Tentara 3 Pemimpin Perempuan 3 Negara, Humor Pendidikan & Kerja
Lelucon politik terkadang diperlukan untuk meleraikan ketegangan atas silang sengkarut persoalan yang muncul. Humor-humor politik menjadi penawar dalam kondisi tak ramah itu.
Tapi, bisa saja, lelucon diproduksi atas kisah dari bangsa lain di dunia. Juga soal karakter kepemiminan yang mengundang kelucuan, sebagaimana berikut:
Hubungan Antara Pendidikan dan Pekerjaan di Indonesia
Seorang pemuda baru lulus dari SMU. Karena tidak punya biaya akhirnya dia memutuskan untuk bekerja. Oleh karena itu dia mendatangi pamannya yang salah seorang pengurus partai politik untuk dicarikan kerja.
"Paman, tolong carikan saya pekerjaan dong" pinta pemuda itu.
"Wah lulusan SMU ya. Kalau begitu kamu jadi pegurus partai saja." Kata pamannya.
"Enak jadi pengurus partai, nanti kamu bisa jadi anggota DPR, terus jadi ketua DPR/MPR, bahkan jadi wakil presiden atau presiden sekalipun juga bisa" tambah pamannya semangat.
"Wah paman saya gak mau muluk-muluk, saya minta yang sederhana saja, kaya guru SD misalnya" jawab pemuda itu.
Pamannya berfikir sebentar kemudian berkata "Maaf kalau jadi guru SD kamu harus sarjana".
Tentara Tiga Pemimpin Perempuan dari Tiga Negara
Suatu kali, diadakan pertemuan tingkat tinggi yang dihadiri oleh tiga orang pemimpin perempuan dari tiga negara. Yaitu dari Inggris yang diwakili oleh Margareth Tatcher., India diwakili oleh Indira Gandhi dan dari Philipina oleh Corry Aquino atau lengkapnya Maria Corazon Sumulong Cojuangco Aquino atau juga dipanggil Corazon Aquino.
Sebagai langkah awal diadakanlah upacara penghormatan diiringi dengan pemeriksaan barisan pasukan dari ketiga negara tersebut.
Sesampainya rombongan di depan pasukan Baret Hijau dari Inggris yang terkenal itu, dengan garang Margareth Tatcher menampar dan meninju pasukan yang ada di depannya yang tentu saja tanpa balasan. Terjadi dialog:
"Sakit nggak?"
"Nggak, Mam!!!"
"Kenapa?"
"Sebagai Prajurit sejati dari Britania Raya, kami terbiasa untuk menerima rasa sakit."
"Bagus."
Corry Aquino pun tidak mau kalah, dan begitu sampai di depan barisan pasukannya, diambilnya senapan dari komandan peleton, dan menghantamkan popor senapan tersebut ke muka prajuritnya. Terjadi lagi dialog:
"Sakit nggak?"
"Nggak Madam!!!" (Dengan muka bercucuran darah)
"Kenapa?"
"Sebagai tentara Filipina, kami harus mampu menahan rasa sakit dan kengerian untuk mempertahankan kedaulatan."
"Bagus" (dalam hati, sambil melirik Margareth, "hebatan prajurit gue kan")
Begitu pemeriksaan sampai di depan pasukan India, dengan cepat Indira Gandhi. menyambar bayonet yang ada di senapan prajurit yang ada didepannya dan dengan sekali sebat terpotonglah "anu-nya" prajurit tersebut, dan dengan lantang bertanya:
"Sakit nggak?"
"Nggak Madam...!!!"
"Kenapa!!!"
"Sebab itu kepunyaan orang dibelakang saya..."