Tenun Songket Tanda Mata Terbaik Mata Terbaik dari Pekanbaru
Tenun Songket menjadi karya terbaik Pekanbaru. Ini sepertinya bukan rahasia. Tenun songket memang terkenal indah dan menggetarkan.
Perkara Tenun, Di Jawa Timur juga punya legenda. Tenun Gedog namanya. Ada juga tenun ikat. Di NTT juga begitu rupa. Tenun menjadi andalan komunal dan pengikat budaya yang tak terpisahkan.
Tenun songket Pekanbaru malah seperti sudah melekat menjadi bagian wisata. Siapa pun yang bertandang ke sana seperti wajib membawa tenun songket ini jadi tanda mata.
Apalagi saat ini sedang hidup kembali Malacca Strait Jazz. Tenun songket benar-benar jadi andalan penting untuk pengingat wisata dan budaya Pekanbaru.
Motif tenun songket juga beragam dan eksotis dengan warna warni khas. Filosofi yang dimiliki tinggi seiring sejarah panjang yang menyertainya.
Kuat dengan budaya Melayu, Pekanbaru menjadi rumah besar bagi karya tenun. Kain dengan corak khas dan khusus ini telah menjadi identitas Bumi Lancang Kuning.
Cipta karya terbaik ini merupakan tradisi turun temurun hingga menjadi urat nadi perekonomian. Ketua Kelompok Masyarakat Tenun Kampung Bandar Wawa Edini mengatakan, masyarakat Melayu lekat dengan Tenun Songket ini.
“Tenun Songket ini menjadi warisan budaya terbaik. Corak dan ragi (desain) sangat khas. Kain ini jadi value budaya bagi para wanita Melayu Riau. Untuk itu, mereka harus bisa menenun, bertekat, bersuji, atau juga menyulam,” ungkap Wawa Edini.
Begitu berharganya, keberadaan Tenun Songket bahkan dimasukan dalam sastra pantun. Bunyi pantun tersebut diantaranya, ‘Kain Songket tenun Melayu, Mengandung makna serta ibarat’. Kelanjutannya pun ‘Hidup rukun berbilang suku, Sebarang kerja boleh dibuat’. Menjadi sebuah perekat budaya bagi lintas generasi, motif dan ragi Tenun Songket pun sangat beragam.
Sedikitnya ada 8 motif Tenun Songket milik Bumi Lancang Kuning. Beberapa motif bertumpu pada motif Pucuk Rebung dan motif Siku. Mengadopsi Pucuk Rebung, motif ini memiliki 3 varian turunan dengan filosofi beragam. Ada motif Pucuk Rebung Kaluk Pakis Bertingkat, filosofinya adalah kesuburan dan kemakmuran. Lalu, Kaluk Pakis Bertingkat menjadi sikap tahu diri masyarakat Melayu di sana.
Motif lainnya adalah Pucuk Rebung Bertabur Bunga Ceremai. Selain kesuburan, Tenun Songket ini juga memiliki makna kasih sayang, lemah lembut, bersih hati, dan menghormati orang lain. Lalu, ada motif Pucuk Rebung Penuh Bertali. Motif ini jadi isyarat sikap religius masyarakat Melayu. Dengan keimanan, masyarakat Melayu di Bumi Lancang Kuning diharapkan menjalankan hidup secara benar.
“Bukan hanya memiliki motif yang indah, tapi ada makna dalam yang ingin disampaikan melalui Tenun Songket ini. Filosofi ini tetap dipegang erat oleh masyarakat di sini,” terang Wawa lagi.
Selain itu, ada kelompok Motif Siku beserta 3 varian turunannya. Ada Siku Keluang yang menjadi simbol sifat tanggung jawab. Motif Siku Awan (Awan Berarak) ini menjadi makna karakter budi pekerti, sopan santun, dan kelembutan akhlak masyarakat Melayu. Lalu, motif Siku Tunggal menjadi cerminan terbuka. Memiliki wajah dan hati bersih, mereka pun bersahabat dengan para pendatang.
Selain 2 motif itu, ada juga Daun Tunggal Mata Panah Tabir Bntang. Motif ini mengambil inspirasi dari kekayaan flora Bumi Lancang Kuning. Simbol yang ditonjolkan adalah bunga, kuntum, daun, dan buah. Konsep ini menjadi penegas keluhuran dan kehalusan budi. Dan, motif ke-8 adalah Wajik Sempurna. Motif ini melambangkan sifat pemurah Tuhan, lalu sudah sepatutnya semua makhluk berucap syukur.
“Wilayah Pekanbaru ini memang penghasil Tenun Songket terbaik. Setia mengembangkan motif-motif klasik, mereka berusaha mempertahankan nilai tradisi. Motif-motif yang ditawarkan sangat menarik dan ini pun menjadi kekayaan berharga Pekanbaru,” terang Asisten Deputi Bidang Pemasaran I Regional I Kemenpar Masruroh.
Memiliki motif terbaik dan mempertahankan tradisi, Tenun Songket milik Bumi Lancang Kuning jadi buruan wisatawan dunia. Untuk pasar Asia, Songket Tenun ini menjadi favorit wisatawan Malaysia, Singapura, dan Thailand. Untuk koneksi Eropa masuk pasar Prancis, Swiss, hingga Belanda. Tidak ketinggalan juga warga Australia ikut memburunya sebagai koleksi.
“Memiliki kehasan dan unik, Tenun Songket ini banyak dicari oleh wisman. Sebab, harga yang mereka ditawarkan cukup menarik. Yang jelas, Tenun Songket ini menjadi daya tarik terbaik wsiata belanja di Pekanbaru,” tutur Plt Deputi Bidang Pemasaran I Kemenpar Ni Wayan Giri Adnyani.
Menjadi komoditi terbaik, Tenun Songket khas Bumi Lancang Kuning dibanderol Rp500 Ribu hingga Rp1 Juta. Untuk mendapatkannya pun sangat mudah. Tinggal datang ke Rumah Tenun Kampung Bandar, Jalan Perdagangan, Kampung Bandar, Senapelan, Pekanbaru, Riau. Informasi lebih lanjut bisa telpon 085265499475 atau 081365494710. Bisa juga melalui, Istagram @rumahtenunkpbandar.
“Tenun Songket milik Pekanbaru ini sangat khas. Warnanya terbaik. Dengan filosofi besar yang dimiliki, para pemakai kain Tenun Songket ini akan dilimpahi energi positif. Sebab, filosofi itu menjadi doa bagi para pemakainya. Keberadaan kain ini jelas menjadi daya tarik kuat pariwisata Pekanbaru. Memiliki modal atraksi bagus, aksesibilitas dan amenintasnya luar biasa,” tutup Menteri Pariwisata Arief Yahya. (*)