Tentang Pasukan Rajawali yang Dibentuk BIN
"Jangan sampai saat hadapi kelompok bersenjata tak paham mengatasinya. Contohnya di Papua yang memiliki titik wilayah gawat," ucapnya. Dengan pertimbangan ancaman dan medan tugas yang akan dihadapi di Papua tersebut, kata dia, mereka perlu dibekali kemampuan intelsus dan intelpur sehingga lebih siap pada saat bergabung dengan satgas TNI/Polri. "Seharusnya masyarakat bangga siswa STIN memiliki soft skill yang hebat," ujar wanita yang biasa disapa Nuning ini. Dikatakannya, dalam Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara yang menyebut Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) sebagai pemasok sumber daya manusia (SDM) utama untuk BIN. Oleh karenanya, menurut Nuning, STIN terus mengembangkan pendidikan serta pelatihan untuk mencapai tujuan agar BIN dapat mencapai kemampuan intelijen berkelas dunia. "Siswa STIN pantas dan harus memiliki keterampilan, seperti ahli bela diri, siber, dan keahlian forecasting, dan lain-lain. Nuning menyatakan, keahlian seperti itu diperlukan kelak ketika mereka terjun di lapangan. Hal ini menunjukkan intelijen kita tidak kalah dengan 11 badan Intelijen terbaik dunia, seperti MI6, CIA, GRU, DGSE, ISI, Mossad, CSIS, BND, ASIS, R&AW, dan MSS China yang hebat," papar Nuning. Apalagi, tambah mantan anggota Komisi I DPR RI ini, akan ada kedeputian baru yang membidangi ASN. Kedeputian baru ini juga harus memiliki tenaga-tenaga ahli di bidang psikiatri dan psikologi forensik yang paham tentang ilmu perilaku atau profilling, sosiolog yang memahami perilaku sosial aparatur negara. Nuning berharap pro dan kontra yang muncul terkait pasukan Rajawali bisa menjadikan BIN semakin kuat dan profesional.
Iklan