki organ yang berhubungan dengan sistem imun manusia. Seperti liver, limpa, dan paru-paru. Sehingga terapi ini bisa mencegah terjangkitnya penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 itu.
“Untuk covid-19 saya nggak bilang bisa menyembuhkan, tetapi insya allah bisa mencegah. Lintah akan memperbaiki organ yang berhubungan dengan imunitas,” katanya.
Efek Samping Gatal
Untuk pengobatan terapi lintah bisa dilakukan seminggu sekali. Sedangkan, pencegahannya satu bulan sekali. Terapi lintah menimbulkan efek samping berupa gatal pada area tubuh yang telah dihisap lintah. Kendati demikian tak perlu cemas, untuk mengatasinya bisa dioleskan minyak tawon.
“Efek sampingnya ada rasa gatal, tapi itu bisa diatasi. Efek lainnya sedikit pembengkakan, dan demam. Jika terjadi demikian minum air kelapa hijau insyaallah sudah membaik,” katanya.
Di sisi lain, kendati menimbulkan efek demikian, Supki Mariyanah salah satu pasien terapi mengaku tak kapok melakukan terapi lintah. Bagi perempuan yang akrab disapa Ana itu terapi lintah meredakan keluhan nyeri yang dia derita.
“Waktu digigit lintah rasanya cekit-cekit kaya ditusuk jarum. Rasanya memang gatal setelah diterapi, tapi di badan rasanya enteng. Pegal dan nyeri hilang, saya sudah diterapi dua kali ini,” bebernya.
Hal serupa diungkapkan pasien lainnya, Faridl Darmawan. Faridl yang berprofesi sebagai dosen itu mengharuskannya duduk di depan layar komputer berjam-jam karena pembelajaran daring. Akibatnya punggungnya merasa nyeri dan pegal. Selain itu kakinya kesemutan. Setelah dilintah empat kali terapi, pria bertubuh kekar itu merasa membaik.
“Biasanya area kaki kesemutan, punggung dan pantat juga nyeri karena kelamaan duduk. Pasca diterapi rasanya lebih enteng, nyerinya hilang. Tapi ya gitu, ada rasa gatalnya,” ucapnya.
Wu Wei Terdaftar di HAKI
Wu Wei sendiri berasal dari filsafat China kuno. Secara harfiahnya berarti tidak bergerak. Namun, maksud yang sesungguhnya adalah memperbaiki organ tubuh manusia kembali pada fitrahnya semula. Tentunya agar organ tubuh yang terserang penyakit bisa kembali berfungsi dengan baik setelah diterapi Wu Wei.
Untuk bisa menemukan metode Wu Wei sendiri, pria asli Medan ini harus menempuh jalan panjang. Berbekal mengantongi ilmu akupuntur sejak kecil, Hadi mengambangkan teknik pengobatannya ke lintah. Hadi lantai mempelajari cara kerja lintah serta mendiskusikannya dengan beberapa rekannya yang berprofesi sebagai dokter.
Setelah tiga tahun melakukan kajian untuk mendapatkan metode yang tepat, pada 2014 Wu Wei pertama kalinya diujicobakan ke pasien. “Saya sebelumnya sudah mengenal pengobatan akupuntur sejak saya kecil. Itu ilmu yang saya dapat secara turun temurun. Pada 2009 saya ingin mengembangkan ke lintah, akhirnya berembuk dengan teman dokter saya. Akhirnya baru dicoba ke pasien pada 2014,” katanya.
Hadi menyebut, setelah berhasil menemukan metode Wu Wei, pada 2019 Wu Wei pun dipatenkan. Metode Wu Wei ini terdaftar di Hak Cipta di Indonesia dengan nomor: 000-158-785.
Miliki 500 Trainer Tersertifikasi
Lintah Wu Wei sendiri saat ini telah memiliki 500 lebih trainer atau terapis lintah yang tersebar di penjuru negeri. Tak tanggung-tangung, paling jauh trainer-nya ada di Kongo, Afrika. Sementara, di Jawa Timur sendiri ada sekitar 150 orang terapis. Terapis ini ada di beberapa kota besar dan kecil. Antara lain Jombang, Surabaya, Sidoarjo, Banyuwangi, dan Malang.
Terkenal di Asia hingga Eropa
Pemanfaatan lintah sebelumnya telah digunakan sejak abad 1600 sebelum masehi. Di makam Thebes Mesir diketahui pada dinasti ke-18 terdapat lukisan mural yang menggambarkan penggunaan lintah. Pada abad pertengahan, dokter mengobati penyakit dengan lintah.
Naturalist asal Swiss, Conrad Gesner menganjurkan penggunaan lintah untuk medis, pada tahun 1500-an. Penggunaan lintah sebagai pengobatan akhirnya menyebar hingga belahan Eropa lainnya dan Amerika.