Tentang Lonte dan Pelacur, Ini Renungan Indah Penyair Rendra
Penyair legendaris Wahyu Sulaiman (WS) Rendra (sebelum masuk Islam dikenal Willibrordus Surendra Broto Rendra), dalam perjalanan kepenyairannya mempunyai perhatian serius terhadap kelompok masyarakat tertindas atau masyarakat terpinggir.
Rendra lahir pada 7 November 1935, Surakarta dan meninggal dunia pada 6 August 2009, dimakamkan di Depok.
Keberpihakan Rendra pada masyarakat kelas bawah amat tecermin dalam karya-karyanya. Salah satu yang paling fenomenal adalah "Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta".
Sebutan "pelacur" di sebagian masyarakat sangat variatif. Ada yang menyebutnya lonte, WTS (wanita tuna susila), PSK (pekerja seks komersial). Di masyarakat Surabaya, pelacur juga disebut sebagai "balon", dan "begenggek". Di sebagian masyarakat Porong Sidoarjo, menyebutnya sebagai "senuk".
"Ondolan" juga sebagai sebutan para pelacur. Di kawasan Putatjaya Surabaya atau lebih dikenal lokalisasi Dolly, semasa belum ditutup juga dikenal adanya istilah itu. "Oh...Odolan Dolly!". Barangkali juga di lokalisasi Kramat Tunggak, Jakarta, sebelum ditutup aneka sebutan itu akrab sekali di tengah masyarakat Betawi.
Berikut renungan Rendra soal orang-orang yang disisihkan dan dianggap rendah di tengah masyarakat itu, termuat dalam antologi Blues untuk Bonnie. Dalam sajak ini, seraya membela kaum pelacur, Rendra pun menonjok kemunafikan para elit. Mereka bicara soal yang "tinggi-tinggi" tapi segera takluk jika disodori seks.
Pada intinya, Rendra mengajak melihat fenomena pelacuran tak semata dari kacamata moral, melainkan problem yang lebih struktural.
WS RENDRA
Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta
Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Dari kelas tinggi dan kelas rendah
diganyang
Telah haru-biru
Mereka kecut
Keder
Terhina dan tersipu-sipu
Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan
Tapi jangan kau lewat putus asa
Dan kaurelakan dirimu dibikin korban
Wahai pelacur-pelacur kota Jakarta
Sekarang bangkitlah
Sanggul kembali rambutmu
Karena setelah menyesal
Datanglah kini giliranmu
Bukan untuk membela diri melulu
Tapi untuk lancarkan serangan
Karena
Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan
Tapi jangan kaurela dibikin korban
Sarinah
Katakan kepada mereka
Bagaimana kau dipanggil ke kantor menteri
Bagaimana ia bicara panjang lebar kepadamu
Tentang perjuangan nusa bangsa
Dan tiba-tiba tanpa ujung pangkal
Ia sebut kau inspirasi revolusi
Sambil ia buka kutangmu
Dan kau Dasima
Khabarkan pada rakyat
Bagaimana para pemimpin revolusi
Secara bergiliran memelukmu
Bicara tentang kemakmuran rakyat dan api revolusi
Sambil celananya basah
Dan tubuhnya lemas
Terkapai disampingmu
Ototnya keburu tak berdaya
Politisi dan pegawai tinggi
Adalah caluk yang rapi
Kongres-kongres dan konferensi
Tak pernah berjalan tanpa kalian
Kalian tak pernah bisa bilang ‘tidak’
Lantaran kelaparan yang menakutkan
Kemiskinan yang mengekang
Dan telah lama sia-sia cari kerja
Ijazah sekolah tanpa guna
Para kepala jawatan
Akan membuka kesempatan
Kalau kau membuka kesempatan
Kalau kau membuka paha
Sedang diluar pemerintahan
Perusahaan-perusahaan macet
Lapangan kerja tak ada
Revolusi para pemimpin
Adalah revolusi dewa-dewa
Mereka berjuang untuk syurga
Dan tidak untuk bumi
Revolusi dewa-dewa
Tak pernah menghasilkan
Lebih banyak lapangan kerja
Bagi rakyatnya
Kalian adalah sebahagian kaum penganggur yang mereka ciptakan
Namun
Sesalkan mana yang kau kausesalkan
Tapi jangan kau lewat putus asa
Dan kau rela dibikin korban
Pelacur-pelacur kota Jakarta
Berhentilah tersipu-sipu
Ketika kubaca di koran
Bagaimana badut-badut mengganyang kalian
Menuduh kalian sumber bencana negara
Aku jadi murka
Kalian adalah temanku
Ini tak bisa dibiarkan
Astaga
Mulut-mulut badut
Mulut-mulut yang latah bahkan seks mereka politikkan
Saudari-saudariku
Membubarkan kalian
Tidak semudah membubarkan partai politik
Mereka harus beri kalian kerja
Mereka harus pulihkan darjat kalian
Mereka harus ikut memikul kesalahan
Saudari-saudariku. Bersatulah
Ambillah galah
Kibarkan kutang-kutangmu dihujungnya
Araklah keliling kota
Sebagai panji yang telah mereka nodai
Kinilah giliranmu menuntut
Katakanlah kepada mereka
Menganjurkan mengganyang pelacuran
Tanpa menganjurkan
Mengahwini para bekas pelacur
Adalah omong kosong
Pelacur-pelacur kota Jakarta
Saudari-saudariku
Jangan melulur keder pada lelaki
Dengan mudah
Kalian bisa telanjangi kaum palsu
Naikkan tarifmu dua kali
Dan mereka akan klabakan
Mogoklah satu bulan
Dan mereka akan puyeng
Lalu mereka akan berzina
Dengan isteri saudaranya.
(Sumber: Rendra, Blues untuk Bonnie. Jakarta: Pustaka Jaya, 1987)
Advertisement