Tepat Setahun Pandemi, WHO: Dunia Belum Bebas dari Covid-19
Tepat setahun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Covid-19 sebagai pandemi. Kasus Covid-19 yang mulanya merebak di Wuhan, China, telah menyebar ke sejumlah negara.
Demikian dilansir Time, Kamis 11 Maret 2021. WHO pun mengingatkan, dunia belum bebas dari virus Corona itu, hingga pada akhir tahun ini.
Di Indonesia, Covid-19 masuk pada 2 Maret 2020, sebelum ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO.
"Ini bukan hanya krisis kesehatan masyarakat, ini adalah krisis yang akan menyentuh setiap sektor," kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO.
Ada 118 ribu kasus Covid-19 di lebih dari 110 negara di dunia, saat WHO mengubah status Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) menjadi pandemi.
Sementara saat ini, total kasus yang dihimpun Worldometers Corona sudah mencapai 118.638.111, dengan lebih dari 2 juta kematian.
Masih belum tampak tanda kapan Covid-19 akan berakhir meskipun vaksinasi Corona sudah berjalan di beberapa negara.
Di tengah munculnya varian baru Corona, kekhawatiran akan efektivitas vaksin pun tidak jarang mencuat, tetapi belum ada uji atau penelitian yang mengatakan vaksin saat ini tidak lagi efektif.
Belum Bebas
Sementara itu, WHO memperkirakan virus corona (SARS-CoV-2) tidak akan selesai pada akhir tahun ini. Direktur Kedaruratan WHO Michael Ryan mengungkapkan, yang mungkin bisa dilakukan untuk mengurangi 'sengatan' tragedi dan krisis Covid-19 saat ini adalah menekan tingkat rawat inap dan kematian.
Tetapi dia menambahkan, virus ini kembali memberi peringatan. Mengingat jumlah kasus global melonjak khususnya dalam sepekan belakangan, setelah tujuh minggu berturut-turut sebelumnya sempat menurun.
"Ini akan menjadi sangat prematur [menganggap virus segera berakhir] dan saya rasa tidak realistis untuk berpikir bahwa kita akan menyelesaikan pandemi ini pada akhir tahun," ungkap Ryan kepada wartawan dikutip dari AFP, Senin 1 Maret 2021.
"Tapi saya pikir, apa yang bisa kita selesaikan--jika kita cakap--adalah bagaimana memperbaiki sistem perawatan atau hospitality, mengendalikan tingkat kematian dan pelbagai tragedi yang berhubungan dengan pandemi ini," lanjut dia lagi.
Ryan pun menuturkan, fokus WHO kini adalah menekan laju penularan virus corona tetap rendah demi membantu mengantisipasi munculnya varian baru, selain juga mengurangi jumlah orang yang sakit.
Dia pun menambahkan, vaksinasi terhadap tenaga kesehatan dan petugas di garda terdepan yang paling rentan terpapar juga dipercaya mampu menepikan ketakutan akan tragedi pandemi.
Sementara Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menginginkan vaksinasi tenaga kesehatan dilakukan di setiap negara dalam 100 hari pertama pada 2021--yang artinya kini tersisa sekitar 40 hari.
Dia pun menyambut positif suntikan dosis pertama melalui pelbagai fasilitas vaksinasi global Covax, seperti di Ghana dan Pantai Gading. Tapi juga sekaligus mengkritik pemerataan perolehan jatah vaksin.
"Sangat menggembirakan melihat petugas kesehatan di negara-negara berpenghasilan rendah mulai divaksinasi. Tetapi sangat disayangkan bahwa ini terjadi hampir tiga bulan, setelah beberapa negara terkaya memulai kampanye vaksinasi mereka," ungkap Tedros.
Tedros juga menyesalkan sejumlah negara yang justru memprioritaskan vaksinasi Covid-19 untuk warga berusia muda ataupun orang dewasa dengan risiko penyakit yang lebih rendah, ketimbang ke tenaga kesehatan maupun warga lanjut usia (lansia). Tapi kekecewaan itu ia utarakan tanpa menyebut nama negara.