Tentukan Arah Kiblat ke Arah Ka'bah yang Tepat, Ini Saat Rashdul Qiblat
Salah satu syarat shalat harus menghadap kiblat. Banyak cara untuk menentukan ketepatan arahnya. Salah satunya adalah dengan istiwa' a'dham atau istiwa utama yang akan terjadi pada Minggu 27 Mei 2018 dan Senin 28 Mei 2018 pada pukul 16.18 WIB atau 17.18 WITA. Peristiwa ini juga biasa disebut dengan rashdul kiblat.
Pengurus Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) Ma'rufin Sudibyo menjelaskan bahwa rashdul kiblat terjadi karena posisi matahari berada tepat di atas kiblat atau Ka'bah.
"Tepat berada di atas kiblat untuk saat tertentu selagi menjalani gerak semu tahunannya," ujarnya, dalam siaran pers diterima Ngopibareng.id, Sabtu 26 Mei 2018.
Dalam bahasa astronomisnya, ia menguraikan, rashdul kiblat terjadi manakala deklinasi matahari tepat sama dengan garis lintang Ka'bah (+21° 25') sehingga ketika matahari melintas di garis bujur Ka'bah (39° 49' BT) maka ia akan tepat berada di titik zenith Ka'bah (titik berketinggian 90° dari ufuk manapun ditinjau dari Ka'bah).
Karena itu, bayangan benda yang berada di luar Ka'bah sebagai efek terkena sinar matahari akan mengarah tepat ke Ka'bah.
"Pada saat itu benda-benda tegak yang terpasang tepat di Ka'bah tidak akan memiliki bayangannya untuk sesaat. Namun benda-benda tegak lainnya yang tidak berada di Ka'bah dan masih tersinari cahaya matahari akan menghasilkan bayang-bayang yang tepat mengarah ke Ka'bah," katanya.
Saat itulah, waktu yang tepat untuk melihat ketepatan arah kiblat bangunan, lanjutnya.
Rashdul kiblat juga bisa terjadi setiap harinya, tidak hanya pada tanggal 27 dan 28 Mei dan 15 dan 16 Juli saja sebagai peristiwa tahunan. Namun, rashdul kiblat harian ini, kata Ma'rufin, hanya waktu dan tempat tertentu.
"Kalau rashdul kiblat setiap harinya memang bisa terjadi. Namun spesifik untuk suatu lokasi tanpa bisa digunakan di lokasi yang lain," ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pada prinsipnya, matahari bergerak dari timur ke barat. Pada saat tertentu, katanya, matahari bisa memiliki azimuth yang tepat sama dengan arah kiblat setempat. Tentu hal ini harus melalui mekanisme perhitungan astronomis.
Caranya
Setidaknya, ada dua cara menentukan arah kiblat dengan rashdul kiblat ini. Pertama, biasanya di mihrab mushalla atau masjid di Indonesia terdapat jendela yang memberikan ruang bagi sinar matahari masuk.
Jika cahaya yang masuk tersebut searah dengan kiblat mushalla atau masjid, berarti kiblatnya sudah mengarah tepat ke Ka'bah. Lain halnya jika kiblat sebelumnya tidak searah dengan cahaya yang masuk, maka kiblat masjid atau mushalla itu perlu disesuaikan dengan arah cahaya.
Adapun cara kedua bisa dilakukan di luar ruangan. Cara kedua ini bisa ditempuh dengan dua model, yakni menggunakan benang yang di bawahnya diberikan beban bandul atau menggunakan benda yang diarahkan vertikal. Bayangan akibat sentuhan dengan matahari itu sesuai dengan arah kiblat.
Perlu diperhatikan bagi masyarakat yang hendak menyesuaikan kiblatnya dengan rashdul kiblat ini, bahwa waktu harus disesuaikan dengan jam internet, televisi, atau radio sesuai dengan GMT. Selain itu, alat lain untuk menandai rashdul kiblat itu juga perlu dipersiapkan. (adi)